Subscribe to RSS feed

Search

Translator

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Rabu, 30 Juni 2010

PEMBAGIAN INSENTIF BAGI GTT/PTT

Pembagian Insentif GTT/PTT di Kebumen
Pembagian Insentif bagi Guru Tidak tetap (GTT) dan Pegawai Tidak Tetap (PTT) di Lingkungan Dinas DIKPORA Kabupaten Kebumen telah dilaksanakan dengan tertib pada hari Senin tanggal 28 Juni 2010 untuk 1.025 GTT/PTT jenjang pendidikan TK/SD sedangkan untuk hari Rabu tanggal 30 Juni 2010 dibagikan kepada 1. 095 GTT/PTT untuk jenjang pendidikan SMP/SMA/SMK baik Sekolah Negeri maupun Sekolah Swasta.
Untuk Insentif PTT hanya diperuntukkan pada Sekolah Negeri dan PTT di UPTD DIKPORA se Kabupaten Kebumen, sedang untuk Insentif GTT diberikan kepada Sekolah Negeri maupun Sekolah Swasta se Kabupaten Kebumen.
Insentif dibayarkan secara tunai kepada GTT/PTT untuk bulan Januari s.d Mei 2010 (5 bulan), tempat pembayaran di Aula Dinas DIKPORA Kabupaten Kebumen.
Besarnya Insentif untuk GTT setiap bulan sebesar Rp 230. 000,- sedang besarnya Insentif untuk PTT Rp 220. 000,- setiap bulan.
GTT/PTT yang menerima Insentif adalah yang pengangkatannya paling akhir pada bulan Desember 2005. Untuk GTT usia maksimum adalah 60 tahun, sedangkan untuk PTT usia maksimum adalah 56 tahun.
Jumlah penerima Insentif GTT/PTT sebanyak 2. 120 orang pada tahun 2010 ini tidak bertambah tapi boleh berkurang yang dananya berasal dari APBD Kabupaten Kebumen Tahun Anggaran 2010.


Kebumen, 30 Juni 2010-06-30
An. Kepala Dinas DIKPORA Kabupaten Kebumen
Kepala Bidang Administrasi Tenaga Pendidik dan Non Kependidikan,
MUH ROSYID,S.Pd.,M.M.Pd
Pembina
NIP. 19590627 198303 1 005
READ MORE - PEMBAGIAN INSENTIF BAGI GTT/PTT

Senin, 14 Juni 2010

PROPOSAL PENELITIAN EVALUATIF

Proposal Penelitian Evaluatif

Seperti halnya penelitian-penelitian yang lain, sebagai langkah awal untuk melakukan penelitian evaluatif, terlebih dahulu peneliti harus menyusun proposal. Perbedaan yang akan mendasari proposal penelitian evaluatif dengan penelitian yang lain adalah sebagi berikut:
1. Jika penelitian yang lain bermula dan adanya masalah yang dirasakan oleh peneliti untuk dicari solusinya melalui data yang dikumpulkan lewat penelitian, untuk penelitian evaluatif, peneliti sudah mengetahui arahnya, yaitu ingin mengetahui bagaimana keterlaksanaan program yang sudah dirancang sebelumnya.
2. Jika rumusan masalah penelitian lain/ non evaluatif menanyakan tentang bagaimana atau seberapa tinggi kondisi variabel-variabel yang diteliti, penelitian evaluatif membuat pertanyaan tentang bagaimana keterlaksanaan program, sekaligus bagaimana kinerja atau peran masing-masing faktor dalam mendukung keterlaksanaan program.
3. Jika pijakan penelitian yang lain adalah keingintahuan kondisi setiap variabel yang diteliti, peneliti yang melakukan penelitian evaluatif ingin tahu sejauh mana atau seberapa tinggi keefektifan setiap faktor, unsur, atau komponen dalam mendukung pelaksanaan program untuk mencapai tujuan program.
4. Jika penelitian lain setelah latar belakang masalah langsung membuat rumusan masalah, peneliti yang melakukan penelitian evaluatif harus menyebutkan dahulu tujuan program, karena tujuan itulah yang menjadi sasaran akan dilihat seberapa tinggi tingkat pencapaiannya.
5. Jika pada penelitian lain peneliti menuliskan tujuan penelitian sejalan dengan rumusan masalah langsung rumusan tujuannya, dalam penelitian evaluatif peneliti harus menyebutkan dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus karena ingin mengetahui letak dan keberhasilan dan ketidakberhasilan pencapaian tujuan secara lebih rinci. Rincian tujuan khusus didasarkan pada komponen, sub komponen dan indikatornya, yang sudah dituntun oleh tujuan program, tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan dalam program.
Ada sementara ahli yang mengatakan, mungkin untuk penelitian kualitatif lebih mengutamakan tujuan dahulu baru dan harapan yang disebut dengan tujuan itu, baik tujuan umum atau tujuan khusus, dijadikan patokan untuk menentukan rumusan masalah. Dengan kata lain, jika dalam penelitian lain peneliti membuat rumusan masalah dahulu baru tujuan penelitian. Dalam penelitian evaluatif, peneliti boleh menuliskan tujuan penelitian dahulu yang mengacu pada tujuan program, baru membuat rumusan masalah.

A. Garis Besar Isi Proposal Penelitian Evaluatif
Secara umum proposal penelitian evaluatif dapat dikemas dalam sistematika penulisan sebagai berikut:

I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Tujuan Program
C. Tujuan Penelitian
D. Rumusan masalah
E. Manfaat Hasil Penelitian
II KAJIAN PUSTAKA
III METODE PENELITIAN
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
ANGARAN BIAYA PENELITIAN

B. Penjelasan Unsur-unsur Proposal Penelitian Evaluatif
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam bagian ini peneliti menjelaskan harapan idel yang ingin dicapai oleh suatu program yang akan dievaluasi sebagaimana tertera dalam Pedoman program tersebut. Selanjtnya menjelaskan perlu adanya penelitian untuk mengetahui bagaimana keterlaksanaan program seperti yang tertera dalam pedoman program. Jika ternyata tingkat ketercapaianyan belum sesuai harapan, perlu diteliti kesenjangan dan letak penyebab ketidaktercapaian tersebut.
B. Tujuan Program
Dalam bagian ini peneliti mengutip pedoman program yang akan dievaluasi, yaitu tujuan program yang ideal. Tujuan ini diharapkan dapat tercapai apabila semua komponen pendukung yang merupakan faktor penentu pencapaian tujuan sudah bekerja secara efektif.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mencakup tujuan umum yaitu ingin mengetahui seberapa efektif suatu program sudah dilaksanakan. Tujuan khusus penelitian adalah ingin mengetahui seberapa tinggi kinerja masing-masing komponen sebagai faktor penting yang pendukung kelancaran proses dan pencapaian tujuan program. Untuk penelitian masing-masing komponen harus dirumuskan tujuan secara tersendiri.

D. Rumusan masalah
Dalam membuat rumusan masalah, peneliti perlu mencermati semua butir yang sudah dituliskan dalam identifikasi masalah, atau tujuan khusus penelitian. Rumusan masalah dibuat dalam kalimat pertanyaan, menanyakan apakah setiap tujuan khusus dapat dicapai, dan kalau tidak di mana letak hambatannya. berapa tinggi atau seberapa efektif apa yang tertera dalam tujuan khusus kemudian menentukan masalah-masalah inti faktor-faktor pokok yang bersumber dari setiap komponen yang akan dievaluasi.
E. Manfaat Hasil Penelitian
Peneliti menjelaskan harapan tentang manfaat dari hasil penelitian yang diperoleh setelah penelitian selesai. Hasil dan penelitian dapat diperkirakan bermanfaat bagi pihak-pihak terkait seperti pelaksana program, pembuat program, serta sasasaran program yang dievaluasi. Jika hasil penelitian menunjukkan gambaran yang baik, maka informasi tentang keberhasilan tersebut dapat dipublikasikan agar dapat dijadikan masukan juga oleh pelaksana program sejenis.

II. KAJIAN PUSTAKA
Dalam bagian kajian pustaka ini mau tidak mau peneliti harus mengacu pada pedoman atau acuan yang dikeluarkan oleh pembuat program. Selain itu peneliti harus mencari teori pendukung yang terkait dengan keberhasilan dan kegagalan program. Akan sangat baik jika peneliti dapat menemukan laporan hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan program yang sedang diteliti.

III. METODE PENELITIAN
Secara umum, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian evaluatif tidak berbeda dengan metode penelitian yang lain. Satu hal yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa data yang dikumpulkan dalam penelitian evaluatif harus betul-betul handal dan dapat dipercaya kebenarannya. Oleh karena itu mau tidak mau penelitian harus menyebutkan bagaimana proses memperoleh data yang benar dan akurat.
READ MORE - PROPOSAL PENELITIAN EVALUATIF

PROPOSAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Proposal Penelitian dan Pengembangan

Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah metode penelitian untuk mengembangkan produk atau menyempurnakan produk. Produk tersebut dapat berbentuk benda atau perangkat keras (hardware), seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran di kelas atau di laboratorium atau juga perangkat lunak (software) seperti program komputer, model pembelajaran dll. Dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan, ada bebera¬pa metode yang digunakan, yaitu metode: deskriptif, evaluatif, dan eksperimental. Variasi metode ini yang mendasari substansi proposal yang harus disusun.

A. Garis Besar Isi Proposal R&D
Secara umum garis besar isi proposal penelitian dan pengembangan dapat dikemas dalam sistematika penulisan sebagai berikut:
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
II. LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori
B. Kerangka Berpikir
C. Produk yang Dihasilkan
III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Prosedur Penelitian
B. Tempat dan Waktu Penelitian
C. Populasi, Sampel, dan Subyek Penelitian
D. Teknik Pengumpulan Data Instrumen Penelitian
E. Teknik Analisis Data
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
ANGARAN BIAYA PENELITIAN


B. Penjelasan Unsur-unsur Proposal R & D
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Latar belakang penelitian dan pengembangan yang adalah adanya potensi, kebutuhan dan permasalahan yang membutuhkan pemecahan menggunakan produk tertentu. Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memberikan nilai tambah. Pada dibagian ini dijelaskan potensi (produk) apa yang akan diteliti dan kemungkinan masalah yang akan timbul jika potensi tersebut tidak dikembangkan.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dibuat merujuk pada latar belakang masalah tentang pentingnya pengembangan suatu produk. Rumusan masalah dibuat setelah mengumpulkan informasi dan biasanya berbentuk dalam kalimat tanya yang harus jawab dengan melakukan penelitian ini. Rumusan masalah mencakup pertanyaan tentang kondisi yang menuntut dikembangkannya suatu produk serta produk yang ingin dihasilkan.
C. Tujuan
Tujuan dalam penelitian ini adalah menemukan atau mengembangkan sesuatu (produk) baru yang bermanfaat. Disini dijelaskan hasil akhir apa yang ingin dicapai setelah penelitian dan pengembangan ini selesai dilakukan.
D. Manfaat
Bagian ini menjelaskan manfaat apa yang bisa didapatkan dari produk yang diteliti atau dikembangkan dalam penelitian ini. Manfaat disini terutama yang berhubungan dengan pemecahan masalah yang dihadapi dalam penelitian yang dilakukan. Manfaat lain yang perlu dikemukakan adalah manfaat yang diperoleh bagi lembaga sebagai penyelenggara kegiatan penelitian atau pihak-pihak yang dapat memenfaatkan produk yang dihasilkan.

III. LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori
Berisikan uraian tentang landasan teori yang digunakan sebagai kerangka acuan dalam mengembangkan produk, terutama berkaitan dengan spesifikasi produk yang akan dikembangkan.

B. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan bagian dari penelitian yang menggambarkan alur gambaran kerja dari penelitian yang akan dilakukan. Kerangka berpikir dikemukakan dengan maksud untuk menyusun reka pemecahan masalah melalui pengembangan produk yang dihasilkan.

C. Produk yang Dihasilkan
Pada bagian ini dijelaskan desain produk yang ingin dihasilkan dan spesifikasi awal produk tersebut. Produk yang dihasilkan bisa berbentuk software maupun hardware. Dalam dunia pendidikan produk yang dihasilkan bisa berupa sistem pengelolaan pendidikan atau pembelajaran, sistem pendidikan atau pembelajaran, media pendidikan atau pembelajaran dan lain-lain.

III. METODE PENELITIAN
A. Prosedur Penelitian
Pada bagian ini dijelaskan langkah-langkah penelitian dan pengembangan yang dilakukan meliputi penelitian pendahuluan, pengembangan produk, dan pengujian produk. Dalam uraian tentang penelitian pendahuluan dijelaskan semua kegiatan yang dilaksanakan untuk mendapatkan landasan teoretis dan landasan empirik pengembangan produk. Uraian tentang pengembangan produk dijelaskan dengan mengemukakan langkah-langkah sehingga diperolehnya produk awal kemudian proses uji coba yang dilakukan untuk menyempurnakan produk. Dari proses tersebut diharapkan diperoleh produk yang sudah disempurnakan. Tahap selanjutnya dijelaskan proses pengujian untuk mengetahui efektivitas produk dalam memecahkan masalah.

B. Tempat dan Waktu Penelitian
Pada bagian perlu didijelaskan dimana setiap tahapan proses penelitian dilaksanakan dan berapa lama penelitian direncanakan.

C. Populasi, Sampel, dan Subyek Penelitian
Pada bagian ini dikemukakan populasi yang menjadi sasaran pada tahap penelitian pendahuluan, sampel penelitian dipilih serta teknis yang digunakannya. Selanjutnya dikemukakan subyek yang dilibatkan selama pengembangan produk dan pengujian produk.

D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Penjelasan tentang teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian mencakup jenis data, teknik pengumpulan data, serta instumen yang akan digunakan pada setiap tahapan studi. Mengingat studi dilakukan dalam beberapa tahap, maka data dan instrumen yang digunakan lebih bervariasi dibandingkan dengan jenis penelitian lain.

E. Teknik Analsis Data
Teknik analsis data mengungkapkan langkah-langkah analisis serta teknik analisis yang akan digunakan dalam setiap tahapan penelitian. Besar kemungkinan pada setiap tahapan penelitian menggunakan teknik analisis yang berbeda. Peneliti harus menjelaskan setiap teknik yang digunakan.
READ MORE - PROPOSAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF

Proposal Penelitian Kualitatif

A. Garis Besar Isi Proposal Penelitian Kualitatif
Garis-garis besar isi proposal penelitian kualitatif menurut McMillan & Schumacher (2001) menjelaskan sebagai berikut:
PENDAHULUAN
1. Pernyataan masalah secara umum
Rumusan permasalahan penelitian yang masih bersifat umum dinyatakan secara jelas dan tepat, agar mudah dipahami oleh pembaca yang bukan ahli dalam bidang yang diteliti. Rumusan masalah juga hendaknya menegaskan kedudukan masalah dalam bidang pendidikan. Rumusan permasalahan umum tersebut disimpan dalam awal alinea, diikuti oleh rumusan tentang latar belakang munculnya masalah. Masalah umum dirumuskan dalam kalimat yang berbunyi “menggambarkan dan menganalisis”, kegiatan atau proses yang diteliti.
2. Reviu kepustakaan
Dikemukakan kerangka konseptual awal yang digunakan dalam merumuskan masalah atau merumuskan pertanyaan awal, serta menegaskan pentingnya penelitian. Pentingnya penelitian dijelaskan dengan mengidentifikasi kesenjangan-¬kesenjangan yang ada. Dalam reviu kepustakaan juga dapat dikemukakan pemikiran para ahli dalam bidang yang lebih luas seperti tinjauan: sosiologis, psikologis, antropologis, politis. Reviu kepustakaan dalam penelitian kualitatif tidak mereviu secara tuntas tetapi berupa reviu awal untuk meng¬eksplisitkan kerangka pemikiran peneliti dalam memasuki lapangan, memulai wawancara dan melakukan pengamatan. Reviu kepustakaan diperlukan untuk memperkuat perlu¬nya melakukan studi deskriptif secara mendalam, dan meng¬gunaan pendekatan kualitatif.

3. Masalah bayangan (pertanyaan awal)
Masalah bayangan merupakan perkiraan atau dugaan tentang masalah utama yang dihadapi dalam sesuatu kegiatan atau sesuatu lokasi. Rumusan masalah masih bersifat umum, akan diperjelas secara lebih spesifik dalam pelaksanaan penelitian. Untuk merumuskan masalah bayangan peneliti harus mendapatkan informasi pendahuluan. Dalam merumus¬kan masalah ini biasanya peneliti mempunyai perkiraan tentang lokasi penelitian dan/ atau partisipan yang akan dilibatkan.
4. Manfaat penelitian
Menjelaskan pentingnya penelitian dalam pengembangan pengetahuan, implikasinya bagi penelitian lebih lanjut dan penyempurnaan pelaksanaan pendidikan. Penelitian kualitatif seringkali berupaya memberikan beberapa tambahan pengetahuan dalam deskripsi yang lebih mendetil tentang peristiwa yang bersifat alamiah yang tidak dideskripsikan secara sempurna dalam literatur. Penelitian kualitatif juga memberikan sumbangan dalam pengembangan konsep atau penjelasan teoretis dari apa yang diamati.

DESAIN DAN METODOLOGI
Desain dan metodologi dalam penelitian kualitatif meliputi: lokasi atau seting sosial yang dipilih, peranan peneliti, strategi penentuan sampel secara purposif, analisis data yang bersifat induktif, dan keterbatasan desain.
1. Pemilihan lokasi
Mendeskripsikan kecocokan keadaan lokasi dengan tujuan penelitian, menggambarkan fenomena-fenomena dan proses seperti yang dinyatakan dalam masalah awal. Deskripsi lokasi misalnya mencakup jenis satuan pendidikan (sekolah), tujuan atau peranannya di masyarakat, kegiatan atau proses yang spesifik, dan jenis partisipan. Rumusan tentang lokasi lebih diarahkan pada mendeskripsikan karakteristik khusus dari suatu lokasi serta perbedaanya dengan lokasi lain.

2. Jaringan (Setting) sosial yang dipilih
Mendeskripsikan anggota-anggota kelompok yang akan dilibat¬kan dalam penelitian. Pada bagian ini dideskripsikan peranan mereka dalam kegiatan serta bagaimana keterlibatan mereka di dalam penelitian. Perlu ditunjukan adanya hubungan logis antara informasi yang akan didapatkan melalui kontak pribadi dengan masalah bayangan.
3. Peranan peneliti
Peranan peneliti dikemukakan secara umum umpamanya sebagai pengamat partisipatif atau pewawancara (mendalam). Karena peranan peneliti sangat mempengaruhi hubungan dalam pengumpulan data yang bersifat interaktif, maka peranannya tersbeut harus disesuaikan dengan konteks sosial setempat. Peranan peneliti harus cocok dengan tugasnya untuk mengungkap masalah awal yang ditetapkan.

4. Strategi penentuan sampel purposif
Strategi penentuan sampel yang bersifat purposif dinyatakan dalam proposal, walaupun strategi ini akan dikembangkan lebih lanjut dalam pelaksanaan penelitian di lapangan. Tujuan dan pengambilan sampel secara purposif adalah untuk memperoleh sampel kecil dari individu-individu yang kaya akan informnasi, proses, atau wawasan sosial. Dalam pemilihan sampel juga dijelaskan bagaimana memelihara nama baik subyek yang diteliti, menjaga kerahasiaan data dan individu-individu yang akan dijadikan sebagai sumber data.
5. Strategi pengumpulan data
Walaupun strategi pengumpulan data akan dikembangkan dalam pelaksanaan pengumpulan data di lapangan, tetapi strategi secara umum dan beberapa prinsip yang menjadi pegangan perlu dijelaskan. Pada prinsipnya penelitian kualitatif menggunakan teknik pengumpulan data yang beragam (multi teknik). Dalam strategi pengumpulan data juga perlu dijelaskan lebih spesifik tentang tahap-tahap observasi, bentuk wawancara mendalam, dokumen yang diharapkan dikumpulkan termasuk perkiraan waktu pengumpulan data, bentuk format pencatat¬an data seperti catatan lapangan, rangkuman pengamatan, catatan interviu, transkrip, dan lain-lain. Meskipun strategi pengumpulan data sudah direncanakan dalam desain tetapi dalam pelaksa¬naannya di lapangan diperlukan penyesuaian-penyesuaian dan perubahan.


6. Analisis data yang bersifat induktif
Analisis data dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Sambil mengumpulkan data dan mencari temuan-temuan dari lapangan, proses analisis data juga terus dilakukan. Proses analisis bersifat induktif menghimpun dan memadukan data-data khusus menjadi kesatuan-kesatuan informasi. Pengumpul¬an dan analisis dilakukan melalui pembuatan catatan lapangan, pemberian kode pada topik-topik, membuat kategori, teknik mencari pola, dan lain-lain. Hasil analisis data disajikan dalam bentuk diagram, tabel, grafik, profil, dan sebagainya dan biasanya akan disimpan dalam lampiran. Untuk analisis data bisa juga digunakan program software terutama untuk manajemen data.
7. Keterbatasan desain
Dijelaskan keterbatasan desain dalam kaitan dengan lingkup studi, desain, dan metodologi. Masalah awal yang ditetapkan biasanya dibatasi pada satu aspek dalam satu kegiatan, umpamanya hanya meneliti tentang bagaimana guru mengajar dan bukan menilainya, atau mengetahui dampaknya terhadap siswa. Keterbatasan metodologi karena kesulitan berkenaan dengan peranan peneliti sebagai instrumen penelitian, penentuan sampel secara purposif, kegiatan yang bersifat alamiah yang tidak bisa diinterupsi. Keterbatasan desain, terutama berkenaan dengan validitas, reliabilitas, dan perluasan temuan. Temuan¬-temuan dalam penelitian kualitatif tidak digeneralisasikan.

RUJUKAN
Memuat sumber-sumber apa yang dijadikan rujukan. Sumber tersebut bisa berbentuk buku, jurnal, hasil penelitian serta sumber¬-sumber dalam situs internet. Rujukan digunakan dalam identifikasi, perumusan masalah, penentuan sampel, penyusunan desain, pemilihan strategi pengumpulan data, analisis data dan interpretasi temuan, bahkan sampai pembahasan dan penyimpulan.

LAMPIRAN
Lampiran merupakan bahan pelengkap dan kegiatan atau temuan-temuan hasil penelitian.
Atas dasar garis-garis besar yang dikemukakan di atas, dalam uraian selanjutnya akan dibahas secara spesifik substansi masing-masing jenis proposal. Penjelasan setiap jenis dirinci berdasarkan pokok-pokok perbedaan dari jenis proposal yang telah diuraikan sebelumnya.

B. Penjelasan Unsur-unsur Proposal Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif didasari oleh asumsi bahwa realitas adalah sesuatu yang kompleks, dinamis, penuh makna, dan mengandung pola fikir induktif. Dengan demikian, permasalahan penelitian kualitatif belum bisa terjelaskan sebelumnya. Oleh karena itu, proposal penelitian kualitatif bersifat sementara dan berpeluang untuk berberkembang setelah peneliti memasuki situasi lapangan. Sesuai karakteristik penelitian kualitatif, rencana maupun desain penelitian dapat diubah secara fleksibel sesuai situasi dan kondisi setting penelitian. Hal inilah yang membedakan proposal penelitian kuantitatif dengan kualitatif. Penelitian kuantitatif proposalnya spesifik dan sudah baku sedangkan proposal kualitatif masih bersifat umum dan sementara.
Proposal penelitian kualitatif komponen-komponen penting yang lebih menggambarkan urutan tindak¬an yang harus dilakukan untuk mendapatkan data peneliti¬an sebagai masukan utama pemecahan masalah penelitian. Komponen-komponen tersebut berguna bagi peneliti teruatama dalam mengawali kegiatan penelitian. Proposal penelitian kualitatif dapat dikembangkan atas dasar desain penelitian yang merupakan bagian dari ren¬ca-na penelitian. Desain penelitian menunjukkan gambaran alur penelitian yang akan dilakukan guna memecahkan masalah. Unsur-unsur penting da¬lam desain penelitian kualitatif antara lain:
1. Menentukan fokus penelitian yang pada umumnya berisi tentang uraian latar belakang permasalahan, permasalahan yang muncul, identifikasi fenomena permasalahan yang menunjukkan realitas permasalahan, menentukan fokus penelitian yang dapat berfungsi sebagai guide atau pe-tunjuk dalam eksplorasi data.
2. Membangun paradigma penelitian yang sesuai dengan kondisi di lapangan guna mengembangkan landasan teori.
3. Menentukan kesesuaian paradigma dengan teori yang dikembangkan, sehingga peneliti yakin ter¬hadap kebenaran teori yang dibangun yang pada umum¬nya masih saling berkaitan dengan paradigma yang di¬kembang¬kan.
4. Menentukan sumber data yang dapat digali.
5. Menentukan tahapan-tahapan dalam proses penelitian.
6. Mengembangkan instrumen penelitian yang dituangkan se¬cara tertulis sebagai pertanggungjawaban peneliti.
7. Merencanakan teknik pengumpulan data dan cara pencatatannya.
8. Rencana analisis data.
9. Merencanakan lokasi dan tempat penelitian agar peneliti memperoleh informasi dari tangan pertama (data primer).
10. Merencanakan lokasi penelitian yang sesuai dan relevan.
Berdasarkan desain tersebut di atas, proposal penelitian kualitatif dapat dikemas dalam sistematikan penulisan sebagai berikut:

JUDUL PENELITIAN
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Fokus Penelitian
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Kegunaan/ Manfaat Penelitian
II STUDI KEPUSTAKAAN
III PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
B. Tempat Penelitian
C. Instrumen Penelitian
D. Sumber Data
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Teknik Analisis Data
G. Pengujian Keabsahan Data
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
ANGGARAN BIAYA PENELITIAN
Penelitian kualitatif naturalistik biasanya didesain secara longgar, tidak ketat, sehingga dalam pelaksanaan penelitian ber¬peluang mengalami perubahan dari apa yang telah direncanakan. Hal itu dapat saja terjadi bila apa yang direncanakan tidak sesuai dengan apa yang dijumpai di lapangan. Meski demikian, aktivitas penelitian tetap harus dirancang dalam bentuk proposal atau usulan penelitian. Uraian berikut, menjelaskan susbtansi yang harus disajikan dalam proposal penelitian kuantitatif.

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam penelitian kualitatif masalah ini bersifat sementara, namun perlu dikemukakan dalam proposal penelitian. Masalah merupakan penyimpangan antara yang diharapkan dengan apa yang terjadi. Dalam latar belakang masalah ini perlu dikemukakan gambaran keadaan yang sedang terjadi yang dikaitkan dengan kebijakan, teori, perencanaan, tujuan dan pengalaman sehingga terlihat adanya kesenjangan yang merupakan masalah. Masalah yang berbentuk data dapat diperoleh melalui studi pendahuluan, pencermatan dokumen laporan penelitian, atau pernyataan orang-orang yang dianggap telah memiliki kredibilitas dalam bidangnya. Jika suatu permasalahan belum dapat diatasi maka diperlukan suatu penelitian. Dengan demikian, uraian dalam latar belakang masalah adalah menjawab pertanyaan mengapa penelitian ini dilakukan.

B. Fokus Masalah
Seperti langkah penelitian pada umumnya, salah satu tahapan yang dirasakan sulit dalam melakukan pe¬neliti¬an adalah mengidentifikasi masalah. Secara umum suatu masalah suatu keadaan yang menyebabkan seseorang bertanya-tanya, berpikir, dan berupaya menemukan kebenaran, dan dapat mengambil manfaatnya. Oleh karenanya, masa¬lah cenderung menggambarkan adanya suatu fenomena seperti kesenjangan, ketimpangan, ketidak¬cukupan, ketidaksesuaian, dan ke¬tidak¬laziman. Fe¬no¬mena masalah tersebut terjadi atau ada karena adanya se¬suatu yang diharapkan, dipikirkan, dirasakan, tidak sama de¬ngan kenyataan.
Atas dasar prinsip masalah tersebut, dalam meng¬identifikasi masalah dapat muncul pertanyaan yang terkait dengan apa(kah), mengapa, atau bagaimana. Dari pertanyaan yang muncul tergambar subtansi masalah yang akan terkait dengan jenis penelitian tertentu. Di dalam penelitian sebaiknya seorang peneliti me¬laku¬kan identifikasi masalah dengan mengungkapkan semua permasalahan yang terkait dengan bidang yang akan diteliti¬nya. Pada penelitian kuantitatif fokus masalah ini sama dengan pembatasan masalah. Pada penelitian kualitatif fokus masalah ini berdasarkan pada studi pendahuluan, pengalaman, referensi dan disarankan oleh orang yang dianggap ahli. Fokus masalah dalam penelitian ini masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian dilapangan.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus masalah maka dibuatlah rumusan masalah. Rumusan masalah merupakan pertanyaan yang jawabannya akan dicari dalam penelitian. Rumusan masalah ini merupakan panduan awal bagi peneliti untuk melakukan penjelajahan pada obyektif yang diteliti. Rumusan masalah ini tidak berkenaan dengan variabel yang spesifik melainkan lebih bersifat makro.

D. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian adalah menemukan, mengembangkan dan membuktikan pengetahuan. Dengan metode kualitatif peneliti dapat menemukan pemahaman yang luas dan mendalam terhadap situasi sosial yang kompleks. Penelitian dapat memahami interaksi dalam situasi tersebut sehingga ditemukan hipotesis dan pola hubungan yang akhirnya dapat dikembangkan menjadi suatu teori. Namun demikian, tujuan penelitian ini juga masih bersifat sementara dan akan terus berkembang selama penelitian dilakukan.

E. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian kualitatif manfaat penelitian lebih bersifat teoretis. Bila peneliti dapat menemukan suatu teori maka akan berguna untuk menjelaskan, memprediksikan atau mengendalikan suatu gejala.

II. STUDI KEPUSTAKAAN
Stusi kepustakaan pembahasannya lebih difokuskan pada informasi sekitar permasalahan penelitian yang hendak diteliti. Materi dapat diambil dari mualai yang sederhana menuju yang kompleks atau langsung berkaitan dengan kajian sosial budaya yang berkembang pada situasi sosial yang diteliti. Terdapat tiga kriteria terhadap teori yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian yaitu relevansi, kemutakhiran, dan keaslian. Semakin banyak fokus penelitian yang ditetapkan maka akan Semakin banyak teori yang dikemukakan. Validasi awal bagi peneliti kualitatif adalah sejauh mana kemampuan peneliti mendeskripsikan teori-teori yang terkait dengan bidang serta konteks sosial yang diteliti. Dalam penelitian kualitatif, teori yang dikembangkan masih bersifat sementara dan akan berkembang selama penelitian dilakukan.

III. PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Pada bagian ini perlu dijelaskan kenapa penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif. Pada umumnya peneliti menggunakan metode ini karena permasalahan belum jelas, holistik, kompleks, dinamis dan penuh makna sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial tersebut disaring dengan menggunakan metode kuantitatif. Selain itu peneliti juga berusaha memahami situasi sosial secara mendalam, menemukan pola, hipotesis dan teori.

B. Tempat Penelitian
Ketika menjelaskan tentang tempat penelitian, peneliti mendeskripsikan kecocokan tempat penelitian dengan tujuan penelitian, menggambarkan fenomena sosial dan proses yang terdapat dalam rumusan masalah. Deskripsi tentang lokasi lebih menjelaskan tentang karakteristik khusus lokasi dibandingkan dengan lokasi lainnya.

C. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen kunci adalah peneliti itu sendiri atau anggota tim peneliti. Disini perlu dijelaskan siapa yang akan menjadi instrumen penelitian dan instrumen tambahan setelah permasalahan dan fokus masalah jelas.

D. Sumber Data
Dalam penelitian kualitatif sampel sumber data dipilih secara purposive. Penentuan sampel sumber data pada proposal masih bersifat sementara. Pada tahap awal yang dijadikan sampel adalah sumber yang dapat memberikan informasi dan mampu menjembatani kemana saja peneliti akan melakukan pengumpulan data. Dalam penelitian ini sering sample diminta menunjukan orang lain yang bisa memberikan informasi tambahan.

E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif ada beberapa teknik pengumpulan data yaitu observasi partisipan, wawancara secara mendalam, studi dokumentasi dan gabungan ketiganya (triagulasi). Pada tahap ini dijelaskan lebih spesifik strategi dari tahap-tahap observasi, bentuk wawancara, dokumen yang diharapkan bisa dikumpulkan, perkiraan lama waktu pengumpulan data, bentuk format pencatatan, dan lain-lain.

F. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif analisis data dilakukan secara bersamaan dengan pengumpulan data. Proses analisis bersifat induktif yaitu mengumpulkan informasi-informasi khusus menjadi satu kesatuan. Pengumpulan dan analisis data dilakukan melalui pembuatan catatan lapangan, pemberian kode pada topik-topik penting, membuat kategori dan mencari pola. Hasil analisis disajikan dalam bentuk diagram, tabel, grafik profil, dll.

G. Pengujian Keabsahan Data
Di bagian ini dijelaskan tentang uji keabsahan data yang meliputi uji kredibilitas data (validasi internal), uji dependabilitas (reliabilitas), uji transferabilitas (validasi eksternal), dan uji komfirmabilitas (obyektiftivitas)
READ MORE - PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF

KONSEP DASAR PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN

Konseo Dasar Penyusunan Proposal Penelitian

A. Pengertian dan Tujuan Proposal
Penyusunan proposal atau usulan penelitian merupakan langkah awal yang harus dilakukan peneliti sebelum memulai kegiatan penelitian. Proposal penelitian dapat membantu memberi arah pada peneliti agar mampu menekan kesalahan yang mungkin terjadi selama proses penelitian berlangsung. Jika proposal penelitian sudah disusun secara sistematis, lengkap dan tepat, akan mempercepat pelaksanaan, proses serta penyusunan laporan penelitian. Proposal mempunyai arti sangat penting bagi setiap peneliti dalam usaha mempercepat, meningkatkan serta menjaga kualitas hasil penelitian. Proposal penelitian harus dibuat sistematis dan logis sehingga dapat dijadikan pedoman yang mudah diikuti.
Proposal penelitian adalah gambaran se¬cara rinci tentang proses yang akan dilakukan oleh peneliti untuk dapat memecahkan permasalahan penelitian. Secara umum, poposal penelitian merupakan pedoman yang berisi langkah-langkah yang akan diikuti peneliti untuk melakukan penelitiannya. Dalam menyusun proposal perlu diantisipasi munculnya berbagai sumber yang dapat bermanfaat sehingga dapat digunakan dalam mendukung penelitian atau faktor-faktor yang mungkin menghambat kegiatan penelitian. Tujuan umum proposal penelitian adalah memberitahukan secara jelas tentang tujuan penelitian, siapa yang hendak ditemui, serta apa yang akan dilakukan atau dicari di lokasi penelitian. Proposal penelitian dibuat pe¬neliti sebelum melakukan kerja lapangan.
Proposal atau sering disebut juga sebagai usulan penelitian adalah suatu pernyataan tertulis mengenai rencana atau rancangan kegiatan penelitian secara keseluruhan. Proposal penelitian berkaitan dengan pernyataan atas urgensi dari suatu penelitian. Membuat proposal penelitian bisa jadi merupakan langkah yang paling sulit namun menyenangkan di dalam tahapan proses penelitian. Pada tahap ini, seluruh kegiatan penelitian disintesiskan ke dalam suatu desain yang spesifik. Dalam proposal, peneliti mempraktekan bahwa mereka telah mengetahui apa yang akan mereka cari, bagaimana cara mencari dan mengenalinya, serta menjelaskan mengapa penelitian itu memiliki nilai kegunaan sehingga perlu untuk dilakukan.

B. Isi Proposal
Di muka telah dijeaskan bahwa penelitian adalah proses yang sistematis. Maknanya bahwa penelitian dilakukan dengan urutan dan prosedur tertentu dan para peneliti mengikuti cara seperti itu dalam penelitiannya. Untuk itulah diperlukan proposal sebagai bentuk perencanaan penelitian. Keseluruhan isi yang dimuat dalam proposal penelitian pada dasarnya adalah jawaban atas pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
Why  Mengapa penelitian tersebut dilaksanakan?
What  Apa yang akan diteliti?
How  Bagaimana penelitian dilaksanakan?
Where  Dimana penelitian dilaksanakan?
When  Kapan penelitian dilaksanakan?
Who  Siapa yang terlibat dalam kegiatan penelitian?
Sebelum mengungkap secara detail bagian-bagian (isi) sutau proposal perlu dikemukakan garis-garis besar proposal. Walaupun banyak unsur dari proposal yang mirip untuk penelitian kuantitatif dan kualitatif, tetapi terdapat sejumlah variasi dalam aspek metodologis dari kedua jenis penelitian tersebut. Oleh karena itu, dalam pembahasan berikut ini kedua jenis proposal tersebut disajikan secara terpisah.
READ MORE - KONSEP DASAR PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN

Sabtu, 12 Juni 2010

LAPORAN PTK

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Apabila guru sudah merasa puas dengan siklus-siklus yang dilakukan, langkah berikutnya tidak lain adalah menyusun laporan kegiatan. Proses penyusunan laporan ini tidak akan dirasakan sulit apabila sejak awal guru sudah disiplin mencatat apa saja yang sudah dilakukan. Untuk menyusun laporan penelitian diperlukan pedoman penulisan yang dapat dipakai sebagai acuan para peneliti pelaksana, sehingga tidak ditemukan adanya variasi bentuk. Di samping itu, juga perlu disesuaikan dengan pedoman yang sudah ditetapkan Diknas dalam rangka memenuhi persyaratan penulisan karya tulis ilmiah (KTI) dalam upaya meningkatkan jabatan/ golongan melalui pengembangan profesi. Berikut ini disampaikan bentuk laporan PTK dalam rangka mempertanggungjawabkan kegiatan yang dilakukan dengan menglompokannya menjadi tiga bagian yaitu sebagai berikut.

A. Bagian Awal
Bagian awal terdiri dari:
1. Halaman Judul
2. Halaman Pengesahan
3. Abstrak
4. Kata Pengantar
5. Daftar Isi
6. Daftar tabel/ lampiran

B. Bagian Isi
Bagian isi memuat hal-hal sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian

BAB II KAJIAN TEORETIK DAN PUSTAKA
BAB III PROSEDUR/METODE PENELITIAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Penjelasan dari sistematika tersebut adalah sebagai berikut.
Dalam Bab I, dimulai dengan mendikripsikan masalah penelitian secara jelas dengan dukungan data faktual yang menunjukkan adanya masa-ah pada setting tertentu, pentingnya masalah untuk dipecahkan. Uraikan bahwa masalah yang diteliti benar-benar nyata, berada dalam kewenangan guru dan akibat yang ditimbulkan kalau masalah tidak dipecahkan
Selanjutnya masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya, sehingga akan terjawab setelah tindakan selesai dilakukan. Diupayakan rumusan masalah ini dapat dirinci dalam proses, situasi, hasil yang diperoleh.
Dalam tujuan penelitian hendaknya dikemukakan secara rinci tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan pada bagian sebelumnya.
Manfaat penelitian agar dikemukakan secara wajar, tidak perlu ambisius, rumuskan yang terkait dengan siswa, dan dapat juga diperluas ke guru.
Dalam Bab II, kemukakan teori dan hasil kajian/temuan/penelitian yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Serta memberi arah serta petunjuk pada pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan dalam penelitian. Diperlukan untuk dapat membangun argumentasi teoritis yang menunjukan bahwa tindakan yang diberikan dimung-kinkan dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelas. Pada akhir bab ini dapat dikemukakan hipotesis tindakan.
Pada Bab III, deskripsikan setting penelitian secara jelas, tahapan di setiap siklus yang memuat: rencana, pelaksanaan/ tindakan, pemantuan dan evaluasi beserta jenis instrumen yang digunakan, refleksi (perlu dibedakan antara metode penelitian pada usulan penelitian dengan metode yang ada pada laporan penelitian). Tindakan yang dilakukan berisfat rational, feasible, collaborative.

Kemudian pada Bab IV, dideskripsikan setting penelitian secara lengkap kemudian uraian masing-masing siklus dengan disertai data lengkap berserta aspek-aspek yang direkam/diamati tiap siklus. Rekaman itu menunjukkan terjadinya perubahan akibat tindakan yang diberikan. Ditunjukkan adanya perbedaan dengan pelajaran yang biasa dilakukan. Pada refleksi diakhir setiap siklus berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan dan kelemahan yang tenjadi dalam bentuk grafik. Kemukakan adanya perubahan/kemajuan/perbaikan yang terjadi pada diri siswa, lingkungan kelas, guru sendiri, minat, motivasi belajar, dan hasil belajar. Untuk bahan dasar analisis dan pembahasan kemukakan hasil keseluruhan siklus ke dalam suatu ringkasan tabel/ grafik. Dan tabel/grafik rangkuman itu akan dapat memperjelas perubahan yang terjadi disertai pembahasan secara rinci dan jelas.
Terakhir dalam Bab V sajikan simpulan dan hasil penelitian sesuai dengan hasil analisis dan tujuan penelitian yang telah disampaikan sebelumnya. Berikan saran sebagai tindak lanjut berdasarkan simpulan yang diperoleh baik yang menyangkut segi positif maupun negatifnya.

C. Bagian Penunjang
Daftar Pustaka
Memuat semua sumber pustaka yang dirujuk dalam kajian teori yang digunakan dalam semua bagian laporan, dengan sistem penulisan yang konsisten menurut ketentuan yang berlaku.

Lampiran-Lampiran
Berisi lampiran berupa instrumen yang digunakan dalam penelitian, lembar jawaban dari siswa, izin penelitian dan bukti lain yang dipandang penting.
READ MORE - LAPORAN PTK

PROPOSAL PTK

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Pengertian
Penyusunan proposal atau usulan penelitian merupakan langkah awal yang harus dilakukan peneliti sebelum memulai kegiatan PTK. Proposal PTK dapat membantu memberi arah pada peneliti agar mampu menekan kesalahan yang mungkin terjadi selama penelitian berlangsung. Proposal PTK harus dibuat sistematis dan logis sehingga dapat dijadikan pedoman yang mudah diikuti. Proposal PTK adalah gambaran terperinci tentang proses yang akan dilakukan peneliti (guru) untuk memecahkan masalah dalam pelaksanaan tugas (pembelajaran).
Proposal atau sering disebut juga sebagai usulan penelitian adalah suatu pernyataan tertulis mengenai rencana atau rancangan kegiatan penelitian secara keseluruhan. Proposal PTK penelitian berkaitan dengan pernyataan atas nilai penting dari suatu penelitian. Membuat proposal PTK bisa jadi merupakan langkah yang paling sulit namun menyenangkan di dalam tahapan proses penelitian. Sebagai panduan, berikut dijelaskan sistematika usulan PTK.

B. Sistematika Proposal
Sistematika proposal PTK mencakup unsur-unsur sebagai berikut:

JUDUL PENELITIAN
Judul penelitian dinyatakan secara singkat dan spesifik tetapi cukup jelas menggambarkan masalah yang akan diteliti, tindakan untuk mengatasi masalah serta nilai manfaatnya. Formulasi judul dibuat agar menampilkan wujud PTK bukan penelitian pada umumnya. Umumnya di bawah judul utama dituliskan pula sub judul. Sub judul ditulis untuk menambahkan keterangan lebih rinci tentang subyek, tempat, dan waktu penelitian. Berikut contoh judul PTK dalam pendidikan dasar.
(1) Meningkatkan hasil belajar melalui pembelajanan kooperatif pada mata pelajaran IPS (dapat dituliskan topik bahasan dan juga mata pelajarannya) di SD Negeri Banjarsari, Bandung.
(2) Penerapan pembelajaran model Problem Based Learning untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada mata pelajaran Fisika Kelas VII di SMP XXX.
(3) Implementasi Strategi Pembelajaran Inkuiri pada Mata Pelajaran Geografi untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep tentang Perpindahan Penduduk.

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan pembelajaran. Untuk itu, dalam uraian latar belakang masalah yang harus dipaparkan hal-hal berikut.
(1) Masalah yang diteliti adalah benar-benar masalah pembelajaran yang terjadi di sekolah. Umumnya didapat dari pengamatan dan diagnosis yang dilakukan guru atau tenaga kependidikan lain di sekolah. Perlu dijelaskan pula proses atau kondisi yang terjadi.
(2) Masalah yang akan diteliti merupakan suatu masalah penting dan mendesak untuk dipecahkan, serta dapat dilaksanakan dilihat dari segi ketersediaan waktu, biaya, dan daya dukung lainnya yang dapat memperlancar penelitian tersebut.
(3) Identifikasi masalah di atas, jelaskan hal-hal yang diduga menjadi akar penyebab dari masa!ah tersebut. Secara cermat dan sistematis berikan alasan (argumentasi) bagaimana dapat menarik kesimpulan tentang akar masalah itu.

B. Perumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah
Pada bagian ini umumnya terdiri atas jabaran tentang rumusan masalah, cara pemecahan masalah, tujuan serta manfaat atau kontribusi hasil penelitian.
(1) Perumusan Masalah, berisi rumusan masalah penelitian. Dalam perumusan masalah dapat dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan PTK. Rumusan masalah sebaiknya menggunakan kalimat tanya dengan mengajukan alternatif tindakan yang akan dilakukan dan hasil positif yang diantisipasi dengan cara mengajukan indikator keberhasilan tindakan, cara pengukuran serta cara mengevaluasinya.
(2) Pemecahan Masalah; merupakan uraian altematif tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah. Pendekatan dan konsep yang digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti disesuaikan dengan kaidah PTK. Cara pemecahan masalah ditentukan atas dasar akar penyebab permasalahan dalam bentuk tindakan yang jelas dan terarah. Alternatif pemecahan hendaknya mempunyai landasan konseptual yang mantap yang bertolak dari hasil analisis masalah. Di samping itu, harus terbayangkan manfaat hasil pemecahan masalah dalam pembenahan dan/atau peningkatan implementasi program pembelajaran. Juga dicermati artikulasi kemanfaatan PTK berbeda dari kemanfaatan penelitian formal.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan PTK dirumuskan secara jelas, dipaparkan sasaran antara dan sasaran akhir tindakan perbaikan. Perumusan tujuan harus konsisten dengan hakikat permasalahan yang dikemukakan dalam bagian-bagian sebelumnya. Sebagai contoh dapat dikemukakan PTK di bidang IPA yang bertujuan meningkatkan prestasi siswa dalam mata pelajaran IPA melalui penerapan strategi pembelajaran yang dianggap sesuai, pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar mengajar dan lain sebagainya. Pengujian dan/atau pengembangan strategi pembelajaran bukan merupakan rumusan tujuan PTK. Ketercapaian tujuan hendaknya dapat diverfikasi secara obyektif.
Di samping tujuan PTK di atas, juga perlu diuraikan kemungkinan kemanfaatan penelitian. Dalam hubungan ini, perlu dipaparkan secara spesifik keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh, khususnya bagi siswa, di samping bagi guru pelaksana PTK, bagi rekan-rekan guru lainnya serta bagi dosen LPTK sebagai pendidik guru. Pengembangan ilmu, bukanlah prioritas dalam menetapkan tujuan PTK

BAB II KERANGKA TEORETIK DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Pada bagian ini diuraikan landasan konseptual dalam arti teoritik yang digunakan peneliti dalam menentukan alternatif pemecahan masalah. Untuk keperluan itu, dalam bagian ini diuraikan kajian baik pengalaman peneliti PTK sendiri nyang relevan maupun pelaku-pelaku PTK lain di samping terhadap teori-teori yang lazim hasil kajian kepustakaan. Pada bagian ini diuraikan kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan mendasar usulan rancangan penelitian tindakan. Kemukakan juga teori, temuan dan bahan penelitian lain yang mendukung pilihan tindakan untuk mengatasi permasalahan penelitian tersebut. Uraian ini digunakan untuk menyusun kerangka berpikir atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian akhir dapat dikemukakan hipotesis tindakan yang menggambarkan indikator keberhasilan tindakan yang diharapkan/ diantisipasi. Sebagai contoh, akan dilakukan PTK yang menerapkan model pembelajaran kontekstual sebagai jenis tindakannya. Pada kajian pustaka harus jelas dapat dikemukakan:
(1) Bagaimana teori pembelajaran kontekstual, siapa saja tokoh-tokoh dibelakangnya, bagaimana sejarahnya, apa yang spesifik dari teori tersebut, persyaratannya, dll.
(2) Bagaimana bentuk tindakan yang dilakukan dalam penerapan teori tersebut pada pembelajaran, strategi pembelajarannya, skenario pelaksanaannya, dll.
(3) Bagaimana keterkaitan atau pengaruh penerapan model tersebut dengan perubahan yang diharapkan, atau terhadap masalah yang akan dipecahkan, hal ini hendaknya dapat dijabarkan dari berbagai hasil penelitian yang sesuai.
(4) Bagaimana perkiraan hasil (hipotesis tindakan) dengan dilakukannya penerapan model di atas pada pembelajaran terhadap hal yang akan dipecahkan.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN
Pada bagian ini diuraikan secara jelas prosedur penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan obyek, waktu dan lamanya tindakan, serta lokasi penelitian secara jelas. Prosedur hendaknya dirinci dan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi-refleksi, yang bersifat daur ulang atau siklus. Sistematika dalam ini meliputi:
a. Setting penelitian dan karakteristik subjek penelitian. Pada bagian ini disebutkan di mana penelitian tersebut dilakukan, di kelas berapa dan bagaimana karakteristik dari kelas tersebut seperti komposisi siswa pria dan wanita. Latar belakang sosial ekonomi yang mungkin relevan dengan permasalahan, tingkat kemampuan dan lain sebagainya.
b. Variabel yang diselidiki. Pada bagian ini ditentukan variabel-variabel penelitian yang dijadikan fokus utama untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Variabel tersebut dapat berupa (1) variabel input yang terkait dengan siswa, guru, bahan pelajaran, sumber belajar, prosedur evaluasi, lingkungan belajar, dan lain sebagainya; (2) variabel proses pelanggaran KBM seperti interaksi belajar-mengajar, keterampilan bertanya, guru, gaya mengajar guru, cara belajar siswa, implementasi berbagai metode mengajar di kelas, dan sebagainya, dan (3) variabel output seperti rasa keingintahuan siswa, kemampuan siswa mengaplikasikan pengetahuan, motivasi siswa, hasil belajar siswa, sikap terhadap pengalaman belajar yang telah digelar melalui tindakan perbaikan dan sebagainya.
c. Rencana Tindakan. Pada bagian ini digambarkan rencana tindakan untuk meningkatkan pembelajaran, seperti :
1) Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan dengan PTK yang diprakarsai seperti penetapan tindakan, pelaksanaan tes diagnostik untuk menspesifikasi masalah, pembuatan skenario pembelajaran, pengadaan alat-alat dalam rangka implementasi PTK, dan lain-lain yang terkait dengan pelaksanaan tindakan perbaikan yang ditetapkan. Disamping itu juga diuraikan alternatif-alternatif solusi yang akan dicobakan dalam rangka perbaikan masalah
2) Implementasi Tindakan, yaitu deskripsi tindakan yang akan dilakukan. Skenario kerja tindakan perbaikan dan prosedur tindakan yang akan diterapkan.
3) Observasi dan Interpretasi, yaitu uraian tentang prosedur perekaman dan penafsiran data mengenai proses dan produk dari implementasi tindakan perbaikan yang dirancang.
4) Analisis dan Refleksi, yaitu uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi berkenaan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan digelar, personel yang akan dilibatkan serta kriteria dan rencana bagi tindakan berikutnya.
d. Data dan cara pengumpulannya. Pada bagian ini ditunjukan dengan jelas jenis data yang akan dikumpulkan yang berkenaan dengan baik proses maupun dampak tindakan perbaikan yang di gelar, yang akan digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kekurangberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran yang dicobakan. Format data dapat bersifat kualitatif, kuantitatif, atau kombinasi keduanya.
e. Indikator kinerja, pada bagian ini tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara eksplisit sehingga memudahkan verifikasinya untuk tindakan perbaikan melalui PTK yang bertujuan mengurangi kesalahan konsep siswa misalnya perlu ditetapkan kriteria keberhasilan yang diduga sebagai dampak dari implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud.
f. Tim peneliti dan tugasnya, pada bagian ini hendaknya dicantumakan nama-nama anggota tim peneliti dan uraian tugas peran setiap anggota tim peneliti serta jam kerja yang dialokasikan setiap minggu untuk kegiatan penelitian.
g. Jadwal kegiatan penelitian disusun dalam matriks yang menggambarkan urutan kegiatan dari awal sampai akhir.
h. Rencana anggaran, meliputi kebutuhan dukungan financial untuk tahap persiapan pelaksanan penelitian, dan pelaporan.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN (Lain-lain yang dianggap perlu seperti rancangan materi dan pembelajaran yang akan dilaksanakan, serta alat pengumpulan data).
READ MORE - PROPOSAL PTK

PROSEDUR PELAKSANAAN PTK

PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PTK bukan hanya bertujuan mengungkapkan penyebab dari berbagai permasalahan pembelajaran yang dihadapi seperti kesulitan siswa dalam mempelajari pokok-pokok bahasan tertentu, tetapi yang lebih penting lagi adalah memberikan pemecahan masalah berupa tindakan tertentu untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Atas dasar itu, terdapat tiga hal penting dalam pelaksanaan PTK yakni sebagai berikut.
(1) PTK adalah penelitian yang mengikutsertakan secara aktif peran guru dan siswa dalam berbagai tindakan.
(2) Kegiatan refleksi (perenungan, pemikiran, evaluasi) dilakukan berdasar- kan pertimbangan rasional (menggunakan konsep teori) yang mantap dan valid guna melakukan perbaikan tindakan dalam upaya memecahkan masalah yang terjadi.
(3) Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran dilakukan dengan segera dan dilakukan secara praktis (dapat dilakukan dalam praktik pembelajaran).
Pembahasan berikutnya akan menguraikan prosedur pelaksanaan PTK yang meliputi penetapan fokus permasalahan, perencanaan tindakan, pelak- sanaan tindakan yang diikuti dengan kegiatan observasi, interpretasi, dan analisis, serta refleksi. Apabila diperlukan, pata tahap selanjutnya disusun rencana tinda lanjut. Upaya tersebut dilakukan secara berdaur membentuk suatu siklus. Langkah-langkah pokok yang ditempuh pada siklus pertama dan siklus-siklus berikutnya adalah sebagai berikut.
(1) Penetapan fokus permasalahan
(2) Perencanaan tindakan
(3) Pelaksanaan tindakan
(4) Pengumpulan data (pengamatan/observasi)
(5) Refleksi (analisis, dan interpretasi)
(6) Perencanaan tindak lanjut.
Untuk lebih jelasnya, rangkaian kegiatan dari setiap siklus dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3. 1. Siklus Kegiatan PTK
Setelah permasalahan ditetapkan, pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus pertama yang terdiri atas empat kegiatan. Apabila sudah diketahui keberhasilan atau hambatan dalam tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama, peneliti kemudian mengidentifikasi permasalahan baru untuk menentukan rancangan siklus berikutnya. Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan sebelumnya bila ditujukan untuk mengulangi keberhasilan, untuk meyakinkan, atau untuk menguatkan hasil. Tetapi pada umumnya kegiatan yang dilakukan dalam siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari tindakan sebelumnya yang ditunjukan untuk mengatasi berbagai hambatan/ kesulitan yang ditemukan dalam siklus sebelumnya.
Dengan menyusun rancangan untuk siklus kedua, peneliti dapat melanjutkan dengan tahap kegiatan-kegiatan seperti yang terjadi dalam siklus pertama. Jika sudah selesai dengan siklus kedua dan peneliti belum merasa puas, dapat dilanjutkan pada siklus ketiga, yang tahapannya sama dengan siklus terdahulu. Tidak ada ketentuan tentang berapa siklus harus dilakukan. Banyaknya siklus tergantung dari kepuasan peneliti sendiri, namun ada saran, sebaiknya tidak kurang dari dua siklus. Rincian kegiatan pada setiap tahapan adalah sebagai berikut:

A. Penetapan Fokus Permasalahan
Sebelum suatu masalah ditetapkan/dirumuskan, perlu ditumbuhkan sikap dan keberanian untuk mempertanyakan, misalnya tentang kualitas proses dan hasil pembelajaran yang dicapai selama ini. Sikap tersebut diperlukan untuk menumbuhkan keinginan peneliti memperbaiki kualitas pembelajaran. Tahapan ini disebut dengan tahapan merasakan adanya masalah. Jika dirasakan ada hal-hal yang perlu diperbaiki dapat diajukan pertanyaan seperti di bawah ini.
1. Apakah kompetensi awal siswa yang mengikuti pelajaran cukup memadai?
2. Apakah proses pembelajaran yang dilakukan cukup efektif?
3. Apakah sarana pembelajaran cukup memadai?
4. Apakah hasil pembelajaran cukup berkualitas?
5. Bagaimana melaksanakan pembelajaran dengan strategi inovatif tertentu?
Secara umum karaktersitik suatu masalah yang layak diangkat untuk PTK adalah sebagai berikut.
1. Masalah itu menunjukkan suatu kesenjangan antara teori dan fakta empirik yang dirasakan dalam proses pembelajaran. Apabila hal ini terjadi, guru merasa prihatin atas terjadinya kesenjangan, timbul kepedulian dan niat untuk mengurangi tersebut dan berkolaborasi dengan dosen/widyaiswara/pengawas untuk melaksanakan PTK.
2. Masalah tersebut memungkinkan untuk dicari dan diidentifikasi faktor-faktor penyebabnya. Faktor-faktor tersebut menjadi dasar atau landasan untuk menentukan alternatif solusi.
3. Adanya kemungkinan untuk dicarikan alternatif solusi bagi masalah tersebut melalui tindakan nyata yang dapat dilakukan guru/peneliti.
Dianjurkan agar masalah yang dipilih untuk diangkat sebagai masalah PTK adalah yang memiliki nilai yang bukan sesaat, tetapi memiliki nilai strategis bagi keberhasilan pembelajaran lebih lanjut dan memungkinkan diperolehnya model tindakan efektif yang dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah serumpun. Pertanyaan yang dapat diajukan untuk menguji kelayakan masalah yang dipilih antara lain seperti di bawah ini.
1. Apakah masalah yang dirasakan secara jelas teridentifikasi dan terformulasikan dengan benar?
2. Apakah ada masalah lain yang terkait dengan masalah yang akan dipecahkan?
3. Apakah ada bukti empirik yang memperlihatkan nilai guna untuk perbaikan praktik pembelajaran jika masalah tersebut dipecahkan?
Pada tahap selanjutnya dilakukan identifikasi masalah yang sangat menarik perhatian. Aspek penting pada tahap ini adalah menghasilkan gagasan-gagasan awal mengenai permasalahan aktual yang dialami dalam pembelajaran. Tahap ini disebut identifikasi permasalahan. Cara melakukan identifikasi masalah antara lain sebagai berikut.
(1) Menuliskan semua hal (permasalahan) yang perlu diperhatikan karena akan mempunyai dampak yang tidak diharapkan terutama yang berkaitan dengan pembelajaran.
(2) Memilah dan mengklasisfikasikan permasalahan menurut jenis/ bidangnya, jumlah siswa yang mengalaminya, serta tingkat frekuensi timbulnya masalah tersebut.
(3) Mengurutkan dari yang ringan, jarang terjadi, banyaknya siswa yang mengalami untuk setiap permasalahan yang teridentifikasi.
(4) Dari setiap urutan diambil beberapa masalah yang dianggap paling penting untuk dipecahkan sehingga layak diangkat menjadi masalah PTK. Kemudian dikaji kelayakannya dan manfaatnya untuk kepentingan praktis, metodologis maupun teoretis.
Setelah memperoleh sederet permasalahan melalui identifikasi, dilanjut- kan dengan analisis untuk menentukan kepentingan. Analisis terhadap masa- lah juga dimaksud untuk mengetahui proses tindak lanjut perbaikan atau pemecahan yang dibutuhkan. Adapun yang dimaksud dengan analisis masalah di sini ialah kajian terhadap permasalahan dilihat dari segi kelayakannya. Sebagai acuan dapat diajukan antara lain pertanyaan sebagai berikut.
(1) Bagaimana konteks, situasi atau iklim di mana masalah terjadi?
(2) Apa kondisi-kondisi prasyarat untuk terjadinya masalah?
(3) Bagaimana keterlibatan masing-masing komponen dalam terjadinya masalah?
(4) Bagaimana kemungkinan alternatif pemecahan yang dapat diajukan?
(5) Bagaimana ketepatan waktu, dan lama atau durasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah?
Analisis masalah dipergunakan untuk merancang tindakan baik dalam bentuk spesifikasi tindakan, keterlibatan peneliti, waktu dalam satu siklus, indikator keberhasilan, peningkatan sebagai dampak tindakan, dan hal-hal yang terkait lainya dengan pemecahan yang diajukan.
Pada tahap selanjutnya, masalah-masalah yang telah diidentifikasi dan ditetapkan dirumuskan secara jelas, spesifik, dan operasional. Perumusan masalah yang jelas memungkinkan peluang untuk pemilihan tindakan yang tepat. Contoh rumusan masalah yang mengandung tindakan alternatif yang ditempuh antara lain sebagai berikut.
(1) Apakah strategi pembelajaran menulis yang berorientasi pada proses dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis?
(2) Apakah pembelajaran berorientasi proses dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran?
(3) Apakah penyampaian materi dengan menggunakan LKS dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran?
(4) Apakah penggunaan strategi pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran IPS?
Dalam memformulasikan masalah, peneliti perlu memperhatikan beberapa ketentuan yang biasa berlaku meliputi hal-hal di bawah ini.
(1) Aspek substansi menyangkut isi yang terkandung, perlu dilihat dari bobot atau nilai kegunaan manfaat pemecahan masalah melalui tindakan seperti nilai aplikatifnya untuk memecahkan masalah serupa yang dihadapi guru, kegunaan metodologi dan kegunaan teori dalam memperkaya keilmuan pendidikan/pembelajaran.
(2) Aspek orisinalitas (tindakan), yang menunjukan bahwa pemecahan dengan model tindakan itu merupakan suatu hal baru yang yang belum pernah dilakukan guru sebelumnya.
(3) Aspek formulasi, dalam hal ini masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Rumusan masalah harus dinyatakan secara lugas dalam arti eksplisit dan spesifik tentang apa yang akan dipermasalahkan serta tindakan yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.
(4) Aspek teknis, menyangkut kemampuan dan kelayakan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap masalah yang dipilih. Pertimbangan yang dapat diajukan seperti kemampuan teoretik dan metodologik pembelajaran, penguasaan materi ajar, teori, strategi dan metodologi pembelajaran, kemampuan fasilitas untuk melakukan PTK (dana, waktu, dan tenaga). Oleh karena itu, disarankan bagi peneliti untuk berangkat dari permasalahan sederhana tetapi bermakna, memiliki nilai praktis bagi guru dan semua yang berkolaborasi dapat memperoleh pengalaman belajar dalam rangka pengembangan keprofesionalannya.

B. Perencanaan Tindakan
Setelah masalah dirumuskan secara operasional, perlu dirumuskan alternatif tindakan yang akan diambil. Alternatif tindakan yang dapat diambil dapat dirumuskan ke dalam bentuk hipotesis tindakan dalam arti dugaan mengenai perubahan yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Perencanaan tindakan memanfaatkan secara optimal teori-teori yang relevan dan pengalaman yang diperoleh di masa lalu dalam kegiatan pembelajaran/penelitian sebidang. Bentuk umum rumusan hipotesis tindakan berbeda dengan hipotesis dalam penelitian formal.
Hipotesis tindakan umumnya dirumuskan dalam bentuk keyakinan tindakan yang diambil akan dapat memperbaiki sistem, proses, atau hasil. Hipotesis tindakan sesuai dengan permasalahan yang akan dipecahkan dapat dicontohkan seperti di bawah ini.
(1) Strategi pembelajaran menulis yang berorientasi pada proses dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis.
(2) Pembelajaran berorientasi proses dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
(3) Penyampaian materi dengan menggunakan LKS dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
(4) Penggunaan strategi pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran IPS.
Secara rinci, tahapan perencanaan tindakan terdiri atas kegiatan- kegiatan sebagai berikut.
(1) Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa rumusan hipotesis tindakan. Umumnya dimulai dengan menetapkan berbagai alternatif tindakan pemecahan masalah, kemudian dipilih tindakan yang paling menjanjikan hasil terbaik dan yang dapat dilakukan guru.
(2) Mentukan cara yang tepat untuk menguji hipotesis tindakan dengan menjabarkan indikator-indikator keberhasilan serta instrumen pengumpul data yang dapat dipakai untuk menganalisis indikator keberhasilan itu.
(3) Membuat secara rinci rancangan tindakan yang akan dilaksanakan mencakup; (a) Bagian isi mata pelajaran dan bahan belajarnya; (b) Merancang strategi dan skenario pembelajaran sesuai dengan tindakan yang dipilih; serta (c) Menetapkan indikator ketercapaian dan menyusun instrumen pengumpul data.

C. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahapan ini, rancangan strategi dan skenario pembelajaran diterap- kan. Skenario tindakan harus dilaksanakan secara benar tampak berlaku wajar. Pada PTK yang dilakukan guru, pelaksanaan tindakan umumnya dilakukan dalam waktu antara 2 sampai 3 bulan. Waktu tersebut dibutuhkan untuk dapat menyesaikan sajian beberapa pokok bahasan dan mata pelajaran tertentu. Berikut disajikan contoh aspek-aspek rencana (skenario) tindakan yang akan dilakukan pada satu PTK.
1. Dirancang penerapan metode tugas dan diskusi dalam pembelajaran X untuk pokok bahasan : A, B, C, dan D.
2. Format tugas: pembagian kelompok kecil sesuai jumlah pokok bahasan, pilih ketua, sekretaris, dll oleh dan dari anggota kelompok, bagi topik bahasan untuk kelompok dengan cara random, dengan cara yang menyenangkan.
3. Kegiatan kelompok; mengumpulkan bacaan, melalui diskusi anggota kelompok bekerja/ belajar memahami materi, menuliskan hasil diskusi dalam OHP untuk persiapan presentasi.
4. Presentasi dan diskusi pleno; masing-masing kelompok menyajikan hasil kerjanya dalam pleno kelas, guru sebagai moderator, lakukan diskusi, ambil kesimpulan sebagai hasil pembelajaran.
5. Jenis data yang dikumpulkan; berupa makalah kelompok, lembar OHP hasil kerja kelompok, siswa yang aktif dalam diskusi, serta hasil belajar yang dilaksanakan sebelum (pretes) dan setelah (postes) tindakan dilak- sanakan.

D. Pengamatan/Observasi dan Pengumpulan Data
Tahapan ini sebenarnya berjalan secara bersamaan pada saat pelaksa- naan tindakan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahapan ini, peneliti (atau guru apabila ia bertindak sebagai peneliti) melakukan pengamatan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi/penilaian yang telah disusun. Termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan dari waktu ke waktu dan dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, hasil kuis, presensi, nilai tugas, dan lain-lain), tetapi juga data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, atusias siswa, mutu diskusi yang dilakukan, dan lain-lain.
Instrumen yang umum dipakai adalah (a) soal tes, kuis; (b) rubrik; (c) lembar observasi; dan (d) catatan lapangan yang dipakai untuk memperoleh data secara obyektif yang tidak dapat terekam melalui lembar observasi, seperti aktivitas siswa selama pemberian tindakan berlangsung, reaksi mereka, atau pentunjuk-petunjuk lain yang dapat dipakai sebagai bahan dalam analisis dan untuk keperluan refleksi.
Sebagai contoh pada satu usulan PTK akan dikumpulkan data seperti: (a) skor tes essai; (b) skor kualitas (kualitatif) pelaksanaan diskusi dan jumlah pertanyaan dan jawaban yang terjadi selama proses pembelajaran; serta (c) hasil observasi dan catatan lapangan yang berkaitan dengan kegiatan siswa.
Berdasarkan data-data yang akan dikumpulkan seperti di atas, maka akan dipakai instrumen; (a) soal tes yang berbentuk essai; (b) pedoman dan kriteria penilaian/skoring baik dari tes essai maupun untuk pertanyaan dari jawaban lisan selama diskusi; (c) lembar observasi guna memperoleh data aktivitas diskusi yang diskor dengan rubrik; dan (d) catatan lapangan.
Data yang dikumpulkan hendaknya dicek untuk mengetahui keabsahannya. Berbagai teknik dapat dilakukan untuk tujuan ini, misalnya teknik triangulasi dengan cara membandingkan data yang diperoleh dengan data lain, atau kriteria tertentu yang telah baku, dan lain sebagainya. Data yang telah terkumpul memerlukan analisis lebih lanjut untuk mempermudah penggunaan maupun dalam penarikan kesimpulan. Untuk itu berbagai teknik analisis statistika dapat digunakan.

E. Refleksi
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasar data yang telah terkumpul, dan kemudian melakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan yang berikutnya. Refleksi dalam PTK mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dan proses refleksi, maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan yang dihadapi dapat teratasi.
READ MORE - PROSEDUR PELAKSANAAN PTK

KONSEP DASAR PTK

KONSEP DASAR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Pada awalnya, penelitian tindakan (action research) dikembangkan dengan tujuan untuk mencari penyelesaian terhadap problema sosial (terma- suk pendidikan). Penelitian tindakan diawali oleh suatu kajian terhadap suatu masalah secara sistematis (Kemmis dan Taggart, 1988). Hasil kijian ini dija- dikan dasar untuk menyusun suatu rencana kerja (tindakan) sebagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Kegiatan berikutnya adalah pelaksanaan tindakan dilanjutkan dengan observasi dan evaluasi. Hasil observasi dan eva- luasi digunakan sebagai masukkan melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada saat pelaksanaan tindakan. Hasil refleksi kemudian dijadikan landasan untuk menentukan perbaikan serta penyempurnaan tindakan selanjutnya.
Menurut Kemmis (1988), penelitian tindakan adalah suatu bentuk peneli- tian refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki praktik yang dilakukan sendiri. Dengan demikian, akan diperoleh pemahaman yang komprehensif mengenai praktik dan situasi di mana praktik tersebut dilaksanakan. Terdapat dua hal pokok dalam penelitian tindakan yaitu perbaikan dan keterlibatan. Hal ini akan mengarahkan tujuan penelitian tindakan ke dalam tiga area yaitu; (1) untuk memperbaiki praktik; (2) untuk pengembangan profesional dalam arti meningkatkan pemahaman para praktisi terhadap praktik yang dilaksana- kannya; serta (3) untuk memperbaiki keadaan atau situasi di mana praktik tersebut dilaksanakan.
Dalam bidang pendidikan, khususnya dalam praktik pembelajaran, pene-litian tindakan berkembang menjadi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Reserach (CAR). PTK adalah penelitian tindakan yang dilaksanakan di dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung. PTK dilaku- kan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran. PTK berfokus pada kelas atau pada proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas.
Suharsimi (2002) menjelaskan PTK melalui gabungan definisi dari tiga kata yaitu “Penelitian” + “Tindakan“ + “Kelas”. Makna setiap kata tersebut adalah sebagai berikut.
Penelitian; kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara dan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam memecahkan suatu masalah.
Tindakan; sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Tindakan yang dilaksanakan dalam PTK berbentuk suatu rangkaian siklus kegiatan.
Kelas; sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Siswa yang belajar tidak hanya terbatas dalam sebuah ruangan kelas saja, melainkan dapat juga ketika siswa sedang melakukan karyawisata, praktikum di laboratorium, atau belajar tempat lain di bawah arahan guru.
Berdasarkan pengertian di atas, komponen yang terdapat dalam sebuah kelas yang dapat dijadikan sasasaran PTK adalah sebagai berikut.
1. Siswa, dapat dicermati obyeknya ketika siswa sedang mengikuti proses pembelajaran. Contoh permasalahan tentang siswa yang dapat menjadi sasaran PTK antara lain perilaku disiplin siswa, motivasi atau semangat belajar siswa, keterampilan berpikir kritis, kemampuan memecahkan masalah dan lain-lain.
2. Guru, dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang mengajar atau membimbing siswa. Contoh permasalahan tentang guru yang dapat menjadi sasaran PTK antara lain penggunaan metode atau strategi pembelajaran, penggunaan pendekatan pembelajaran, dan sebagainya.
3. Materi pelajaran, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar atau menyajikan materi pelajaran yang ditugaskan pada siswa. Contoh permasalahan tentang materi yang dapat menjadi sasaran PTK misalnya urutan dalam penyajian materi, pengorganisasian materi, integrasi materi, dan lain sebagainya.
4. Peralatan atau sarana pendidikan, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar dangan menggunakan peralatan atau sarana pendidikan tertentu. Contoh permasalahan tentang peralatan atau sarana pendidikan yang dapat menjadi sasaran PTK antara lain pemanfaatan laboratorium, penggunaan media pembelajaran, dan penggunaan sumber belajar.
5. Hasil pembelajaran yang ditinjau dari tiga ranah (kognitif, afektif, psikomotorik), merupakan produk yang harus ditingkatkan melalui PTK. Hasil pembelajaran akan terkait dengan tindakan yang dilakukan serta unsur lain dalam proses pembelajaran seperti metode, media, guru, atau perilaku belajar siswa itu sendiri.
6. Lingkungan, baik lingkungan siswa di kelas, sekolah, maupun yang lingkungan siswa di rumah. Dalam PTK, bentuk perlakuan atau tindakan yang dilakukan adalah mengubah kondisi lingkungan menjadi lebih kondusif misalnya melalui penataan ruang kelas, penataan lingkungan sekolah, dan tindakan lainnya.
7. Pengelolaan, merupakan kegiatan dapat diatur/direkayasa dengan bentuk tindakan. Contoh permasalahan tentang pengelolaan yang dapat menjadi sasaran PTK antara lain pengelompokan siswa, pengaturan jadwal pelajaran, pengaturan tempat duduk siswa, penataan ruang kelas, dan lain sebagainya.
Karena makna “kelas” dalam PTK adalah sekelompok peserta didik yang sedang belajar serta guru yang sedang memfasilitasi kegiatan belajar, maka permasalahan PTK cukup luas. Permasalahan tersebut di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Masalah belajar siswa di sekolah, seperti misalnya permasalahan pem- belajaran di kelas, kesalahan-kesalahan dalam pembelajaran, miskonsepsi, misstrategi, dan lain sebagainya.
2. Pengembangan profesionalisme guru dalam rangka peningkatan mutu perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi program dan hasil pembela- jaran.
3. Pengelolaan dan pengendalian, misalnya pengenalan teknik modifi- kasi perilaku, teknik memotivasi, dan teknik pengembangan potensi diri.
4. Desain dan strategi pembelajaran di kelas, misalnya masalah pengelo- laan dan prosedur pembelajaran, implementasi dan inovasi penggunaan metode pembelajaran (misalnya penggantian metode mengajar tradisional dengan metode mengajar baru), interaksi di dalam kelas (misalnya penggunaan stretegi pengajaran yang didasarkan pada pendekatan tertentu).
5. Penanaman dan pengembangan sikap serta nilai-nilai, misalnya pengembangan pola berpikir ilmiah dalam diri siswa.
6. Alat bantu, media dan sumber belajar, misalnya penggunaan media perpustakaan, dan sumber belajar di dalam/luar kelas.
7. Sistem assesment atau evaluasi proses dan hasil pembelajaran, seperti misalnya masalah evaluasi awal dan hasil pembelajaran, pengembangan instrumen penilaian berbasis kompetensi, atau penggunaan alat, metode evaluasi tertentu
8. Masalah kurikulum, misalnya implementasi KBK, urutan penyajian meteri pokok, interaksi antara guru dengan siswa, interaksi antara siswa dengan materi pelajaran, atau interaksi antara siswa dengan lingkungan belajar.
Berdasarkan cakupan permasalannya, seorang guru akan dapat menemukan penyelesaian masalah yang terjadi di kelasnya melalui PTK. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik pembelajaran yang relevan. Selain itu, PTK dilaksanakan secara bersamaan dangan pelaksanaan tugas utama guru yaitu mengajar di dalam kelas, tidak perlu harus meninggalkan siswa. Dengan demikian, PTK merupakan suatu bentuk penelitian yang melekat pada guru, yaitu mengangkat masalah-masalah aktual yang dialami oleh guru di lapangan. Dengan melaksanakan PTK, diharapkan guru memiliki peran ganda yaitu sebagai praktisi dan sekaligus peneliti.

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kalas
Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan melalui tindakan yang akan dilakukan. PTK juga bertujuan untuk meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesinya. Tujuan khusus PTK adalah untuk mengatasi berbagai persoalan nyata guna memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas. Secara lebih rinci tujuan PTK antara lain:
(1) Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
(2) Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas.
(3) Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan.
(4) Menumbuh-kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan/pembelajaran secara berkelanjutan.
Output atau hasil yang diharapkan melaltu PTK adalah peningkatan atau perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang meliputi hal-hal sebagai berikut.
(1) Peningkatan atau perbaikan kinerja siswa di sekolah.
(2) Peningkatan atau perbaikan mutu proses pembelajaran di kelas.
(3) Peningkatan atau perbaikan kualitas penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar lainya.
(4) Peningkatan atau perbaikan kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.
(5) Peningkatan atau perbaikan masalah-masalah pendidikan anak di sekolah.
(6) Peningkatan dan perbaikan kualitas dalam penerapan kurikulum dan pengembangan kompetensi siswa di sekolah.
Dengan memperhatikan tujuan dan hasil yang dapai dapat dicapai melalui PTK, terdapat sejumlah manfaat PTK antara lain sebagai berikut.
(1) Menghasilkan laporan-laporan PTK yang dapat dijadikan bahan panduan bagi para pendidik (guru) untuk meningkatkan kulitas pembelajaran. Selain itu hasil-hasil PTK yang dilaporkan dapat dijadikan sebagai bahan artikel ilmiah atau makalah untuk berbagai kepentingan antara lain disajikan dalam forum ilmiah dan dimuat di jurnal ilmiah.
(2) Menumbuhkembangkan kebiasaan, budaya, dan atau tradisi meneliti dan menulis artikel ilmiah di kalangan pendidik. Hal ini ikut mendukung professionalisme dan karir pendidik.
(3) Mewujudkan kerja sama, kaloborasi, dan atau sinergi antarpendidik dalam satu sekolah atau beberapa sekolah untuk bersama-sama memecahkan masalah dalam pembelajaran dan meningkatkan mutu pembelajaran.
(4) Meningkatkan kemampuan pendidik dalam upaya menjabarkan kurikulum atau program pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan konteks lokal, sekolah, dan kelas. Hal ini turut memperkuat relevansi pembelajaran bagi kebutuhan peserta didik.
(5) Memupuk dan meningkatkan keterlibatan, kegairahan, ketertarikan, kenyamanan, dan kesenangan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Di samping itu, hasil belajar siswa pun dapat meningkat.
(6) Mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang menarik, menantang, nyaman, menyenangkan, serta melibatkan siswa karena strategi, metode, teknik, dan atau media yang digunakan dalam pembelajaran demikian bervariasi dan dipilih secara sungguh-sungguh.

C. Karakteristik Penelitian Tindakan Kalas
PTK merupakan bentuk penelitian tindakan yang diterapkan dalam aktivitas pembelajaran di kelas. Ciri khusus PTK adalah adanya tindakan nyata yang dilakukan sebagai bagian dari kegiatan penelitian dalam rangka memecahkan masalah. Tindakan tersebut dilakukan pada situasi alami serta ditujukan untuk memecahkan masalah praktis. Tindakan yang diambil merupakan kegiatan yang sengaja dilakukan atas dasar tujuan tertentu. Tindakan dalam PTK dilakukan dalam suatu siklus kegiatan.
Terdapat sejumlah karakteristik yang merupakan keunikan PTK dibandingkan dengan penelitian pada umumnya, antara lain sebagai berikut.
(1) PTK merupakan kegiatan yang tidak saja berupaya memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari dukungan ilmiah atas pemecahan masalah tersebut.
(2) PTK merupakan bagian penting upaya pengembangan profesi guru melalui aktivitas berpikir kritis dan sistematis serta membelajarkan guru untuk menulis dan membuat catatan.
(3) Persoalahan yang dipermasalahkan dalam PTK bukan dihasilkan dari kajian teoretik atau dan penelitian terdahulu, tetapi berasal dari adanya permasalahan nyata dan aktual (yang terjadi saat ini) dalam pembelajaran di kelas. PTK berfokus pada pemecahan masalah praktis bukan masalah teoretis.
(4) PTK dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas, dan tajam mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.
(5) Adanya kolaborasi (kerjasama) antara praktisi (guru dan kepala sekolah) dengan peneliti dalam hal pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tentang tindakan (action) .
(6) PTK dilakukan hanya apabila; (a) Ada keputusan kelompok dan komitmen untuk pengembangan; (b) Bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme guru; (c) Alasan pokok ingin tahu, ingin membantu, ingin meningkatkan; dan (d) Bertujuan memperoleh pengetahuan dan atau sebagai upaya pemecahan masalah.
Kolaborasi (kerjasama) antara praktisi (guru) dan peneliti (dosen atau widyaiswara) merupakan salah satu ciri khas PTK. Melalui kolaborasi ini mereka bersama menggali dengan mengkaji permasalahan nyata yang dihadapi oleh guru dan atau siswa. Sebagai penelitian yang bersifat kolaboratif, harus secara jelas diketahui peranan dan tugas guru dengan peneliti. Dalam PTK kolaboratif, kedudukan peneliti setara dengan guru, dalam arti masing-masing mempunyai peran serta tanggung jawab yang saling membutuhkan dan saling melengkapi. Peran kolaborasi turut menentukan keberhasilan PTK terutama pada kegiatan mendiagnosis masalah, merencanakan tindakan, melaksanakan penelitian (tindakan, observasi, merekam data, evaluasi, dan refleksi), menganalisis data, menyeminarkan hasil, dan menyusun laporan hasil.
Sering terjadi PTK dilaksanakan sendiri oleh guru. Guru melakukan PTK tanpa kerjasama dengan peneliti. Dalam hal ini guru berperan sebagai peneliti sekaigus sebagai praktisi pembelajaran. Guru profesional seharusnya mampu mengajar sekaligus meneliti. Dalam keadaan seperti ini, maka guru melakukan pengamatan terhadap diri sendiri ketika sedang melakukan tindakan (Suharsimi, 2002). Untuk itu guru harus mampu melakukan pengamatan diri secara obyektif agar kelemahan yang terjadi dapat terlihat dengan wajar. Melalui PTK, guru sebagai peneliti dapat:
(1) mengkaji/ meneliti sendiri praktik pembelajarannya;
(2) melakukan PTK dengan tanpa mengganggu tugasnya;
(3) mengkaji permasalahan yang dialami dan yang sangat dipahami; dan
(4) melakukan kegiatan guna mengembangkan profesionalismenya.
Dalam praktiknya, boleh saja guru melakukan PTK tanpa kolaborasi dengan peneliti. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa PTK yang dilakukan oleh guru tanpa kolaborasi dengan peneliti mempunyai kelemahan karena para praktisi umumnya (dalam hal ini adalah guru) kurang akrab dengan teknik-teknik dasar penelitian. Di samping itu, guru pada umumnya tidak memiliki waktu untuk melakukan penelitian sehubungan dengan padatnya kegiatan pengajaran yang dilakukan. Akibatnya, hasil PTK menjadi kurang memenuhi kriteria validitas metodologi ilmiah. Dalam konteks kegiatan pengawasan sekolah, seorang pengawas sekolah dapat berperan sebagai kolaborator bagi guru dalam melaksanakan PTK.

D. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru (peneliti) dalam pelaksanaan PTK yaitu sebagai berikut.
Pertama, tindakan dan pengamatan dalam proses penelitian yang dilakukan tidak boleh mengganggu atau menghambat kegiatan utama, misalnya bagi guru tidak boleh sampai mengorbankan kegiatan pembelajaran. Pekerjaan utama guru adalah mengajar, apapun jenis PTK diterapkan, seyogyanya tidak mengganggu tugas guru sebagai pengajar. Terdapat 3 hal penting berkenaan dengan prinsip pertama tersebut yaitu (1) Dalam mencobakan sesuatu tindakan pembelajaran, ada kemungkinan hasilnya kurang memuaskan, bahkan mungkin kurang dari yang diperoleh dari biasanya. Karena bagaimanapun tindakan tersebut masih dalam taraf uji coba. Untuk itu, guru harus penuh pertimbangan ketika memilih tindakan guna memberikan yang terbaik kepada siswa; (2) Siklus tindakan dilakukan dengan mempertimbangkan keterlaksanaan kurikulum secara keseluruhan serta ketercapaian tujuan pembelajaran secara utuh, bukan terbatas dari segi tersampaikannya materi pada siswa dalam kurun waktu yang telah ditentukan; (3) Penetapan jumlah siklus tindakan dalam PTK mengacu kepada penguasaan yang ditargetkan pada tahap perencanaan, tidak mengacu kepada kejenuhan data/informasi sebagaimana lazimnya dalam pengumpulan data penelitian kualitatif.
Kedua, masalah penelitian yang dikaji merupakan masalah yang cukup merisaukannya dan berpijak dari tanggung jawab profesional guru. Guru harus memiliki komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang akan menuntut kerla ekstra dibandingkan dengan pelaksanaan tugas secara rutin. Pendorong utama PTK adalah komitmen profesional guru untuk memberikan layanan yang terbaik kepada siswa.
Ketiga, metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang lama, sehingga berpeluang menggangu proses pembelajaran. Sejauh mungkin harus digunakan prosedur pengumpulan data yang dapat ditangani sendiri oleh guru, sementara guru tetap aktif berfungsi sebagai guru yang bertugas secara penuh. Oleh karena itu, perlu dikembangkan teknik-teknik perekaman data yang cukup sederhana, namun dapat menghasilkan informasi yang cukup bermakna.
Keempat, metodologi yang digunakan harus terencana secara cermat, sehingga tindakan dapat dirumuskan dalam suatu hipotesis tindakan yang dapat diuji di lapangan. Guru dapat mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk “menjawab” hipotesis yang dikemukakan.
Kelima, permasalahan atau topik yang dipilih harus benar–benar nyata, menarik, mampu ditangani, dan berada dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan. Peneliti harus merasa terpanggil untuk meningkatkan diri.
Keenam; peneliti harus tetap memperhatikan etika dan tata krama penelitian serta rambu–rambu pelaksanaan yang berlaku umum. Dalam penyelenggaraan PTK, guru harus bersikap konsisten dan peduli terhadap etika yang berkaitan dengan pekerjaannya. Hal ini penting ditekankan karena selain melibatkan para siswa, PTK juga hadir dalam suatu konteks organisasi sehingga penyelenggaraannya harus mengindahkan tata krama kehidupan berorganisasi. Artinya, prakarsa PTK harus diketahui oleh pimpinan lembaga, disosialisasikan pada rekan-rekan di lembaga terkait, dilakukan sesuai tata krama penyusunan karya tulis akademik, di samping tetap mengedepankan kemaslahatan bagi siswa.
Ketujuh; kegiatan PTK pada dasarnya merupakan kegiatan yang berkelanjutan, karena tuntutan terhadap peningkatan dan pengembangan akan menjadi tantangan sepanjang waktu.
Kedelapan, meskipun kelas atau mata pelajaran merupakan tanggung jawab guru, namun tinjauan terhadap PTK tidak terbatas dalam konteks kelas dan atau mata pelajaran tertentu melainkan dalam perspektif misi sekolah. Hal ini terasa penting apabila dalam suatu PTK terlibat lebih dari seorang peneliti, misalnya melalui kolaborasi antar guru dalam satu sekolah atau dengan dosen, widyaiswara, dan pengawas sekolah.
READ MORE - KONSEP DASAR PTK

TEKNIK PENULISAN MODUL

TEKNIK PENULISAN MODUL

Terdapat empat pertanyaan yang dapat mengarahkan penulisan modul, yaitu sebagai berikut.
1. Apakah yang akan dicapai dengan pembelajaran melalui modul?
2. Kegiatan apa yang akan dilakukan oleh pebelajar untuk mencapainya?
3. Bagaimana hasil dan efektivitas pembelajaran melalui modul tersebut dievaluasi?
4. Berdasarkan evaluasi tersebut, bagaimana pembelajaran melalui modul tersebut akan diperbaiki?
Keempat pertanyaan tersebut menjiwai langkah-langkah pengembangan modul. Dalam penulisan modul dijabarkan dalam tujuh pertanyaan penting sebagai berikut.
1. Siapa pebelajar modul ini?
2. Apa maksud dan tujuan modul?
3. Apa materi pelajaran dalam modul?
4. Bagaimana struktur materi pelajaran akan diurutkan dalam modul?
5. Metoda dan media pengajaran apa yang akan digunakan?
6. Bagaimana pembelajaran akan dinilai?
7. Bagaimana pembelajaran akan dievaluasi dan diperbaiki?

A. Karakteristik Pebelajar (Pengguna Modul)
Karakteristik pebelajar yang akan mempelajari modul dapat dilihat berdasarkan empat karakteristik berikut.
1. Demografik. Karakteristik demografik meliputi banyaknya peserta yang akan mempelajari modul yang akan kita kembangkan. Rentang usia, status perkawinan, status pekerjaan, jenis pekerjaan, dan tempat tinggal peserta merupakan karakteristik yang perlu diketahui untuk pengembangan modul.
2. Motivasi. Untuk mempelajari motivasi pembelajar perlu diketahui alasan mereka mengikuti pembelajaran, kaitan materi isi pelajaran dengan pekerjaan mereka, alasan memilih pembelajaran swaajar, harapan mereka setelah mengikuti pembelajaran, dan keinginan serta ketakutan mereka dalam pembelajaran.
3. Faktor yang terkait dengan kegiatan belajar. Adapun yang termasuk faktor ini ialah kecerdasan dan kemampuan belajar peserta pembelajaran. Selain itu, termasuk kedalam faktor ini ialah pengalaman belajar mandiri, tingkat pendidikan sebelumnya, dan ketersediaan waktu serta fasilitas untuk belajar.
4. Latar Belakang terkait isi pelajaran. Termasuk kedalam faktor ini ialah pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang telah dikuasai yang terkait dengan isi pelajaran yang akan diikuti.

B. Maksud dan Tujuan Pembelajaran
Maksud merupakan pernyataan mengenai pembelajaran yang diha- rapkan meliputi apa yang akan dicapai, bagaimana mencapainya, dan bagaimana menilai ketercapaiannya. Tujuan pembelajaran ialah pernyataan mengenai kemampuan peserta belajar yang dapat dicapai setelah pembela- jaran. Tujuan pembelajaran berguna untuk (1) mengkomunikasikan yang akan dituju dari proses pembelajaran, terutama kepada peserta belajar, (2) membantu mengidentifikasi isi pelajaran dan bagaimana isi pelajaran tersebut diurutkan, (3) membantu memutuskan media apa yang cocok untuk menyampaikan isi pelajaran, (4) membantu merumuskan cara menilai keter-capaian tujuan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran dapat dikategorikan dalam tiga ranah sebagai berikut:
1. Pengetahuan. Tujuan pembelajaran jenis ini terkait dengan rumusan untuk memperlihatkan pengetahuan yang diperoleh peserta belajar dari pembelajaran yang diikuti. Misalnya: ”Setelah mengikuti pelatihan ini kepala sekolah dapat menjelaskan langkah-langkah persiapan rapat”.
2. Keterampilan. Keterampilan dapat berupa intelektual, fisikal, atau sosial. Tujuan pembelajaran pada jenis ini merupakan rumusan untuk memperlihatkan bagaimana peserta belajar melaksanakan sesuatu yang menjadi tujuan pembelajaran. Misalnya: ”Setelah mengikuti pelatihan ini kepala sekolah dapat menyelenggarakan rapat yang bertujuan untuk mensosialisasikan kebijakan Pemkab/ Kota mengenai sarana parasana sekolah kepada para guru”.
3. Sikap. Sikap terkait dengan perasaan dan kecenderungan perilaku. Tujuan pembelajaran pada jenis ini merupakan rumusan untuk memperlihatkan pembentukan sikap pada peserta belajar yang menjadi tujuan pembelajaran.

C. Identifikasi Isi Bahan Ajar
Isi bahan ajar meliputi uraian mengenai topik-topik utama, konsep, dan prinsip. Isi bahan ajar dapat diidentifikasi baik berdasarkan pendekatan yang berorientasi pada subyek pengajaran maupun pendekatan yang berorientasi pada peserta belajar. Berdasarkan pendekatan yang beorientasi pada subyek pengajaran, isi bahan ajar dapat diidentifikasi melalui cara-cara berikut.
1. Mempelajari silabus yang relevan dengan pembelajaran yang akan dikembangkan.
2. Me-review pengetahuan yang dikuasai mengenai topik yang akan ditulis- kan ke dalam modul.
3. Mendiskusikan dengan pakar yang menguasai subyek materi yang akan dikembangkan ke dalam bentuk modul.
4. Menganalisis topik yang serupa yang sudah ditawarkan pihak lain.
5. Mempelajari buku teks yang sesuai dengan materi pembelajaran yang akan dituangkan dalam bentuk modul.
6. Mengidentifikasi dan menganalisis konsep kunci pada subyek yang akan diajarkan melalui modul.
Berdasarkan pendekatan yang berorientasi kepada peserta belajar, isi bahan ajar dapat diidentifikasi melalui cara-cara berikut.
1. Memantapkan dan menganalisis maksud dan tujuan pembelajaran.
2. Menanyakan kepada calon peserta pembelajaran mengenai topik atau kompetensi yang mereka ingin pelajari.
3. Mendiskusikan dengan calon peserta pembelajaran mengenai pengetahuan dan pengalaman dalam materi subyek yang akan dipelajari melalui modul.
4. Memikirkan kegiatan belajar yang secara logis harus dilakukan oleh pebelajar untuk mencapai suatu kompetensi tertentu dalam subyek yang akan diajarkan melalui modul.
5. Menganalisis pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang ditunjukkan oleh seorang yang terkenal ahli dalam bidang yang terkait dengan materi subyek yang akan diajarkan melalui modul.
6. Mendaftarkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi orang dalam mempera- gakan kompetensi yang terkait dengan tujuan kompetensi yang akan dicapai melalui modul.
7. Mempelajari laporan kinerja peserta belajar yang terkait dengan kompe- tensi yang akan dicapai melalui pembelajaran mandiri dengan menggunakan modul.

D. Struktur Materi Pelajaran
Materi palajaran yang telah diidentifikasi baik melalui pendekatan yang berorientasi pada subyek pelajaran maupun pendekatan yang berorien- tasi pada peserta belajar, akan membantu bila disajikan dalam struktur dan urutan yang sistematis. Beberapa model pengurutan isi bahan yang dapat diterapkan untuk kepentingan penulisan modul adalah sebagai berikut:
1. Urutan Berdasarkan Topik. Pengurutan isi bahan ajar berdasarkan urutan logis topik ke topik merupakan pilihan urutan isi bahan ajar yang paling biasa dilakukan oleh penulis modul.
2. Urutan Kronologis. Mengurutkan bahan ajar berdasarkan kronologis waktu cocok untuk isi bahan ajar mengenai perkembangan dari waktu ke waktu.
3. Urutan Tempat. Hampir sama dengan urutan kronologis, pada urutan tempat isi bahan ajar diurutkan berdasarkan tempat. Misalnya, untuk menyajikan isi bahan ajar yang membahas tubuh manusia, isi bahan ajar dapat diurutkan mulai dari kepala sampai ujung kaki.
4. Lingkaran Sepusat. Pengurutan isi bahan ajar sedemikian sehingga isi bahan ajar yang pertama dibahas merupakan bagian dari isi bahan ajar yang dibahas berikutnya. Misalnya, isi bahan ajar mengenai peranan pengawas sekolah dimulai dari peranan pengawas di tingkat sekolah, kemudian dilanjutkan dengan peranan pengawas sekolah pada tingkat kecamatan, kemudian kabupaten/ kota, provinsi, dan seterusnya.
5. Urutan Sebab-Akibat. Isi bahan ajar disajikan berdasarkan rantai sebab akibat sehingga bila peserta belajar sampai pada akhir isi bahan ajar, peserta belajar tersebut akan menguasai akibat akhir dari sebab-sebab yang mengakibatkannya.
6. Struktur Logis. Isi bahan ajar disajikan berdasarkan struktur logis dari subyek keilmuan yang terkait dengan isi bahan ajar tersebut. Misalnya, dalam aritmetika, topik mengenai perkalian tidak akan disajikan bilamana belum dibahas mengenai topik penambahan.
7. Urutan Berpusat Pada Masalah. Jika isi bahan ajar didasarkan pada penyelesaian terhadap suatu masalah maka urutan penyajian isi bahan ajar tersebut akan mengikuti kesesuaian dengan urutan langkah penyelesaian masalah tersebut.
8. Urutan Spiral. Pada urutan ini peserta belajar akan mengulang dan mengulang sebuah topik meskipun makin lama makin rumit. Urutan seprti ini biasanya digunakan untuk mengajarkan suatu topik yang memerlukan pemahaman yang berjenjang dalam tingkat kesulitan.
Model urutan pembelajaran yang dipilih perlu mempertimbangkan karakteristik peserta belajar dan karakteristik subyek keilmuan dari isi bahan ajar tersebut.

E. Struktur Penulisan Modul
Penstrukturan modul bertujuan untuk memudahkan peserta belajar mempelajari materi. Satu modul dibuat untuk mengajarkan suatu materi yang spesifik supaya peserta belajar mencapai kompetetensi tertentu. Struktur penulisan suatu modul sering dibagi menjadi tiga bagian, seperti terlihat pada bagan berikut.

BAGIAN PEMBUKA
1. Judul
Judul modul perlu menarik dan memberi gambaran tentang materi yang dibahas. Misalnya, modul tentang ”Rapat” dapat dibuat menarik dan mencerminkan isi materi dengan judul modul ”Merencanakan dan Melaksanakan Rapat yang Efektif”.

2. Daftar isi
Daftar isi menyajikan topik-topik yang dibahas. Topik-topik tersebut diurutkan berdasarkan urutan kemunculan dalam modul. Pembelajar dapat melihat secara keseluruhan, topik-topik apa saja yang tersedia dalam modul. Daftar isi juga mencantumkan nomor halaman untuk memudahkan pembelajar menemukan topik.

3. Peta Informasi
Modul perlu menyertakan peta Informasi. Pada daftar isi akan terlihat topik apa saja yang dipelajari, tetapi tidak terlihat kaitan antar topik tersebut. Pada peta informasi akan diperlihatkan kaitan antar topik-topik dalam modul. Peta informasi yang disajikan dalam modul dapat saja menggunakan diagram isi bahan ajar yang telah dipelajari sebelumnya. Misalkan modul mengenai penyelenggaraan rapat yang diperuntukkan bagi para kepala sekolah. Peta informasi yang muncul pada modul ialah sebagaimana gambar berikut.

Gambar 4.1. Contoh Peta Informasi Penyelenggaraan Rapat

Penulis modul perlu memutuskan bentuk peta informasi seperti apa yang cocok menjelaskan keterkaitan materi topik dalam modul. Misalnya; linear, hierarkis, atau bentuk laba-laba.

4. Daftar Tujuan Kompetensi
Penulisan tujuan kompetensi membantu pembelajar untuk mengetahui pengetahuan, sikap, atau keterampilan apa yang dapat dikuasai setelah menyelesaikan pelajaran. Misalnya salah satu tujuan yang terdapat dalam modul ”Merencanakan dan Melaksanakan Rapat yang Efektif” adalah agar: ”Peserta belajar dapat menguasai pelaksanaan rapat untuk menghimpun pendapat dari peserta rapat”.

5. Tes Awal
Pembelajar perlu diberi tahu keterampilan atau pengetahuan awal apa saja yang diperlukan untuk dapat menguasai materi dalam modul. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pre-tes. Pre-tes bertujuan untuk memeriksa apakah pembelajar telah menguasai materi prasyarat untuk mempelajari materi modul.

BAGIAN INTI
1. Pendahuluan/Tinjauan Umum Materi
Pendahuluan pada suatu modul berfungsi untuk; (1) memberikan gambaran umum mengenai isi materi modul; (2) meyakinkan pembelajar bahwa materi yang akan dipelajari dapat bermanfaat bagi mereka; (3) meluruskan harapan pembelajar mengenai materi yang akan dipelajari; (4) mengaitkan materi yang telah dipelajari dengan materi yang akan dipelajari; (5) memberikan petunjuk bagaimana memelajari materi yang akan disajikan. Dalam pendahuluan dapat saja disajikan peta informasi mengenai materi yang akan dibahas dan daftar tujuan kompetensi yang akan dicapai setelah mempelajari modul.
2. Hubungan dengan materi atau pelajaran yang lain
Materi pada modul sebaiknya lengkap, dalam arti semua materi yang perlu dipelajari tersedia dalam modul. Namun demikian, bila tujuan kompetensi menghendaki pebelajar mempelajari materi untuk memperluas wawasan berdasarkan materi di luar modul maka pembelajar perlu diberi arahan materi apa, dari mana, dan bagaimana mengkasesnya. Bila materi tersebut tersedia pada buku teks maka arahan tersebut dapat diberikan dengan menuliskan judul dan pengarang buku teks tersebut.
3. Uraian Materi
Uraian materi merupakan penjelasan secara terperinci tentang materi pembelajaran yang disampaikan dalam modul. Organisasikan isi materi pembelajaran dengan urutan dan susunan yang sistematis, sehingga memudahkan pembelajar memahami materi pembelajaran. Apabila materi yang akan dituangkan cukup luas, maka dapat dikembangkan ke dalam beberapa Kegiatan Belajar (KB). Setiap KB memuat uraian materi, penugasan, dan rangkuman. Adapun sistematikanya misalnya sebagai berikut.

Kegiatan Belajar 1
Pengertian, Tujuan, dan Jenis-jenis Rapat

A. Tujuan Kompetensi
B. Uraian Materi
C. Tes Formatif
D. Tugas
E. Rangkuman

Kegiatan Belajar 2
Perencanaan Rapat yang Efektif

A. Tujuan Kompetensi
B. Uraian Materi
C. Tes Formatif
D. Tugas
E. Rangkuman
dst.
Di dalam uraian materi setian Kegiatan Belajar, baik susunan dan penempatan naskah, gambar, mapun ilustrasi diatur sedemikian rupa sehingga informasi mudah mengerti. Organisasikan antarbab, antarunit dan antarparagraf dengan susunan dan alur yang memudahkan pembelajar memahaminya. Organisasi antara judul, sub judul dan uraian yang mudah diikuti oleh pembelajar.

Pemberian judul atau penjudulan merupakan alat bantu bagi pembaca modul untuk mempelajari materi yang disajikan dalam bentuk teks tertulis. Penjudulan membantu pembelajar untuk menemukan bagian dari teks yang ingin dipelajari, memberi tanda awal dan akhir suatu topik, memberi kesan bahwa topik-topik terkelompok dalam topik yang lebih besar, memberi ciri topik yang penting yang memerlukan pembahasan panjang dengan melihat banyak halaman untuk membahas topik tersebut.
Struktur penjudulan mencerminkan struktur materi yang dikembangkan oleh penulis modul. Penjenjangan atau hierarki sebaiknya tidak lebih dari tiga jenjang. Lebih dari tiga jenjang akan menyulitkan pembaca untuk memahami penjenjangan tersebut. Penjudulan untuk setiap jenjang sebaiknya dituliskan dalam bentuk huruf berbeda. Misalnya:

A. JUDUL
1. Sub Judul
a. Anak Judul (Sub dari sub judul)

4. Penugasan
Penugasan dalam modul perlu untuk menegaskan kompetensi apa yang diharapkan setelah mempelajari modul. Jika pembelajar diharapkan untuk dapat menghafal sesuatu, dalam penugasan hal ini perlu dinyatakan secara tegas. Jika pembelajar diharapkan menghubungkan materi yang dipelajari pada modul dengan pekerjaan sehari-harinya maka hal ini perlu ditugaskan kepada pembelajar secara eksplisit. Penugasan juga menunjuk- kan kepada pebelajar bagian mana dalam modul yang merupakan bagian penting.

5. Rangkuman
Rangkuman merupakan bagian dalam modul yang menelaah hal-hal pokok dalam modul yang telah dibahas. Rangkuman diletakkan pada bagan akhir modul.


BAGIAN PENUTUP:
1. Glossary atau daftar isitilah
Glossary berisikan definisi-definisi konsep yang dibahas dalam modul. Definisi tersebut dibuat ringkas dengan tujuan untuk mengingat kembali konsep yang telah dipelajari.
2. Tes Akhir
Tes-akhir merupakan latihan yang dapat pembelajar kerjakan setelah mempelajari suatu bagian dalam modul. Aturan umum untuk tes-akhir ialah bahwa tes tersebut dapat dikerjakan oleh pembelajar dalam waktu sekitar 20% dari waktu mempelajari modul. Jadi, jika suatu modul dapat diselesaikan dalam tiga jam maka tes-akhir harus dapat dikerjakan oleh peserta belajar dalam waktu sekitar setengah jam.

3. Indeks
Indeks memuat istilah-istilah penting dalam modul serta halaman di mana istilah tersebut ditemukan. Indeks perlu diberikan dalam modul supaya pembelajar mudah menemukan topik yang ingin dipelajari. Indeks perlu mengandung kata kunci yang kemungkinan pembelajar akan mencarinya.
READ MORE - TEKNIK PENULISAN MODUL