MERENCANAKAN PERUBAHAN
BATIK TULIS SEBAGAI PRODUK UNGGULAN KEBUMEN
DI DESA TANURAKSAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Manajemen Perubahan dan Inovasi
Dosen : MUH ROSYID, S.Pd.,M.M.Pd
Oleh
Nama : AGUS FENDI R.
NIM : 080055575
Semester : VI (Enam) B
E-mail : agusfendir@yahoo.co.id
Tayang : 16-04-2011
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)
PUTRA BANGSA
Program Studi Manajemen (S1)
Kebumen
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Batik bisa disebut kain bercorak, batik berasal dari kata “tik” (bahasa Jawa) yang mengandung arti erat hubungannya dengan jenis pekerjaan yang halus, lembut, dan kecil dan tidak terlepas dari unsur keindahan. Batik juga bisa berarti menitikkan malam (lilin) dengan canting sehingga berbentuk suatu corak, pola, atau gambar dari susunan titik dan garis yang telah dibuat.
Seni membatik ini telah dimiliki bangsa Indonesia khususnya Jawa Tengah pada akhir abad ke XVIII atau awal abad ke XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke XX, sedangkan batik cap dikenal baru setelah perang dunia pertama berakhir atau sekitar tahun 1920.
Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam lingkungan keraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja serta keluarga dan para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal di luar keraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar keraton dan dikerjakan di tempatnya masing-masing. Sementara pembatikan di Kebumen dikenal sekitar awal abad ke XIX yang dibawa oleh pendatang-pendatang dari Yogyakarta dalam rangka dakwah Islam.
Ny. Salbiyah adalah salah satu pembatik generasi ketiga yang masih aktif membatik di Dusun Tanuraksan, Gemeksekti, Kebumen. Beliau adalah putri dari H. Abdul Rozak yang dikenal sebagai raja batik Tanuraksan, Kebumen. Pabrik tenun milik H. Abdul Rozak yang memproduksi kain tebal dan blacu juga pernah merajai pasaran kain di daerah Kebumen.
Menurut Ny. Salbiah, motif batik Kebumen pada dasarnya ada tiga, yaitu; muakan, pelataran seperti daun-daun yang lebar dan jogetan atau sekar joget. Masih ada motif kombinasi yang bercorak lengkap yakni kawung, ada kawung uwur dan kawur jenggot.
Batik semakin mampu memberikan kontribusi penyerapan tenaga kerja yang signifikan. Oleh karenanya produk batik perlu terus dilestarikan dan dikembangkan agar lebih eksis dalam memenangkan pasar di era perdagangan lintas kawasan. Batik harus ditampilkan melalui penguatan ragam desain maupun motif etnik yang kreatif serta pemakaian zat warna alam sebagai kekuatan utamanya.
Di samping itu, batik tulis sebagai produk khas karya seni tradisional harus terus mengglobal menjadi salah satu produk penghasil pendapatan daerah sehingga akan semakin memberikan manfaat ekonomi dan menyejahterakan masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang
Dalam perkembangannya, batik terus tumbuh dan berkembang dan berperan penting dan sebagai bagian dari kehidupan sosial budaya maupun suatu usaha industri.
Pada tahun 2007, menurut catatan di Dinas Perindagkop Kabupaten Kebumen, lebih kurang ada 255 unit usaha batik di wilayah Kabupaten Kebumen dan sanggup menyerap tenaga kerja sebanyak 569 orang dengan total nilai produksi Rp 3.861.452.000.
Persebaran usaha batik di Kabupaten Kebumen meliputi Desa Seliling, Desa Kambangsari, Desa Tanuraksan, Desa Surotrunan Desa Roworejo, dan Desa Pejagoan. Desa-desa tersebut tersebar di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Kebumen, Kecamatan Alian, dan Kecamatan Pejagoan.
Dari sisi potensi, komoditas batik masih bisa dikatakan cukup bertahan meskipun sering terganggu oleh berbagai kejenuhan di tingkat pemasaran. Permasalahan batik sebagai usaha ekonomi kerakyatan yang mempertahankan corak budaya maupun sebagai komoditas industri ini terklasifikasikan sebagai berikut :
1. Menyangkut regulasi pengrajin batik yang relatif sudah banyak berusia lanjut. Solusinya adalah perlunya sosialisasi dan fasilitas intensif melalui pelatihan-pelatihan untuk menggugah minat kalangan muda.
2. Belum adanya perlindungan yang konsisten terutama jika terjadi satu permasalahan yang dihadapi baik oleh kelompok usaha / sentra produksi secara cepat dalam menyelesaikan masalah. Hal ini dapat merugikan semua pihak baik pemerintah, pengrajin, dan seluruh stake holder.
3. Kalangan industri batik Kebumen belum memanfaatkan jasa perbankan atau pinjaman bergulir dari Dinas Perindagkop, sehingga pertumbuhan terutama dalam menciptakan wirausaha baru.
4. Belum banyak melakukan terobosan dalam mengantisipasi kegiatan usaha khususnya peningkatan pewarnaan zat warna alam yang bersumber dari alam sekitar.
5. Khususnya penanganan limbah belum dilakukan secara benar, hal ini dapat berakibat timbulnya pencemaran. Tingkat pengetahuan dan pengelolaan limbah perlu dilakukan sinergi dan integrasi secara terpadu dengan berbagai instansi karena kalau tidak dilakukan penanganan secara baik dapat berakibat fatal terhadap kelestarian lingkungan.
B. Rencana Perubahan
Strategi pengembangan batik dapat diuraikan melalui beberapa kebijakan pokok, antara lain :
1. Perlindungan Karya / Hak Cipta
Berinformasi banyak motif batik Kebumen digunakan oleh daerah lain seperti Yogyakarta, Solo dan Pekalongan sehingga ciri khas motif Kebumen tergeser. Hal ini dikarenakan belum diberikan perlindungan melalui pendaftaran merk, rahasia dagang. Kesemuanya ini diperlukan team work dan keterpaduan langkah dalam pengambilan keputusan menyelamatkan kekayaan yang nyata-nyata milik motif Kebumen.
2. Label
Label perlu juga diperhatikan untuk menjamin kelestarian produk batik asli Kebumen yang mencantumkan label berisi tentang identitas produk batik Kebumen yang mencakup :
a. Gambar dua burung lawet ciri khas Kabupaten Kebumen.
b. Dibuat dengan tangan / cap
c. Dibuat melalui proses lilin
d. Teknik pewarnaan dicelup dengan tangan.
e. Bermotif jogotan
3. Penggunaan Zat Warna Alam
Pemerintah daerah harus melakukan sosialisasi tentang pentingnya penggunaan bahan zat warna alam yang telah terbukti dapat mengurangi timbulnya pencemaran lingkungan akibat adanya proses produksi.
Hal ini dibutuhkan kerja sama antar lembaga (Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Dinas Pertanian, dan dinas lainya).
4. Membuat Pasar Tradisional
Dimungkinkan untuk promosi / aspek pemasaran dibuat pasar tradisional batik sehingga para pengrajin dapat tersentral untuk menjual hasil produksinya dan diharapkan menjadi kota wisata belanja batik.
5. Peningkatan Promosi dan Pemasaran
Untuk mempromosikan kerajinan batik Kebumen, Dina Perindagkop telah melakukan kegiatan mengikuti pameran di tingkat nasional dan regional.
6. Pengembangan Kemampuan SDM
Untuk meningkatkan kemampuan pengrajin, Dinas Perindagkop Kabupaten Kebumen telah melakukan serangkaian kegiatan yaitu : melaksanakan pelatihan desain dan pewarnaan yang tenaga pengajarnya dari luar kota antara lain dari Yogyakarta. Juga mengirimkan peserta untuk mengikuti Diklat pewarnaan dari bahan alami di Imogiri, Yogyakarta.
7. Pengembangan Produk dan Teknologi
Untuk pengembangan produksi dan teknologi, Dinas Perindagkop telah memberikan bantuan peralatan batik, wol cetak untuk pembuatan batik tulis, pelatihan pembuatan batik dengan bahan baku sutra dengan harapan meningkatkan jumlah produksi dan kualitas produksi.
8. Pengembangan Teknis dan Permodalan
Untuk permodalan memanfaatkan jasa perbankan melalui program kredit lunak yaitu program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Dinas Perindagkop telah memberikan bantuan permodalan melalui dana bergulir.
9. Optimalisasi pemanfaatan potensi sumber daya alam
Berkoordinasi dengan Dinas Pertanian untuk ikut melestarikan tanaman yang diperuntukkan bahan pewarna alam untuk pembuatan batik.
BAB III
KESIMPULAN
Untuk bisa mewujudkan batik Kebumen supaya bisa menjadi produk unggulkan apalagi bisa menjadi “ikon” Kabupaten Kebumen adalah harus ada perhatian khusus dari pemerintah kabupaten Kebumen, khususnya dari Dinas Perindagkop.
Karena dengan perhatian khusus dari pemerintah kabupaten, Industri batik selain dapat memberikan peluang usaha dan penyerapan tenaga kerja juga dapat meningkatkan pemerataan pendapatan yang berarti program memberdayakan perekonomian bercorak kerakyatan dapat diwujudkan.
Secara umum program pengembangan Industri batik Kebumen jangka menengah dan jangka panjang meliputi :
a. Peningkatan promosi dan pemasaran
b. Pengembangan kemampuan SDM
c. Pengembangan produksi dan teknologi
d. Pengembangan teknis dan permodalan serta optimalisasi pemanfaatan potensi sumber daya alam.
Kunjungi kami di:
Kunjungi kami di:
0 comments:
Posting Komentar