“HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN DALAM KELUARGA DENGAN PROSES SOSIALISASI ANAK DI SMP NEGERI 7 KEBUMEN
KABUPATEN KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2004/2005”
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu tujuan dari pendidikan adalah menolong anak untuk mengembangkan potensi yang dimiliki semaksimal mungkin karena pendidikan merupakan suatu tindakan yang dilakukan dengan maksimal agar anak yang dihadapi akan meningkat pengetahuannya, kemampuannya, akhlaknya bahkan seluruh pribadinya (Soelaeman, 1994: 163 - 164).
Di dalam proses pendidikan akan mencakup segala usaha serta perbuatan dari orang tua kepada seorang anak dalam usaha mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan ketrampilan yang dimiliki kepada seorang anak agar dapat melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama dengan sebaik-baiknya (Khamrani Buseri, 1990: 2). sehingga pendidikan pada dasarnya merupakan upaya orang tua dalam membimbing anak agar meningkat atau menjadi lebih dalam berbagai aspek kehidupan.
Keluarga merupakan suatu lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi anak, baik ditinjau dari sudut urutan waktu maupun dari sudut intensitas dan tanggung jawab pendidikan yang berlangsung dalam keluarga itu. Di dalam keluarga anak mendapat rangsangan, hambatan dan pengaruh yang pertama-tama dalam pertumbuhan dan perkembangan jiwa ataupun pribadinya. Anak mulai mengenal masyarakat sekitar, anak dalam keluarga mulai mempelajari norma, atau aturan permainan dalam hidup masyarakat. Dalam keluarga anak tidak hanya dilatih untuk mengenal, tetapi juga menghargai dan mengikuti norma - norma dan pedoman hidup dalam masyarakat melalui kehidupan dalam keluarga. Anak mengenal dan mulai meniru nodel - model cara bereaksi, bertingkah laku dan melakukan peranan-peranan tertentu dalam kehidupan (Aryatmi Siswohardjono, 1991 : 513).
Keluarga yang merupakan pusat pendidikan yang alami sehingga pendidikan dalam keluarga berlangsung dengan penuh kewajaran, bagi keluarga terutama ayah dan ibu, kewajiban dalam mendidik anak merupakan tanggung jawab pendidikan yang secara kodrati. Sehingga orang tua akan selalu terdorong untuk membimbing anak - anaknya agar menjadi manusia dewasa, berkehidupan yang layak, bahagia di dunia dan di akhirat (Khamrani Buseri, 1990 : 4).
Keluarga bukan saja bertugas mendidik anak-anak tetapi sekaligus sebagai wadah sosialisasi, dimana anak diharapkan mampu memerankan dirinya, menyesuaikan dirinya, mencontoh pola dan tingkah laku dari orang tua serta dari orang-orang yang berada dekat dengan lingkungan keluarga sehingga pada diri anak akan tumbuh kemampuan mengadakaan kontak sosial dan bermasyarakat melalui hubungan dengan orang tua dan saudara-saudaranya kemudian berkembang melalui pergaulan dengan anak-anak sekitar (Khamrani Buseri, 1990:71).
Proses sosialisasi merupakan proses belajar, yaitu suatu proses akomodasi, dimana individu akan menahan, mengubah impuls-impuls di dalam dirinya dan mengambil cara hidup atau kebudayaan masyaarakatnya sehingga dalam proses sosialisai ini individu akan mempelajari kebiasaan, sikap, ide-ide, pola - pola, nilai dan tingkaah laku serta standar tingkah laku dalam masyarakat kehidupannya. Semua sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu disusun dan dikembangkan sebagai suatu kesatuan sistem dalam diri pribadinya (ST. Vembriarto, 1990 : 21).
Keluarga sebagai kelompok pertama yang mengenalkan nilai-nilai kebudayaan kepada anak, sehingga di dalam keluarga anak akan mengalami antar aksi dan disiplin pertama yang dikenakan kepadanya dalam kehidupan sosial, di dalam proses interaksi ini anak mempunyai hubungan yang baik dengan orang dewasa seperti bapak, ibu, kakak dan lain sebagainya (Khairuddin, 1997: 63). Sehingga di dalam lingkungan keluarga yang merupakan lingkungan pertama bagi proses pertumbuhan sikap sosial dan kemampuan sosial anak. Pengembangan sikap sosial anak akan menopang perkembangan sikap sosial selanjunya, sehingga kemampuan bergaul anak yang diperoleh di lingkungan keluarga akan mendasari kemampuan bergaul yang lebih luas.
Segala macam hubungan sosial dalam lingkungan keluarga akan mempunyai nilai dan arti pendidikan bagi anak-anak, baik itu hubungan ayah dengan ibu, hubungan ayah dengan anak, hubungan ibu dengan anak ataupun antara anak dengan anak lainnya. Sehingga keluarga merupakan suatu sistem sosial yang saling berhubungan dan punya saling ketergantungan. Dalam hubungan sosial anak tersebut akan memberikan bekal kepada aanak untuk memahami tentang cara menghargai orang lain, mengetahui cara berkomunikasi dengan orang lain dan memahami tentang kebebasan yang dibatasi oleh kebebasan orang lain. Oleh karena itu kemampuan hubungan sosial ada kaitannya dengan pembinaan kepribadian anak sebagai makhluk individu. Anak diharapkan akan mengerti secara obyektif tentang dirinya agar mudah menempatkan dirinya di dalam pergaulan (Khamrani Buseri, 1990 : 71-72).
Dalam pengembangan sikap sosial anak yang perlu diperhatikan adalah keseimbangan antara nilai individu dengan nilai sosial, sehingga anak tidak menjadi individualistis dan tidak juga menjadi kolektivitas. Seseorang yang terlalu individualistis cenderung akan menguasai dan menjadikan masyarakat sebagai alat untuk mencapai maksudnya, sebaliknya seseorang yang terlalu kolektivitas individu akan sirna dalam kelompok yang tidak lebih dari roda masyarakat. Keseimbangan antara individu dengan masyarakat akan menciptakan timbal balik sosial berdasarkan persaudaraan yang berupa keserasian. Prinsip keseimbangan tersebut dapat ditumbuhkan dalam lingkungan keluarga seperti orang tua yang tidak bersikap pilih kasih, tidak adil, memanjakan yang berlebihan, terlalu banyak menolong dalam masalah yang tidak sewajarnya dan sebagainya.
Kondisi orang tua siswa SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen berbeda-beda baik itu tingkat sosial ekonomi, pekerjaan, ataupun tingkat pendidikan orang tua, hal ini menyebabkan cara dan pola pendidikan dalam yang diterima anak berbeda-beda. Perbedaan pendidikan yang diterima anak dalam keluarga akan menyebabkan perbedaan kemampuan anak dalam proses bersosialisasi baik itu pada lingkungan sekolah ataupun masyarakat. Orang tua yang terlalu sibuk akan menyebabkan anak merasa kurang mendapat perhatian, kasih sayang, rasa aman dan kebebasan sehingga akan berpengaruh pada hubungan anak dengan orang tua, hal ini dapat mempengaruhi kepribadian dan perkembangan sikap sosialisasi anak. Walaupun demikian, kenyataannya kehidupan sosialisasi siswa SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen cukup baik, hal ini dapat diketahui dengan adanya kebiasaan anak yang menjenguk temannya yang sakit, menjaga rasa persaudaraan dengan saling berkunjung ke rumah, kegiatan pengumpulan dana di bulan puasa untuk membantu siswa lain yang kurang mampu dan sebagainya.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang sudah penulis uraikan di atas maka disini penulis ingin mencoba untuk mengadakan penelitian tentang hubungan antara pendidikan anak dalam keluarga dengan proses sosialisasi di SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2004/2005.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “ Apakah ada hubungan yang signifikan antara pendidikan anak dalam keluarga dengan proses sosialisasi di SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2004/2005?”
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara pendidikan anak dalam keluarga dengan proses sosialisasi di SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2004/2005.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1.Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembanagn teori tentang hubungan pendidikan anak dalam keluarga dengan proses sosialisasi anak.
2. Manfaat praktis
a. Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada guru dalam memberikan bimbingan kepada siswa mengenai proses sosialisasi siswa.
b. Guru Pembimbing
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau informasi tentang hubungan pendidikan anak dalam keluarga dengan proses sosialisasi. Sehingga dapat sebagai masukan dalam memberikan bimbingan kepada siswa
2) Hasil penelitian ini diharapkan meningkatkan kinerja Guru BK, terutama untuk membantu siswa dalam usaha melakukan proses sosialisasi sehingga siswa dapat dengan mudah menempatkan diri dalam pergaulan baik pada lingkungan keluarga, lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat sekitar.
c. Orang Tua
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan tentang hubungan
antara pendidikan anak dalam keluarga dengan proses sosialisasi, sehingga orang tua dapat memberikan pendidikan kepada putra putrinya dengan benar dan membantu putra-putrinya dalam proses sosialisasi terhadap lingkungan yang lebih luas.
d. Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada siswa tentang pentingnya usaha – usaha dalam proses sosialisasi agar dapat dengan mudah menempatkan diri dalam pergaulan.
e. Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti sebagai wahana
latihan pengembangan ilmu pengetahuan dan ketrampilan dalam usahanya membantu siswa untuk melakukan usaha-usaha agar berhasil dalam proses sosialisasi.
E. Penegasan Istilah
Agar tidak mernimbulkan kesalahpahaman atau penafsiran yang berbeda maka dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:
1. Hubungan
Suharsimi Arikunto (1993: 30) mengatakan bahwa korelasi merupakan hubungan antar dua fenomena atau lebih. Dalam hal ini fenomena yang dimaksud adalah pendidikan dalam keluarga sebagai fenomena pertama dan proses sosialisasi siswa sebagai fenomena ke dua.
2. Pendidikan dalam Keluarga
Pendidikan adalah usaha serta perbuatan orang tua kepada anak dalam usaha mengalihkan pengalaman, pengetahuan, dan ketrampilan yang dimiliki kepada seorang anak agar dapat melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama-sama dengan sebaik-baiknya (Khamrani Buseri, 1990 : 2). Sedangkan Soelaeman (1994 : 163-164) menjelaskan bahwa pada dasarnya pendidikan merupakan suatu perbuatan atau tindakan yang dilakukan dengan maksad agar anak atau orang yang dihadapi itu akan meningkat pengetahuannya, kemampuannya, akhlaknya, bahkan juga seluruh pribadinya.
Keluarga adalah susunan orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, darah, atau adopsi (Khairuddin, 1997 : 6).
Yang dimaksud dengan pendidikan dalam keluarga pada penelitian ini adalah usaha serta perbuatan dari orang tua siswa SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2004/2005 untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, akhlak, bahkan juga seluruh pribadi anak.
3. Proses Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat di lingkungannya (Lukman Ali, 1995 : 958). Yang dimaksud dengan proses sosialisasi dalam penelitian ini adalah proses belajar yang dilakukan siswa-siswa SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2004/2005 untuk mengenal dan mengahayati kebudayaan masyarakat di lingkungannya, baik lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah dengan tujuan agar mudah menempatkan diri dalam pergaulan.
4. Siswa SMP Negeri 7 Kebumen
Yang dimaksud dengan siswa SMP Negeri 7 Kebumen adalah siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, lembaga pendidikan SMP Negeri 7 Kebumen yang berlokasi di Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen.
F. Sistematika Penelitian
Penelitian ini berjudul “Hubungan antara Pendidikan dalam Keluarga dengan Proses Sosialisasi anak di SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2004/2005”, Sesuai dengan judul tersebut agar dapat diperoleh gambaran tentang penelitian, maka penulisan sajikan sistematika penulisan skripsi sebagai berikut:
Bab I adalah pendahuluan, pada bab ini dikemukakan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah dan sistematika penelitian ilmiah.
Bab II adalah kajian pustaka dan hipotesis, yaitu menerangkan atau menganalisa dan membahas permasalahan secara teoritis tentang pendidikan dalam keluarga, proses sosialisasi anak, hubungan antara pendidikan dalam keluarga dengan proses sosialisasi anak dan hipotesis.
Bab III adalah metode penelitian, pada bab ini membahas tentang rancangan penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel, instrumen penelitian, pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas dan analisis data.
Bab IV adalah hasil penelitian, pada bab ini dikemukakan tentang deskripsi data, pengujian hipotesis dan pembahasan.
Bab V adalah penutup, pada bab ini dikemukakan tentang kesimpulan dan saran.
Pada bagian akhir dari skripsi ini berisi tentang daftar pustaka, dan lampiran-lampiran.
BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan tentang Pendidikan dalam Keluarga
1. Pengertian Pendidikan dalam Keluarga
a. Pengertian Pendidikan
Lukman Ali (1995 : 232) berpendapat bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Khamrani Buseri (1990 : 2) berpendapat bahda definisi pendidikan adalah usaha serta perbuatan orang tua kepada anak dalam usaha mengalihkan pengalaman, pengetahuan, dan ketrampilan yang dimiliki kepada seorang anak agar dapat melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama-sama dengan sebaik-baiknya.
Soelaeman (1994 : 163-164) menjelaskan bahwa pada dasarnya pendidikan merupakan suatu perbuatan atau tindakan yang dilakukan dengan maksad agar anak atau orang yang dihadapi itu akan meningkat pengetahuannya, kemampuannya, akhlaknya, bahkan juga seluruh pribadinya.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat diperoleh pengertian bahwa pendidikan adalah usaha serta perbuatan orang tua kepada anak dalam usaha mengalihkan pengalaman, pengetahuan, dan ketrampilan yang dimiliki kepada seorang anak agar meningkat pengetahuannya, kemampuannya, akhlaknya, bahkan juga seluruh pribadinya sehingga dapat melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama-sama dengan sebaik-baiknya.
b. Pengertian Keluarga
Khairuddin (1997 : 3) menyebutkan bahwa keluarga merupakan kelompok
sosial terkecil yang umumnya terdiri dari ayah, ibu dan anak dengan hubungan sosial diantara keluarga relatif tetap dan didasarkan atas ikatan darah, perkawinan atau adopsi, dimana hubungan antar anggota keluarga ini dijiwai oleh suasana kasih sayang dan rasa tanggung jawab. Lebih lanjut dijelaskan bahwa keluarga berfungsi untuk merawat, memelihara, dan melindungi anak dalam rangka sosialisasinya agar anak mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial.
Soelaeman (1994 : 12) menjelaskan bahwa definisi keluarga adalah suatu persekutuan hidup yang dijalin kasih sayang, antara pasangan dua jenis manusia dikukuhkan dengan pernikahan, yang bermaksud untuk saling menyempurnakan diri.
Sedangkan menurut pendapat Fay Fay Tjhian adalah keluarga merupakan kesatuan sosial yang meliputi dua orang dewasa yang berlainan jenis kelamin serta anak-anak mereka (Sayekti Pujo Suwarno,1984:43).
Menurut Vembriarto (1985:27) adalah keluarga merupakan kelompok sosial yang terdiri dari dua orang atau lebih yang mempunyai ikatan darah, perkawinan dan adopsi.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat diperoleh pengertian keluarga adalah kesepakatan persekutuan hidup yang terkecil di masyarakat didasarkan atas perkawinan antara dua orang dewasa yang berlainan jenis kelamin yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendiri dengan atau tanpa anak-anak baik anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.
c. Pengertian Pendidikan dalam Keluarga
Berdasarkan pengertian pendidikan dan pengertian keluraga yang sudah penulis uraikan di atas maka penulis mengambil rumusan bahwa pengertian pendidikan dalam keluarga adalah pelaksanaan pendidikan terhadap anak-anak yang dilangsungkan dalam keluarga, yaitu usaha orang tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, dan ketrampilan yang dimiliki kepada seorang anak agar meningkat pengetahuannya, kemampuannya, akhlaknya, bahkan juga seluruh pribadinya sehingga dapat melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama-sama dengan sebaik-baiknya.
Soelaeman (1994: 181) menuliskan bahwa pendidikan dalam keluarga lebih ditujukan ke arah pembinaan pribadi anak yang dilaksanakan dalam keluarga, agar kelak mampu melaksanakan kehidupannya sebagai manusia dewasa, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota keluarga dan anggota masyarakat.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan dalam keluarga merupakan upaya meletakkan dasar pendidikan yang melandasi pengembangan pemikiran, sikap dan perilaku anak menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab.
d. Pelaksanaan Pendidikan dalam Keluarga
Khairudin (1997: 62) menjelaskan bahwa seorang bayi yang baru lahir ibarat kertas putih bersih yang belum mempunyai cacat atau coretan sedikitpun. Baik atau buruknya kertas nanti tergantung dari orang tua atau lingkungan yang menjamah kertas tersebut. Jadi seorang bayi yang baru lahir ke dunia ini, wataknya akan banyak ditentukan oleh proses lingkungannya. Dan yang paling penting adalah proses awal ataupun proses dasar pembentukan anak tersebut, terutama pada lingkungan yang terdekat yaitu keluarga.
Pendidikan dalam keluarga lebih ditujukan kearah pembinaan pribadi anak yang dilaksanakan dalam keluarga, agar kelak anak mampu melaksanakan kehidupannya sebagai manusia dewasa, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota keluarga dan anggota masyarakat (Soelaeman, 1994 : 181).
Khamrani Buseri (1990 : 4-5) menjelaskan keluarga adalah salah satu pusat pendidikan, kelembagaan tempat berlangsungnya pendidikan. Bagi keluarga beban dalam memberikan pendidikan pada anak merupakan kewajiban alami sesuai dengan kedudukan anak sebagai penerima amanat Tuhan. Sehingga secara kodrati orang tua akan terdorong untuk membimbing anak agar menjadi manusia dewasa, berkehidupan yang layak, bahagia di dunia dan akhirat. Keluarga sebagai pusat pendidikan harus mampu menjalankan hubungan dengan lembaga lain, baik persekolahan maupun lembaga sosial lainnya yang dijadikan sebagai media penyambung pendidikan, yang telah diterima anak di lingkungan keluarga.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan pendidikan dalam keluarga berlangsung sejak anak masih bayi bahkan sejak anak masih di dalam kandungan, proses awal pendidikan merupakan proses dasar pembentukan anak yang berpengaruh terhadap pembentukan sikap, tingkah laku dan watak anak. Pendidikan keluarga ditujukan kearah pembinaan pribadi anak agar kelak anak mampu melaksanakan kehidupannya sebagai manusia dewasa. Keluarga sebagai pusat pendidikan kurang mampu menjalankan hubungan dengan lembaga lain sebagai media penyambung pendidikan.
e. Karakteristik Pendidikan Keluarga
Tanggung jawab keluarga dalam pendidikan anak berlangsung jauh sebelum anak itu lahir, hingga anak mencapai dewasa dimana anak sudah mampu mengemban dan melaksanakan tanggung jawabnya sendiri. Intensitas pengaruh dan pendidikan yang diterima anak dalam situasi kehidupan keluarga mendasari serta melebihi pendidikan yang diterimanya di kedua lingkungan pendidikan lainnya yaitu sekolah dan masyarakat.
Soelaeman (1994 : 173) menjelaskan keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang pertama tidak semata-mata didasarkan pada alasan urutan kronologisnya melainkan lebih atas dasar alasan intensitas dan tanggung jawab pendidikan yang diemban dan dilaksanakan orang tua sebagai tanggung jawab edukatif yang kodrati.
Khamrani Buseri (1990 : 28-29) menjelaskan pendidikan dimulai dari buaian dan berakhir hingga liang lahat, anak merupakan amanat dari Tuhan yang dititipkan kepada manusia maka mengasuh, membimbing dan mendidik anak secara kodrati atau alami terpundak di atas bahu kedua orang tua. Pendidikan kodrati ini merupakan tanggung jawab pendidikan yang melekat dalam rangka menghantarkan anak menjadi manusia yang berkepribadian.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan karakteristik pendidikan dalam keluarga adalah pendidikan kodrati dimana tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak pada hakekatnya tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain, karena anak merupakan amanah dari Tuhan yang dititipkan kepada manusia, sehingga mengasuh, membimbing dan mendidik anak merupakan tanggung jawab orang tua secara kodrati, orang tua secara kodrati terdorong untuk membimbing anak-anaknya menjadi manusia dewasa, berkehidupan yang layak, bahagia di dunia dan akhirat.
f. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Keluarga
Sayekti Pujo Suwarno (1994 : 46) mengemukakan bahwa hal-hal yang
berkait dengan orang tua yang harus diperhatikan dan berpengaruh terhadap pendidikan putra – putrinya adalah:
1) Perasaan cinta kasih, disiplin dan beraturan.
2) Ajaran dan pengalaman.
3) Membiasakan kebersihan dan menjaga kesehatan.
4) Berbuat baik kepada sesama manusia dan suka menolong.
5) Memberi tauladan yang baik
Sedangkan Muklas Damanhuri (2000:16–17) menuliskan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi pendidikan orang tua kepada anaknya adalah :
1) Jasmani, keadaan jasmani orang tua yang terganggu, misalnya sakit, lelah, lapar, dan sebagainya mempengaruhi kurangnya pemusatan perhatian.
2) Rohani, keadaan rohani orang tua yang terganggu, misalnya terlalu banyak berfikir, kecewa, bingung, cemas dan sebagainya sangat mempengaruhi perhatian orang tua terhadap anak.
3) Kesibukan orang tua, kesibukan orang tua diluar rumah menyebabkan kurangnya perhatian terhadap anak.
4) Ekonomi, ekonomi keluarga yang berkecukupan sangat mempengaruhi orang tua dalam memberikan perhatian kepada anaknya, sebaliknya bagi orang tua yang lemah ekonominya akan kurang perhatiannya dalam mencukupi kebutuhan-kebutuhan anaknya.
5) Lingkungan sosial, keluarga yang berada di lingkungan desa, lingkungan kota, lingkungan pabrik, lingkungan pendidikan akan mempunyai perbedaan dalam memberikan perhatian kepada anak-anaknya
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan orang tua yang diberikan kepada putra – putrinya di pengaruhi oleh banayak faktor yang antara lain adalah keadaan jasmani orang tua, keadaan rohani orang tua yang berpengaruh terhadap perasaan cinta kasih dan disiplin orang tua kepada anak, kesibukan orang tua, keadaan ekonomi keluargadan lingkungan sosial keluarga.
2. Fungsi-fungsi Keluarga
Teori tabularase dari John Locke mengatakan bahwa anak yang baru dilahirkan bagaikan kertas lilin yang putih bersih. Terserah orang tuanya yang akan mewarnai goresan-goresan indah atau jelek, seperti apa macam anak setelah dewasa. Disini orang tua sangat memegang peranan penting dalam pendidikan, keluarga akan mempengaruhi perkembangan jiwani, jasmani dan rokhani anak. Situasi keluarga yang harmonis dan bahagia akan membantu anak dalam mengembangkan pribadinya untuk mencapai tingkat kedewasaan yang utuh.
Sugihartono dan Sayekti Pujosuwarno (1984 : 31– 33) membagi fungsi keluarga menjadi delapan, yaitu:
a. Fungsi pengaturan seksual
Keluarga merupakan lembaga pokok yang melalui masyarakat mengorganisasi dan mengatur pemuasan keinginan seksual. Dengan pengaturan seksual mengakibatkan kepuasan sek dalam keluarga itu, besar sekali pengaruhnya dan pentingnya dalam keluarga yang sehat, sejahtera dan bahagia.
b. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk menghasilkan anggota baru, bagi kehidupan manusia yang turun temurun. Namun demikian diantara sekian banyak keluarga ada yang tidak dapat menghasilkan keturunan. Masalah itu dapat diatasi dengan jalan mengadopsi anak dengan persetujuan kedua belah pihak.
c. Fungsi perlindungan dan pemeliharaan
Keluarga memberikan beberapa tingkatan perlindungan fisik, ekonomi, dan psykis terhadap anggotanya.
d. Fungsi pendidikan
Pendidikan dalam keluarga merupakan dasar bagi perkembangan dan pendidikan anak pada saat berikutnya. Adapun pelaksanaannya ada yang disengaja atau tidak disengaja, misalnya yang disengaja antara lain mengajarkan tentang berkelakuan baik, memberikan pelajaran agama dan lain-lain. Sedang pendidikan yang tidak disengaja misalnya tingkah laku orang tua, hubungan keduanya baik atau tidak, suasana keluarga dan lain-lain. Maka keluarga yang baik, orang tua yang hidup rukun dan damai akan membentuk anak-anak yang baik, berkepribadian yang baik pula.
e. Fungsi sosialisasi
Keluarga merupakan faktor yang sangat penting bagi kehidupan anak, karena keluarga sebagai kelompok primer yang didalamnya terjadi interaksi diantara para anggota dan disitulah terjadinya proses sosialisasi.
f. Fungsi afeksi dan rekreasi
Hubungan cinta kasih yang dibina seseorang akan menjadi dasar perkawinan yang dapat menumbuhkan hubungan afeksi bagi semua anggota keluarga yang dibinanya. Apabila rasa cinta kasih dalam keluarga dapat dirasakan oleh semua anggota keluarga maka anggota keluarga akan merasa kerasan tinggal di rumah, sehingga setiap anggota keluarga harus mampu membuat dan memberikan rasa aman, tentram dan damai sehingga terjalin persaudaraan dan persahabatan yang akrab. Dengan demikian keluarga merupakan medan rekreasi bagi anggota-anggotanya.
g. Fungsi Ekonomis
Keluarga merupakan unit ekonomi yang paling dasar. Anggota keluarga secara bersama sebagai suatu team yang ikut andil dalam penghasilan mereka.
h. Fungsi status sosial
Keluarga berfungsi sebagai dasar yang menunjukkan kedudukan atau status bagi anggota-anggotanya karena kelahiran keluarga biasanya dihubungkan dengan
sistem status ini.
Khairuddin (1997 : 48) menjelaskan bahwa pada dasarnya keluarga memounyai fungsi-fungsi pokok yaitu fungsi yang sulit diubah dan digantikan oleh orang lain, fungsi-fungsi pokok tersebut adalah:
a. Fungsi biologik
Keluarga merupakan tempat lahirnya anak, dan fungsi ini merupakan dasar kelangsungan hidup masyarakat.
b. Fungsi afeksi
Dalam keluarga terjadi hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi. Hubungan afeksi tumbuh sebagai akibat hubungan cinta kasih yang menjadi dasar perkawinan. Dari hubungan cinta kasih ini lahirlah hubungan persaudaraan, persahabatan, kebiasaan, identifikasi, persamaan pandangan mengenai nilai-nilai. Hubungan afeksi ini merupakan faktor penting bagi perkembangan kepribadian anak.
c. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi berhubungan dengan pembentukan kepribadian anak, karena melalui interaksi sosial dalam keluarga anak akan mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadiannya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan keluarga sebagai institusi sosial mempunyai fungsi sebagai pengaturan seksual, reproduksi, perlindungan dan pemeliharaan, sosialisasi, afeksi dan rekreasi, ekonomi serta status sosial terhadap anggota – anggotanya, dari bermacam-macam fungsi tersebut ada beberapa fungsi keluarga yang tidak dapat digantikan oleh orang lain yaitu fungsi biologi, fungsi afeksi dan fungsi sosialisasi.
3. Tanggung jawab Keluarga dalam Pendidikan Anak
Tanggung jawab orang tua dalam pendidikan anaknya berlangsung jauh sebelum anak itu dilahirkan, hingga anak mencapai dewasa, dimana anak sudah mampu mengemban dan melaksanakan tanggung jawab sendiri. Pengaruh dan pendidikan yang diterima anak dalam situasi kehidupan keluarga akan menjadi dasar bagi pendidikan yang diterimanya pada masa berikutnya sehingga tanggung jawab yang diemban dan dilaksanankan orang tua terhadap anak merupakan tanggung jawab yang kodrati (Soelaeman, 1994 : 172 – 173).
Keluarga merupakan kelompok pertama yang mengenalkan nilai-nilai kebudayaan kepada anak sehingga dalam lingkungan keluarga ini anak mengalami interaksi dan disiplin pertama yang dikenakan kepadanya dalam kehidupan sosial (Khairuddin, 1997 : 63).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak merupakan tanggung jawab kodrati sehingga tanggung jawab untuk mendidik anak pada hakikatnya tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain, dan keluarga merupakan pusat pendidikan yang alamiah sehingga pendidikan dalam keluarga berlangsung dengan penuh kewajaran.
B. Tinjauan tentang Proses Sosialisasi
1. Pengertian Proses Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat di lingkungannya (Lukman Ali, 1995 : 958).
Untuk mendapatkan gambaran yang memadai tentang pengertian proses sosialisasi maka akan penulis sampaikan rumusan pengertian proses sosialisasi dari beberapa ahli sebagai berikut. Thomas Fort Hoult dalam ST. Vembriarto (1990: 19) berpendapat bahwa dalam proses sosialisasi adalah proses belajar individu untuk bertingkah laku sesuai dengan standar yang terdapat dalam kebudayaan masyarakatnya. R. S. Lazarus dalam ST. Vembriarto (1990: 20) berpendapat bahwa proses sosialisasi adalah proses akomodasi dengan mana individu menghambat atau mengubah impuls-impuls sesuai dengan tekanan lingkungan dan mengembangkan pola-pola nilai dan tingkah laku yang baru sesuai dengan kebudayaan masyarakat. G.H. Mead dalam ST. Vembriarto (1990: 20) berpendapat dalam proses sosialisasi individu akan mengadopsi kebiasaan, sikap dan ide-ide dari orang lain dan menyusunnya kembali sebagai sesuatu sistem dalam diri pribadinya. David Popenoe dalam ST. Vembriarto (1990: 20) berpendapat bahwa proses sosialisasi adalah usaha memasukkan pengaruh kebudayaan ke dalam diri individu.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa proses sosialisasi adalah proses belajar yaitu proses akomodasi dengan mana individu menahan, mengubah impuls-impuls dalam dirinya dan mengambil cara hidup atau kebudayaan masyarakat sehingga dalam proses sosialisasi individu akan mempelajari kebiasaan, sikap, ide-ide, pola-pola, nilai dan tingkah laku serta standar tingkah laku dalam masyarakat dimana anak hidup. Semua sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu disusun dan dikembangkan sebagai suatu kesatuan sistem dalam pribadinya.
Yang dimaksud dengan proses sosialisasi dalam penelitian ini adalah proses belajar yang dilakukan siswa-siswa SMP Negeri 7 Kebumen untuk mempelajari kebiasaan, sikap, ide-ide, pola-pola, nilai dan tingkah laku serta standar tingkah laku dalam masyarakat di lingkungannya, baik lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah dengan tujuan agar mudah menempatkan diri dalam pergaulan.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Sosialisasi
Dengan proses sosialisasi individu akan berkembang menjadi suatu pribadi atau makhluk sosial yang mempenagruhi hubungannya dengan orang lain. Proses perkembangan manusia sebagai makhluk sosial dipengaruhi oleh banyak faktor.
Menurut F.G Robbins dalam ST. Vembriarto (1990 : 21-24) ada lima faktor yang menjadi dasar perkembangan kepribadian, yaitu:
a. Sifat dasar, merupakan keseluruhan potensi-potensi yang diwarisi oleh seseorang dari ayah dan ibunya. Sifat dasar ini terbentuk pada saat bertemunya sel jantan dan sel betina pada waktu pembuahan, sifat dasar yang masih merupakan potensi-potensi itu kemudian berkembang menjadi aktualisasi karena pengaruh faktor-faktor lainnya.
b. Lingkungan prenatal, adalah lingkungan dalam kandungan ibu. Dalam periode prenatal ini individu mendapatkan pengaruh-pengaruh tidak langsung dari ibu.
c. Perbedaan perorangan, perbedaan perorangan ini meliputi perbedaan dalam ciri- ciri fisik, ciri-ciri fisiologik, ciri-ciri mental dan emosional, ciri – ciri personal dan sosial.
d. Lingkungan, adalah kondisi-kondisi di sekitar individu yang mempengaruhi proses sosialisasi. Peranan kondisi-kondisi lingkungan dalam proses sosialisasi adalah sekedar membatasi dan mempengaruhi proses sosialisasi manusia.
e. Motivasi, adalah kekuatan-kekuatan dari dalam diri individu yang menggerakkan individu untuk berbuat. Motivasi dibedakan menjadi dorongan dan kebutuhan, dorongan adalah ketidakseimbangan dalam diri individu, karena pengaruh dari dalam atau luar dirinya yang mempengaruhi dan mengarahkan individu untuk mengadakan adaptasi.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan terdapat lima faktor yang berpengaruh terhadap proses sosialisasi yaitu sifat dasar, lingkungan prenatal, perbedaan individu, lingkungan dan motivasi. Kelima faktor itu melalui proses aksi, reaksi dan interaksi mempengaruhi proses sosialisasi manusia. Bayi yang dilahirkan sebagai makhluk non sosial secara perlahan-lahan akan mengalami proses sosialisasi sehingga berkembang menjadi manusia dewasa yang sosial dan anggota masyarakat yang bertanggung jawab.
3. Peran Orang Tua dalam Mengembangkan Proses Sosialisasi
Orang tua mempunyai motivasi yang kuat untuk mendidik anak, dengan motivasi ini akan melahirkan hubungan emosional antara orang tua dengan anak. Karena hubungan sosial dalam keluarga itu bersifat relatif tetap maka orang tua memainkan peranan sangat penting terhadap proses sosialisasi anak. Adapun peranan orang tua dalam mengembangkan proses sosialisasi anak menurut Khairudin (1997 : 70-71) adalah :
a. Penguasaan diri, proses mengajar anak untuk menguasai diri dimulai pada waktu orang tua melatih anak untuk memelihara kebersihan dirinya, hal ini merupakan tuntutan sosial pertama anak yang dialami oleh anak untuk latihan penguasaan diri.
b. Nilai – nilai, bersamaan dengan latihan penguasaan diri kepada anak diajarkan nilai-nilai kerjasama misalnya dengan menyarankan anak untuk meminjamkan permainnannya kepada teman, mengajarkan anak menguasai diri agar tidak bermain-main dulu sebelum menyelesaikan pekerjaan rumah, kepada anak juga diajarkan tentang nilai sukses dalam pekerjaan.
c. Peranan sosial, peranan sosial dapat dipelajari melalui interaksi sosial dalam keluarga, setelah dalam diri anak berkembang kesadaran diri sendiri yang membedakan dirinya dengan orang lain, anak mulai mempelajari peranan – peranan sosial yang sesuai dengan gambaran tentang dirinya. Proses mempelajari peranan-peranan sosial ini kemudian dilanjutkan di lingkungan kelompok sebaya sekolah, perkumpulan-perkumpulan dan sebagainya.
Menurut Khamrani Buseri (1990 : 70-73) peranan keluarga dalam proses sosialisasi anak adalah :
a. Pengenalan dan Pengembangan Sikap Sosial Awal
Kemampuan mengadakan kontak sosial dan bermasyrakat tumbuh sejak masa anak yakni melalui hubungan dengan orang tua dan saudara-saudara yang kemudian berkembang melalui pergaulan dengan anak-anak sekitar. Dalam hubungan sosial tersebut anak akan memahami tentang bagaimana menghargai orang lain, mengatahui cara berkomunikasi dengan orang lain dan memahami bahwa kebebasannya dibatasi oleh kebebasan orang lain. Kemampuan hubungan social berkaitan dengan pembinaan kepribadian sebagai individu, anak dapat mengerti secara obyektif tentang dirinya agar mudah menempatkan diri di dalam pergaulan.
b. Belajar memegang peran
Di dalam keluarga berlangsung sosialisasi mengenai berbagai status dan peran yang dapat dimainkan oleh anak dalam masyarakat. Semua kedudukan dalam masyarakat membawa kepada peran dan status tertentu. Jadi keluarga sebagai masyarakat terkecil perlu membentuk dan memelihara jembatan yang menghubungkan anak dengan masyarakat luas.
Berdasarkan pendapat – pendapat di atas dapat disimpulkan peran orang tua dalam mengembangkan proses sosialisasi anak adalah orang tua akan mengenalkan dan mengembangkan sikap sosialisasi anak, hal ini dapat diajarkan dengan cara melatih anak untuk menguasai diri sendiri serta mengajarkan anak untuk mengenalkan nilai-nilai melalui pergaulan dalam lingkungan keluarga dan anak-anak sekitar. Setelah anak berinteraksi sosial maka berkembang pula kesadaran anak terhadap diri sendiri yang membedakan dirinya dengan orang lain dan anak mulai mempelajari peranan sosial yang sesuai dengan gambaran tentang dirinya.
Kegiatan-Kegiatan dalam Proses Sosialisasi
Khairuddin (1997 : 65) menjelaskan bahwa dalam proses sosialisasi kegiatan-kegiatan yang dicakup adalah:
a. Belajar
Belajar merupakan suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman. Proses belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi pada individu yang bersangkutan, di mana perubahan terjadi pada tingkah laku atau beberapa aspek dari kepribadian, sehingga setiap tingkah laku yang sebenarnya merupakan hasil dari mempelajari baik mengenai pelajaran-pelajarn sekolah, mengenai nilai-nilai sosial, adat kebiasaan, maupun mengenai motif-motif.
b. Penyesuaian diri dengan lingkungan
Penyesuaian diri dengan lingkungan merupakan penyesuaian tingkah laku terhadap lingkungan, dimana dalam lingkungan terdapat aturan-aturan atau norma-norama yang mengatur tingkah laku dalam lingkungan sosial. Individu yang masuk ke dalam lingkungan tersebut harus menyesuaikan diri dengan aturan-aturan atau norma-norma yang ada dan berlaku mengikat setiap individu yang ada dalam masyarakat tersebut.
c. Pengalaman mental
Pengalaman seseorang akan membentuk suatu sikap pada diri seseorang, hal ini didahului oleh sikap terbentuknya suatu kebiasaan yang menimbulkan reaksi yang sama terhadap masalah yang sama. Setiap individu diharapkan dapat mengembangkan sikap-sikap yang diharapkan dan melakukan penyesuaian-penyesuaian yang serasi dalam berbagai situasi hidup.
C. Hubungan antara Pendidikan dalam Keluarga dengan Proses Sosialisasi
Keluarga yang merupakan pusat pendidikan yang alami sehingga pendidikan dalam keluarga merupakan dasar bagi pendidikan anak lebih lanjut, bagi keluarga terutama ayah dan ibu, kewajiban dalam mendidik anak merupakan tanggung jawab pendidikan yang secara kodrati. Sehingga orang tua akan selalu terdorong untuk membimbing anak - anaknya agar menjadi manusia dewasa, berkehidupan yang layak, bahagia di dunia dan di akhirat (Khamrani Buseri, 1990: 4). Sehingga pendidikan dalam keluarga merupakan upaya meletakkan dasar pendidikan yang melandasi pengembangan pemikiran, sikap dan perilaku anak menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab.
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama bagi proses pertumbuhan sikap sosial dan kemampuan sosial anak. Pengembangan sikap sosial anak akan menopang perkembangan sikap sosial selanjunya, sehingga kemampuan bergaul anak yang diperoleh di lingkungan keluarga akan mendasari kemampuan bergaul yang lebih luas.
Dalam lingkungan keluarga anak belajar mengadakan hubungan sosial yang akan memberikan bekal kepada anak untuk memahami tentang cara menghargai orang lain, mengetahui cara berkomunikasi dengan orang lain dan memahami tentang kebebasan yang dibatasi oleh kebebasan orang lain. Sehingga anak diharapkan akan mengerti secara obyektif tentang dirinya agar mudah menempatkan dirinya di dalam pergaulan.
Pendidikan dalam keluarga yang merupakan upaya meletakkan dasar pendidikan yang melandasi pengembangan pemikiran, sikap dan perilaku anak menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab, sehingga dengan pendidikan anak mengalami proses pertumbuhan sikap sosial dan kemampuan sosial, sehingga kemampuan bergaul anak yang diperoleh di lingkungan keluarga akan mendasari kemampuan bergaul yang lebih luas, dan anak dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dengan demikian ada hubungan antara pendidikan dalam keluarga dengan proses sosialisasi anak.
D. Pengajuan Hipotesis
Suharsimi Arikunto (1993:67) berpendapat bahwa hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul .
Adapun persyaratan dalam merumuskan hipotesis menurut Suharsimi Arikunto (1993 : 65) adalah 1. Hipotesis harus dirumuskan dengan singkat tetapi jelas. 2. Hipotesis harus nyata menunjukkan adanya hubungan antara dua atau lebih variabel. 3. Hipotesis harus didukung oleh teori-teori yang dikemukakan para ahli atau hasil peneliti yang relevan.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas dapat diperoleh pengertan bahwa hipotesis adalah dugaan atau anggapan yang dirumuskan peneliti yang belum terbukti kebenarannya, sehingga perlu diuji atau dibuktikan kebenarannya lebih dahulu. Hasil pembuktian jika benar maka hipotesis akan diterima dan jika salah atau palsu hipotesis akan ditolak.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: terdapat hubungan yang positip antara hubungan yang signifikan antara pendidikan orang anak dalam keluarga dengan proses sosialisasi di SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2004/2005.
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian akan menjadikan ilmu pengetahuan akan mengalami perkembangan pada penelitian ini akan digunakan berbagai metode yang relevan dengan penelitiannya, sehingga metode penelitian tidak akan pernah ketinggalan dalam setiap penelitian.
Agar mendapatkan gambaran tentang metode penelitian itu sendiri akan diuraikan terlebih dahulu mengenai pengertian metode penelitian. Poerwodarminto (1984 : 649) berpendapat pengertian metode adalah ilmu yang membicarakan cara-cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu. Lukman Ali (1995 : 1028) adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan obyektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum.
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil pengertian metode penelitian adalah suatu pengetahuan yang memberikan petunjuk dan syarat-syarat yang harus ditempuh dalam mengadakan penelitian yaitu tentang berbagai cara kerja yang sesuai dengan obyek penelitian, yang ditempuh dengan cara mengumpulkan, menemukan, mengembangkan, menganalisa atau menguji kebenaran suatu fakta atau data serta menyimpulkan dari obyek penelitian.
Suharsimi Arikunto, (1993 : 27) menjelaskan penelitian yang bertujuan mencari hubungan antara dua fenomena di sebut penelitian korelasional. Penelitian ini bertujuan untuk hubungan antara pendidikan orang anak dalam keluarga dengan proses sosialisasi, sehingga penelitian ini menggunakan metode korelasi.
A. Rancangan Penelitian
Pekerjaan pertama yang dilakukan sebelum memulai penelitian adalah merencanakan langkah – langkah yang akan akan dilakukan dalam penelitian. Adapun langkah – langkah yang dilakukan dalam mengerjakan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan masalah
Setelah mendapatkan informasi yang cukup tentang permasalahan yang akan diteliti kemudian membuat rumusan permasalahan, hal ini akan memberikan kejelasan tentang dari mana penelitian ini akan dimulai dan penelitian ini akan berakhir. Permasalahn yang penulis kemukakan dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan yang signifikan antara pendidikan anak dalam keluarga dengan proses sosialisasi di SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2004/2005?”
2. Perumusan hipotesis
Pengertian hipotesis menurut Sumadi Suryabrata (1998 : 69) adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian secara teoritis yang dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan anak dalam keluarga dengan proses sosialisasi di SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2004/2005.
3. Memilih pendekatan
Pendekatan dalam penelitian adalah metode atau cara yang digunakan dalam mengadakan penelitian. Penentuan pendekatan ini akan sangat menentukan variabel atau obyek penelitian dan sekaligus menentukan subyek penelitian atau sumber untuk memperoleh data. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara pendidikan anak dalam keluarga dengan proses sosialisasi, maka penelitian ini merupakan jenis penelitian korelasional.
4. Menentukan variabel
Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek penelitian.Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu pendidikan anak dalam keluarga sebagai variabel bebas dan proses sosialisasi anak sebagai variabel terikat.
5. Merumuskan definisi operasional variabel
Sumardi Suryabrata (1998 : 76) berpendapat definisi operisional merupakan definisi yang didasarkan atas sifat-sifat yang didefinisikan yang dapat diamati. Penyusunan definisi operasional ini perlu karena definisi operasional akan menunjuk pada alat pengambil data mana yang sesuai untuk digunakan.
6. Menentukan dan menyusun instrumen
Setelah peneliti sudah mendapatkan gambaran tentang jalannya penelitian yang akan dilaksanakan, tentang sumber data, cara mendapatkan data, maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menentukan alat untuk mengumpulkan data. Pada penelitian ini alat pengumpul data penelitian yang digunakan adalah metode angket.
7. Pengumpulan data
Mengumpulkan data adalah pekerjaan yang sukar yang paling penting dalam sebuah penelitian, karena apabila data yang salah, akan mendapatkan kesimpulan yang salah pula, dan hasil penelitiannya menjadi tidak tepat. Agar mendapatkan data yang benar maka sebelum angket digunakan sebagai alat pengumpul data harus diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui validitas dan reliabilitas soal.
8. Analisis data
Setelah data terkumpul langkah yang harus dilakukan agar data tersebut dapat memberikan rangkuman keterangan yang dapat dipahami adalah pengolahan tentang data tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara pendidikan anak dalam keluarga dengan proses sosialisasi, sesuai dengan sifat data yang diperoleh dan tujuan penelitian tersebut maka untuk mengolah data menggunakan teknik statistik korelasi product moment.
9. Menarik kesimpulan
Langkah terakhir dari kegiatan penelitian adalah membuat kesimpulan. Dalam proses penarikan kesimpulan ini peneliti tidak boleh mengarahkan agar hipotesisnya terbukti, karena dengan tidak terbuktinya hipotesis bukan pertanda bahwa penelitiannya salah.
10. Menulis laporan
Agar hasil kegiatan penelitian dapat diketahui orang lain, serta prosedurnyapun diketahui orang lain pula sehingga dapat mengecek kebenaran maka hasil dari penelitian tersebut harus disusun dalam bentuk laporan penelitian.
B. Variabel Penelitian
Suharsimi Arikunto (1996 : 97) berpendapat bahwa variabel adalah obyek penelitian yang bervariasi. Sesuatu yang menjadi obyek penelitian merupakan faktor yang menyatu dan harus ada karena pentingnya variabel itu dalam sebuah penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu pendidikan dalam keluarga sebagai variabel bebas dan proses sosialisasi anak sebagai variabel terikat.
C. Definisi Operasional
Variabel bebas dari penelitian ini adalah pendidikan dalam keluarga. Definisi operasional dari pendidikan dalam keluarga adalah usaha serta perbuatan orang tua untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, akhlak, dan seluruh pribadi anak. Berdasarkan definisi operasional tersebut dapat disusun indikator dari variabel penelitian sebagai berikut:
Tabel 1. Indikator Pendidikan dalam Keluarga
Variabel Indikator
Pendidikan dalam keluarga adalah usaha serta perbuatan orang tua untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, ahklak dan seluruh pribadi anak 1. Usaha orang tua untuk meningkat kan pengetahuan anak
2. Usaha orang tua untuk meningkatkan kemampuan anak
3. Usaha orang tua untuk membentuk akhlak anak yang terpuji
4. Usaha orang tua untuk membentuk pribadi anak yang baik
Variabel terikat dari penelitian ini adalah proses sosialisasi anak. Definisi operasional dari proses sosialisasi anak adalah proses belajar anak untuk mempelajari kebiasaan, sikap, ide-ide, pola-pola, nilai dan tingkah laku dalam masyarakat di lingkungannya agar mudah menempatkan diri dalam pergaulan. Berdasarkan definisi operasional tersebut dapat disusun indikator dari variabel penelitian sebagai berikut:
Tabel 2. Indikator Variabel Proses Sosialisasi Siswa
Variabel Indikator
Proses sosialisasi anak adalah proses belajar anak untuk mempelajari kebiasaan, sikap, ide-ide, pola-pola, nilai dan tingkah laku dalam masyarakat di lingkungannya agar mudah menempatkan diri dalam pergaulan 1. Usaha anak untuk mengetahui kebiasaan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat
2. Usaha anak untuk menyesuaikan diri dengan pola – pola dan nilai – nilai di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat
3. Sikap anak terhadap pola – pola dan nilai – nilai di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dan sampel penelitian selalu merupakan suber data dari penelitian tersebut. Untuk menentukan sumber data tergantung dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian dan hipotesis yang akan diuji kebenarannya.
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi Arikunto, 1993:102). Sedangkan Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (1989: 152) berpendapat bahwa populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya tak terduga. Berdasarkan batasan tersebut maka populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VII SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2004/2005 yang terdiri dari sepuluh kelas masing-masing kelas sebanyak 40 siswa sehingga jumlah seluruhnya 400 siswa.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. (Suharsimi Arikunto, 1993: 104). Sebagai pedoman dalam pengambilan jumlah sampel penelitian ini adalah untuk sekedar ancer – ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga sehingga merupakan penelitian populasi. (1993 : 107).
Berdasarkan pendapat di atas maka penelitian ini mengambil sampel 40% dari seluruh populasi yang berjumlah 400 siswa, dengan teknik pengambilan sampel proposional random sampling, diambil 40 siswa.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik proposional random sampling yaitu dengan cara undian. Teknik proposional random sampling adalah pengambilan sampel dengan tanpa pandang bulu, sehingga semua individu dalam populasi mendapat kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Adapun cara yang digunakan adalah cara undian, dengan langkah – langkah sebagai berikut:
a. Membuat daftar semua siswa yang menjadi populasi penelitian yaitu semua siswa kelas VII SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2004/2005 yang terdiri dari sepuluh kelas masing-masing kelas sebanyak 40 siswa sehingga jumlah seluruhnya 400 siswa, kemudian membuat kode nomor urut kepada semua siswa.
b. Menuliskan semua kode yang telah dibuat pada masing-masing pada selembar kertas kecil, kemudian dibuat gulungan kecil dari kertas yang berisi kode itu.
c. Gulungan kertas itu dimasukan ke dalam kaleng sesuai dengan kelasnya sehingga ada empat buah kaleng dari masing masing dengan cara di kocok diambil 10 gulungan kertas yang nantinya sebagai sampel dari penelitian. Adapun tabulasi pengambilan sampel dari masing – masing kelas adalah:
Tabel 3. Tabulasi Pengambilan Sampel
No Kelas Jumlah Siswa
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. VII A
VII B
VII C
VII D
VII E
VII F
VII G
VII H
VII I
VII J 4 Siswa
4 Siswa
4 Siswa
4 Siswa
4 Siswa
4 Siswa
4 Siswa
4 Siswa
4 Siswa
4 Siswa
Jumlah 40 Siswa
E. Metode Pengumpulan Data.
Metode Pengumpulan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode angket / kuesioner. Suharsimi Arikunto (1993:112) berpendapat bahwa kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis dapat digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang telah diketahui. Metode angket dalam penelitian ini untuk memperoleh data tentang pendidikan dalam keluarga dan data tentang proses sosialisasi siswa.
Langkah-langkah yang penulis lakukan untuk mendapatkan data penelitian adalah:
1. Persiapan Penelitian
Sebelum melaksanakan penelitian langkah-langkah yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Pemilihan Judul
Pemilihan judul merupakan langkah yang sangat penting dan merupakan masalah yang berat bagi penulis dalam melaksanakan penelitian, namun demikian dengan mendapatkan pengarahan dari Pembimbing penulis dapat menentukan judul penulisan skripsi ini.
b. Penentuan Pokok Masalah
Langkah selanjutnya setelah menentukan judul penelitian adalah menentukan pokok masalah. Pokok masalah yang telah ditentukan harus teratur, sistematis dan terarah pada pokok permasalahan.
c. Persiapan Metode Pengumpulan Data
Metode penelitian yang penulis gunakan untuk mendapatkan data dalam penelitian ini adalah metode angket. Sumardi Suryabrata (1988 : 15) berpendapat angket atau kuesioner adalah daftar pertanyaan yang harus dijawab atau diisi berdasar sejumlah subyek yang diselidiki. Definisi angket menurut Nasution (1990 : 128) adalah daftar pertanyaan yang didistribusikan kepada responden untuk diisi dan dikembalikan atau dapat juga dijawab dibawah pengawasan peneliti, yang ditujukan untuk meminta keterangan tertentu tentang fakta yang diketahui oleh responden atau juga mengenai pendapat atau sikap
Berdasarkan pendapat tersebut dapat diambil pengertian bahwa angket merupakan metode pengumpul data yang dilakukan dengan cara memberi data pertanyaan tertulis pada responden dan diminta untuk menjawabnya, kemudian berdasarkan jawaban tersebut peneliti mengambil kesimpulan mengenai subyek yang diselidiki.
Kelebihan yang dimiliki dalam penggunaan metode angket atau kuesioner menurut Bimo Walgito (1995 : 62) adalah a) Praktis yaitu dalam waktu yang singkat dapat memperoleh data yang banyak. b) Ekonomis yaitu sedikit tenaga yang diperlukan. c) Orang dapat menjawab dengan terbuka atau leluasa, tidak dipengaruhi oleh teman – temannya.
Disamping mempunyai beberapa kelebihan metode angket juga mempunyai kelemahan yaitu a) Pertanyaan – pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner teklah tertentu tidak dapat diubah sesuai dengan kemampuan responden. b) sukar untuk mengadakan ceking terhadap jawaban responden.
2. Penentuan Subyek Penelitian
Seperti yang telah dikemukakan, penelitian ini merupakan penelitian sampel dengan teknik pengambilan sampel adalah proposional random sampling sehingga individu yang terpilih sebagai sampel dipilih secara acak.
3. Penyusunan Alat Ukur
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode angket. Metode angket digunakan untuk memperoleh data tentang pendidikan dalam keluarga dan data tentang proses sosialisasi siswa. Adapun langkah-langkah dalam penyusunan alat ukur adalah :
a. Menentukan obyek yang akan diungkap
Obyek yang akan diungkap pada penelitian ini adalah pendidikan dalam keluarga dan data tentang proses sosialisasi siswa pada siswa kelas VII SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2004/2005.
b. Menjabarkan obyek tersebut
Pendidikan dalam keluarga dapat dijabarkan dalam beberapa indikator seperti pada tabel dibawah ini:
Tabel 4. Penjabaran Variabel Pendidikan dalam Keluarga
Variabel Indikator
Pendidikan dalam keluarga adalah usaha serta perbuatan orang tua untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, ahklak dan seluruh pribadi anak 1. Usaha orang tua untuk meningkat kan pengetahuan anak
2. Usaha orang tua untuk meningkatkan kemampuan anak
3. Usaha orang tua untuk membentuk akhlak anak yang terpuji
4. Usaha orang tua untuk membentuk pribadi anak yang baik
Proses sosialisasi anak dapat dijabarkan dalam beberapa indikator seperti pada tabel dibawah ini:
Tabel 5. Penjabaran Variabel Proses Sosialisasi Siswa
Variabel Indikator
Proses sosialisasi anak adalah proses belajar anak untuk mempelajari kebiasaan, sikap, ide-ide, pola-pola, nilai dan tingkah laku dalam masyarakat di lingkungannya agar mudah menempatkan diri dalam pergaulan 1. Usaha anak untuk mengetahui kebiasaan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat
2. Usaha anak untuk menyesuaikan diri dengan pola – pola dan nilai – nilai di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat
3. Sikap anak terhadap pola – pola dan nilai – nilai di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat
c. Membuat Tabulasi Penyebaran Item atau Kisi-kisi
Pendidikan dalam keluarga adalah usaha serta perbuatan orang tua untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, akhlak, dan seluruh pribadi anak. Definisi variabel tersebut kemudian dijabarkan kedalam kisi-kisi. Kisi-kisi angket persepsi siswa terhadap konselor penulis sajikan pada lampiran 1.
Proses sosialisasi anak adalah proses belajar anak untuk mempelajari kebiasaan, sikap, ide-ide, pola-pola, nilai dan tingkah laku dalam masyarakat di lingkungannya agar mudah menempatkan diri dalam pergaulan. Definisi variabel tersebut kemudian dijabarkan kedalam kisi-kisi. Kisi-kisi angket kenakalan remaja penulis sajikan pada lampiran 2.
d. Membuat Item Soal
Berdasarkan kisi-kisi yang sudah tersusun maka untuk masing-masing variabel dijabarkan dalam item soal angket yang berupa kalimat pernyataan. Alat ukur yang penulis buat ada 40 item untuk Pendidikan dalam keluarga dan 40 item untuk angket proses sosialisasi siswa. Bentuk dari item soal penulis sajikan pada lampiran 3.
e. Menentukan Alternatif Jawaban atau Option
Alternatif jawaban yang disediakan ada empat option untuk nomor angket, yaitu: A. Sangat Setuju , B. Setuju , C. Tidak Setuju.
f. Membuat Skor Item
Skor untuk masing-masing jawaban pertanyaan positip adalah A = 3, B = 2, C = 1. Sedangkan untuk jawaban pertanyaan yang negatif adalah A=3, B = 2, dan C = 1.
g. Melaksanakan Uji Coba (Try Out)
Sebelum soal angket digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data penelitian soal angket diujicobakan terlebih dahulu dengan tujuan untuk menentukan validitas dan reliabilitas soal angket.
F. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkatan-tingkatan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Suharsimi Arikunto, 1996 : 160). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang harus diukur sehingga dapat mengungkap data variabel yang diteliti dengan tepat. Untuk menguji validitas penulis menggunakan teknik validitas isi dengan rumus korelasi Product Moment sebagai berikut:
NXY - (X)(Y)
rxy =
{(NX2-(X)2}{NY2-(Y)2}
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara x dan y
X = jumlah skor item
Y = jumlah skor total
X2 = Jumlah kuadrat dari skor item
Y2 = jumlah kuadrat dari skor total
N = jumlah responden (Suharsimi Arikunto, 1996:254).
Untuk menentukan suatu angket dikatakan valid atau tidak valid, adalah dengan cara membandingkan antara nilai koefisien korelasi (r) yang diperoleh dari perhitungan dengan nilai koefisien korelasi (r) Tabel Harga Kritik Product Moment. Apabila nilai perhitungan lebih kecil daripada nilai r tabel Harga Kritik Product Moment, maka angket yang digunakan sebagai instrumen penelitian dikatakan tidak valid. Sebaliknya bila nilai r perhitungan lebih besar dari pada nilai r Harga Kritik Product Moment, maka angket yang digunakan sebagai instrumen penelitian bersifat valid.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas berfungsi untuk menunjukkan bahwa instrumen cukup dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data atau tidak. Instrumen yang reliabel akan
menghasilkan data yang sudah dapat dipercaya (Suharsimi Arikunto, 1996 : 170). Dalam pengujian reliabilitas penulis menggunakan teknik belah dua dengan rumus Spearman Brown sebagai berikut:
2 X r ½ ½
r11 =
(1 + r ½ ½ )
Keterangan :
r11 = reliabilitas yang dicapai
r½½ = indeks korelasi antara dua belahan instrumen
X = skor gasal
Y = skor genap
(Suharsimi Arikunto, 1996 : 191).
Untuk menentukan bahwa suatu angket dikatakan reiabel atau tidak reliabel adalah dengan cara membandingkan antara nilai koefisien korelasi (r11) yang diperoleh dari (r11) perhitungan dengan nilai koefisien korelasi (r) Tabel Harga Kritik Product Moment, apabila nilai perhitungan lebih kecil dari nilai r Harga KritikProduct Moment maka angket yang digunakan sebagai instrumen penelitian tidak reliabel sehingga tidak dapat dipercaya. Sebaliknya bila nilai perhitungan lebih besar dari nilai r Harga Kritik Product Moment, maka angket yang digunakan sebagai instrumen penelitian dikatakan reliabel sehingga dapat dipercaya.
G. Teknik Analisa Data.
Dalam penelitian ini terdapat dua erate e yaitu pendidikan dalam keluarga sebagai erate e bebas dan proses sosialisasi sebagai erate e terikat. Penelitian ini bertujuan Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara pendidikan anak dalam keluarga dengan proses sosialisasi di SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2004/2005. Suharsimi Arikunto, (1993 : 27) menjelaskan penelitian yang bertujuan mencari hubungan antara dua fenomena di sebut penelitian korelasional. Penelitian ini bertujuan untuk hubungan antara pendidikan orang anak dalam keluarga dengan proses sosialisasi, sehingga penelitian ini menggunakan metode korelasi.
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistika teknik korelasi Produk Moment dengan rumus sebagai berikut:
NXY – (X)(Y)
rxy =
{(NX2-(X)2}{NY2-(Y)2}
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara x dan y
X = jumlah skor erate e pendidikan dalam keluarga.
Y = jumlah skor varibel proses sosialisasi anak.
X2 = Jumlah kuadrat dari skor erate e pendidikan dalam
keluarga.
Y2 = jumlah kuadrat dari skor erate e proses sosialisasi anak.
N = jumlah responden (Suharsimi Arikunto, 1993:254).
Untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara dua erate e digunakan keputusan uji jika Harga statistika r Hitung > rTabel erate Ho ditolak ini berarti ada hubungan yang signifikan antara tidak ada hubungan yang signifikan antara Pendidikan dalam keluarga dengan proses sosialisasi siswa remaja, dan sebaliknya jika Harga statistika r Hitung < rTabel erate Ho ditolak ini berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara Pendidikan dalam keluarga dengan proses sosialisasi siswa.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Langkah-langkah Penelitian
1. Persiapan Penelitian
Sebelum melaksanakan penelitian langkah-langkah yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
d. Pemilihan Judul dan Penyusunan Proposal
Pemilihan judul merupakan langkah yang sangat penting dan merupakan masalah yang berat bagi penulis dalam melaksanakan penelitian, namun demikian dengan ketekunan dan kejelian penulis dapat menentukan judul penulisan penelitian ilmiah ini dengan baik. Adapun judul dari penelitian ini adalah Hubungan antara Pendidikan Anak dalam Keluarga dengan Proses Sosialisasi Anak di SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2004/2005. Langkah selanjutnya adalah menyusun penelitian.
b. Menentukan Populasi dan Sampel
Dalam Bab III telah diuraikan bahwa populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VII SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2004/2005 yang terdiri dari sepuluh kelas masing-masing kelas sebanyak 40 siswa sehingga jumlah seluruhnya 400 siswa. Dari seluruh populasi diambil sampel 40% dari seluruh populasi
Langkah selanjutnya setelah menentukan judul penelitian adalah menentukan pokok masalah. Pokok masalah yang telah ditentukan harus teratur, sistematis dan terarah pada pokok permasalahan.
c. Penyusunan Instrumen Penelitian
Langkah – langkah penyusunan instrumen penelitian dalam penyusunan penelitian ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1) Mengadakan pembatasan materi, pembatasan materi bertujuan memberi batasan ruang lingkup penelitian. Materi tersebut nantinya yang penulis jadikan acuan dalam penyusunan angket.
2) Penyusunan skala angket pokok – pokok materi yang digunakan dalam penyusunan angket untuk variabel pendidikan dalam keluarga dengan indikator usaha orang tua untuk meningkat kan pengetahuan anak, usaha orang tua untuk meningkatkan kemampuan anak, usaha orang tua untuk membentuk akhlak anak yang terpuji, usaha orang tua untuk membentuk pribadi anak yang baik. Sedangkan indikator dari variabel proses sosialisasi anak adalah usaha anak untuk mengetahui kebiasaan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, usaha anak untuk menyesuaikan diri dengan pola – pola dan nilai – nilai di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, sikap anak terhadap pola – pola dan nilai – nilai di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Dalam tahap ini peneliti mengumpulkan data dari subyek dengan cara membagikan angket kepada subyek untuk dikerjakan. Penyebaran angket dilakukan dua tahap yaitu tahap pertama untuk uji coba soal angket, yang dilaksanakan pada tanggal 9 Agustus 2004 dan tahap ke dua untuk pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 15 Agustus 2004, adapun teknik pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Semua siswa yang menjadi subyek penelitian dikumpulkan dalam sebuah ruangan.
b. Membagikan soal angket dan lembar jawab kepada siswa agar diisi sesuai dengan keadaan dirinya.
3. Tahap Analisa data
Tahap analisa data yaitu menganalisa data untuk memperoleh hasil angket yang telah dikerjakan oleh subyek penelitian. Dari hasil analisis akan diperoleh suatu kesimpulan.
4. Tahap Pembuatan Laporan
Kegiatan penelitian menuntut agar hasilnya disusun, ditulis dalam bentuk laporan penelitian supaya hasilnya dapat diketahui orang lain dan prosedurnyapun diketahui orang lain pula sehingga dapat mengecek kebenaran pekerjaan penelitian tersebut.
B. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Hasil uji validitas
Sebelum penulis melakukan analisis data, maka terlebih dahulu mengolah dan menganalisa jawaban skala sikap dari responden, menjadi sebuah data yang berupa tabulasi angka.
Cara yang penulis tempuh adalah dengan cara menstransfer data yang berupa pernyataan sangat setuju, setuju dan tidak setuju menjadi angka 3, 2, ,1 untuk pernyataan positif dan 1, 2, 3 untuk pernyataan negatif.
Hasil tabulasi dapat dilihat pada pada lampiran 4 dan 5, dan tabulasi hasil skala sikap dapat dianalisis tingkat validitasnya dengan menggunakan rumus product moment sebagai berikut:
NXY - (X)(Y)
rxy =
{(NX2-(X)2}{NY2-(Y)2}
Keterangan:
RXY : Indeks korelasi antara variabel X dan Y.
X : Skor item
Y : Skor total
N : jumlah responden
a. Angket Pendidikan dalam keluarga
Untuk pengujian validitas dari hasil lampiran 4 kemudian dimasukkan ke rumus product moment sebagai berikut:
Untuk Soal No. 1 diperoleh:
X1 = 91 Y1 = 3948
X12 = 221 Y12 = 391142
X1Y1 = 9199 N = 40
Kemudian harga – harga di atas dimasukkan ke dalam rumus korelasi Product Moment yaitu:
N X1Y1 - (X1)( Y1)
rxy =
{(N X12-( X1)2}{N Y12-( Y1)2}
(40) (9199) – (91) (3948)
=
{(40)( 221)-( 91)2}{(40)( 391142)-( 3948)2}
8692
=
5741.74
= 1.094
Diperoleh rxy = 1.094 bila dikonsultasikan dengan tabel dengan N = 40 harga r t;0,05 = 0.312 maka r11>r t;0,05 maka soal angket untuk nomor 1 dikatakan valid.
Selanjutnya untuk item soal angket yang lain validitas dicari dengan cara yang sama dengan item nomor satu di atas dan hasilnya dalam tabel dibawah ini:
Tabel 6. Rangkuman Hasil analisa Validitas Angket Pendidikan dalam Keluarga
Nomor N X Y XY X2 Y2 rxy r 0.05 KETER
Soal
1 40 91 3938 9199 221 391142 1.094 0.312 VALID
2 40 95 3938 9625 237 391142 1.375 0.312 VALID
3 40 93 3938 9385 225 391142 1.318 0.312 VALID
4 40 94 3938 9590 232 391142 1.716 0.312 VALID
5 40 96 3938 9630 244 391142 0.826 0.312 VALID
6 40 102 3938 10197 270 391142 0.840 0.312 VALID
7 40 100 3938 10026 268 391142 0.727 0.312 VALID
8 40 101 3938 10112 265 391142 0.909 0.312 VALID
Nomor N X Y XY X2 Y2 rxy r 0.05 KETER
Soal
9 40 101 3938 10004 265 391142 0.327 0.312 VALID
10 40 99 3938 9843 259 391142 0.440 0.312 VALID
11 40 105 3938 10543 285 391142 1.145 0.312 VALID
12 40 101 3938 10110 269 391142 0.759 0.312 VALID
13 40 96 3938 9780 244 391142 1.519 0.312 VALID
14 40 92 3938 9311 224 391142 1.227 0.312 VALID
15 40 97 3938 9687 249 391142 0.630 0.312 VALID
16 40 101 3938 10013 267 391142 0.342 0.312 VALID
17 40 97 3938 9698 249 391142 0.681 0.312 VALID
18 40 102 3938 10140 270 391142 0.531 0.312 VALID
19 40 95 3938 9768 241 391142 1.804 0.312 VALID
20 40 95 3938 9699 239 391142 1.613 0.312 VALID
21 40 106 3938 11452 290 391142 5.739 0.312 VALID
22 40 100 3938 10024 264 391142 0.815 0.312 VALID
23 40 96 3938 9763 242 391142 1.560 0.312 VALID
24 40 97 3938 9710 247 391142 0.796 0.312 VALID
25 40 99 3938 9876 259 391142 0.590 0.312 VALID
26 40 103 3938 10543 277 391142 1.999 0.312 VALID
27 40 100 3938 10128 264 391142 1.288 0.312 VALID
28 40 102 3938 10157 270 391142 0.623 0.312 VALID
29 40 98 3938 9893 254 391142 1.119 0.312 VALID
30 40 97 3938 9886 249 391142 1.544 0.312 VALID
31 40 95 3938 9768 241 391142 1.804 0.312 VALID
32 40 101 3938 10020 267 391142 0.377 0.312 VALID
Nomor N X Y XY X2 Y2 rxy r 0.05 KETER
Soal
33 40 101 3938 10045 267 391142 0.500 0.312 VALID
34 40 100 3938 10029 260 391142 0.991 0.312 VALID
35 40 102 3938 10187 270 391142 0.786 0.312 VALID
36 40 100 3938 9892 260 391142 0.253 0.312 TIDAK VALID
37 40 101 3938 10146 265 391142 1.093 0.312 VALID
38 40 93 3938 9586 231 391142 1.906 0.312 VALID
39 40 103 3938 10183 277 391142 0.212 0.312 TIDAK VALID
40 40 101 3938 10128 265 391142 0.995 0.312 VALID
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan untuk angket pendidikan anak dalam keluarga jika N = 40 maka r kritik = 0.312 maka diperoleh validitas pendidikan anak dalam keluarga cacah butir 40 soal yang tidak valid ada 2 butir soal yaitu nomor 36 dan 39.
b. Angket Proses Sosialisasi
Untuk pengujian validitas dari hasil lampiran 5 kemudian dimasukkan ke rumus product moment sebagai berikut:
Untuk Soal No. 1 dari Lampiran 10 diperoleh:
X1 = 87 Y1 = 3885
X12 = 197 Y12 = 378867
X1Y1 = 8576 N = 40
Kemudian harga – harga di atas dimasukkan ke dalam rumus korelasi Product Moment yaitu:
N X1Y1 - (X1)( Y1)
rxy =
{(N X12-( X1)2}{N Y12-( Y1)2}
(40) (8576) – (87) (3885)
=
{(40)( 197) - (87)2}{(40)( 378867)-( 3885)2}
5045
=
4371.79
= 1.154
Diperoleh rxy = 1.154 bila dikonsultasikan dengan tabel dengan N = 40 harga r t;0,05 = 0.312 maka r11>r t;0,05 maka soal angket untuk nomor 1 dikatakan valid. Selanjutnya untuk item soal angket yang lain validitas dicari dengan cara yang sama dengan item nomor satu di atas dan hasilnya dalam tabel dibawah ini:
Tabel 7. Rangkuman Hasil Analisa Validitas Angket Proses Sosialisasi Anak
No N X Y XY X2 Y2 rxy r 0.05 KETERANGAN
Soal
1 40 87 3885 8576 197 378867 1.154 0.312 VALID
2 40 95 3885 9568 235 378867 2.842 0.312 VALID
3 40 96 3885 9526 242 378867 1.513 0.312 VALID
4 40 96 3885 9332 240 378867 0.066 0.312 TIDAK VALID
5 40 97 3885 9689 247 378867 1.992 0.312 VALID
6 40 99 3885 9793 257 378867 1.310 0.312 VALID
7 40 99 3885 9786 261 378867 1.089 0.312 VALID
No N X Y XY X2 Y2 rxy r 0.05 KETER
Soal
8 40 93 3885 9358 229 378867 2.322 0.312 VALID
9 40 97 3885 9614 247 378867 1.434 0.312 VALID
10 40 96 3885 9598 244 378867 1.896 0.312 VALID
11 40 104 3885 10425 280 378867 2.668 0.312 VALID
12 40 101 3885 10023 267 378867 1.573 0.312 VALID
13 40 96 3885 9643 242 378867 2.390 0.312 VALID
14 40 90 3885 8946 214 378867 1.540 0.312 VALID
15 40 96 3885 9543 244 378867 1.515 0.312 VALID
16 40 99 3885 9816 257 378867 1.479 0.312 VALID
17 40 94 3885 9456 236 378867 2.142 0.312 VALID
18 40 100 3885 10019 260 378867 2.473 0.312 VALID
19 40 91 3885 8820 223 378867 -0.117 0.312 TIDAK VALID
20 40 91 3885 8872 221 378867 0.229 0.312 TIDAK VALID
21 40 103 3885 10095 277 378867 0.677 0.312 VALID
22 40 99 3885 9796 259 378867 1.233 0.312 VALID
23 40 95 3885 9561 237 378867 2.527 0.312 VALID
24 40 97 3885 9543 247 378867 0.906 0.312 VALID
25 40 99 3885 9726 259 378867 0.755 0.312 VALID
26 40 102 3885 10043 270 378867 1.105 0.312 VALID
27 40 98 3885 9786 256 378867 1.713 0.312 VALID
28 40 101 3885 10025 265 378867 1.740 0.312 VALID
29 40 96 3885 9586 242 378867 1.963 0.312 VALID
30 40 98 3885 9691 252 378867 1.278 0.312 VALID
31 40 94 3885 9216 236 378867 0.566 0.312 VALID
No N X Y XY X2 Y2 rxy r 0.05 KETER
Soal
32 40 97 3885 9663 249 378867 1.663 0.312 VALID
33 40 99 3885 9763 257 378867 1.088 0.312 VALID
34 40 99 3885 9789 255 378867 1.403 0.312 VALID
35 40 101 3885 10040 265 378867 1.861 0.312 VALID
36 40 99 3885 9769 255 378867 1.241 0.312 VALID
37 40 98 3885 9690 250 378867 1.393 0.312 VALID
38 40 95 3885 9538 239 378867 2.170 0.312 VALID
39 40 101 3885 9839 269 378867 0.200 0.312 TIDAK VALID
40 40 97 3885 9523 245 378867 0.831 0.312 VALID
Berdasarkan tabel di atas dapat dismpulkan untuk angket proses sosialisasi anak jika N = 40 maka r kritik = 0.312 maka diperoleh validitas angket proses sosialisasi anak cacah butir 40 soal yang tidak valid ada 4 butir soal yaitu nomor 4, 19, 20 dan 39.
2. Hasil Uji Reliabilitas Angket Identitas Diri Remaja
Dalam perhitungan tingkat reliabilitas dari angket pendidikan dalam keluarga dan proses sosialisasi anak, penulis menggunakan teknik belah dua. Teknik ini caranya dengan mengelompokkan skor item dari nomor gasal atau ganjil sebagai belahan pertama dan mengelompokkan skor item nomor genap sebagai belahan kedua. Jumlah skor item belah ganjil dikorelasikan dengan jumlah skor item belah genap akan diperoleh nilai r XY yang dapat dilihat pada lampiran 15 dan lampiran 18.
Berdasarkan tabel, kemudian dihitung tingkat reliabilitas angket pendidikan anak dalam keluarga dan proses sosialisasi anak dengan menggunakan rumus Spearman Brown sebagai berikut:
2 X r ½ ½
r11 =
(1 + r ½ ½ )
Keterangan :
r11 = Nilai koefisien korelasi skor ganjil dan skor genap.
r½½ = Indeks korelasi antara dua belahan instrumen, diperoleh dengan menggunakan rumus korelasi product moment yang rumusnya sebagai berikut:
NXY - (X)(Y)
rxy =
{(NX2-(X)2}{NY2-(Y)2}
Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran 17 diperoleh r11= 0.551 bila dikonsultasikan dengan tabel dengan N= 40 harga r t;0,05 = 0.312 untuk taraf signifikansi = 0.05, maka diperoleh r 11 > r t, 0.05 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa angket pendidikan anak dalam keluarga reliabel dan dari hasil perhitungan pada lampiran 18 angket 20 adalah r 11 = 0.654, kemudian dikonsultasikan dengan r tabel pada n = 40 harga r tabel = 0.312 untuk tarap signifikansi = 0.05 Maka diperoleh r 11 > r t, 0.05 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa angket proses sosialisasi anak reliabel
C. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data
Seperti yang telah diutarakan pada bab terdahulu bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara pendidikan anak dalam keluarga dengan proses sosialisasi di SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2004/2005.
Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan instrumen penelitian berupa angket untuk mengetahui pendidikan anak dalam keluarga dan proses sosialisasi anak. Angket diberikan kepada 40 siswa kelas VII SMP Negeri 7 Kebumen yang menjadi sampel penelitian. Data hasil penelitian penulis sajikan pada lampiran 21.
a. Pendidikan anak dalam Keluarga
Untuk mengungkap variabel pendidikan dalam keluarga digunakan angket tertutup dengan 38 item. Adapun gambaran data hasil penelitian tersebut adalah:
Tabel 8. Deskripsi Data Pendidikan dan dalam Keluarga
Variabel Rata - Rata Median SD Maks Min Jangkauan
Pendidikan anak dalam Keluarga 94.08 95.5 5.97 104 79 5.97
Data selengkapnya penulis sajikan pada lampiran 21.
Tabel distribusi frekuensi data di atas adalah:
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Variabel Pendidikan Anak dalam Keluarga
Nomor Nilai Frekuensi (f)
1. 75 – 80 2
2. 81 – 86 6
3. 87 – 92 5
4. 93 – 98 20
5. 99 - 104 7
b. Proses Sosialisasi Anak
Untuk mengungkap variabel proses sosialisasi anak digunakan angket tertutup dengan 38 item. Adapun gambaran data hasil penelitian tersebut adalah:
Tabel 10. Deskripsi Data Proses Sosialisasi Anak
Variabel Rata - Rata Median SD Maks Min Jangkauan
Identitas diri remaja 90.36 90 6.16 99 75 24
Data selengkapnya penulis sajikan pada lampiran 21.
Tabel distribusi frekuensi data di atas adalah:
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Variabel Proses Sosialisasi Anak
Nomor Nilai Frekuensi (f)
1. 75 – 80 4
2. 81 – 86 6
3. 87 – 92 13
4. 93 – 98 16
5. 99 - 104 1
2. Pengujian Hipotesis
Hipotesis merupakaan jawaban sementara atas permasalahan yang sudah diajukan, sehingga jawaban sementara tersebut harus diuji kebenarannya. Adapun hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan anak dalam keluarga dengan proses sosialisasi di SLTP PGRI Buluspesantren Kebumen tahun pelajaran 2001/2002.
Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan uji statistika uji statistika tehnik korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut:
NXY - (X)(Y)
rxy =
{(NX2-(X)2}{NY2-(Y)2}
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara x dan y
X = jumlah skor variabel pendidikan dalam keluarga.
Y = jumlah skor varibel proses sosialisasi anak.
X2 = Jumlah kuadrat dari skor variabel pendidikan dalam
keluarga.
Y2 = jumlah kuadrat dari skor variabel proses sosialisasi anak.
N = jumlah responden (Suharsimi Arikunto, 1993:254).
Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran 22 diperoleh rxy = 0.913 dan harga rxy tabel = 0.312 dengan taraf signifikansi = 0.05. Dengan demikian rHitung > rTabel yang berarti Ho ditolak sehingga hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan anak dalam keluarga dengan proses sosialisasi di kelas VII SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2004/2005 diterima.
D. Pembahasan
Hasil uji hipotesis menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan anak dalam keluarga dengan proses sosialisasi di kelas VII SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2004/2005.
Dikarenakan hasil koefisien korelasi antara variabel pendidikan anak dalam keluarga dengan proses sosialisasi anak mempunyai taraf signifikansi yang cukup tinggi, maka dapat diambil pengertian bahwa kenaikan variabel X dapat diikuti kenaikan pula skor variabel Y. Sebaliknya apabila terjadi penurunan skor variabel X akan penurunan skor variabel Y. Naik turunnya skor diatas dapat berarti siswa yang mendapatkan pendidikan dalam keluarga yang cukup, akan mempunyai kemampuan yang baik dalam hubungan sosial dengan ditandai siswa mudah menempatkan dirinya di dalam pergaulan pada lingkungan keluarga, sekolah ataupun masyarakat. Sebaliknya apabila siswa yang kurang mendapatkan pendidikan dalam keluarga, maka kurang mempunyai kemampuan dalam hubungan sosial sehingga siswa sulit menempatkan diri di dalam pergaulan keluarga, sekolah ataupun masyarakat.
Hal ini berarti pendidikan anak dalam keluarga menyebabkan semakin mantabnya proses sosialisasi anak pada lingkungan dimana berada. Sehingga untuk proses sosialisasi anak kelas VII SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2004/2005 karena keberhasilan proses sosialisasi anak dapat menunjang prestasi belajar.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran 22 diperoleh rxy = 0.913 dan harga rxy tabel = 0.312 dengan taraf signifikansi = 0.05. Dengan demikian rHitung > rTabel yang berarti Ho ditolak sehingga hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan anak dalam keluarga dengan proses sosialisasi di SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2004/2005 diterima.
Berdasarkan uraian di atas diperoleh kesimpulan terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan anak dalam keluarga dengan proses sosialisasi di SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2004/2005.
Dikarenakan hasil koefisien korelasi antara variabel pendidikan anak dalam keluarga dengan proses sosialisasi anak mempunyai taraf signifikansi yang cukup tinggi, maka dapat diambil pengertian bahwa kenaikan variabel X dapat diikuti kenaikan pula skor variabel Y. Sebaliknya apabila terjadi penurunan skor variabel X akan penurunan skor variabel Y. Naik turunnya skor diatas dapat berarti siswa yang mendapatkan pendidikan dalam keluarga yang cukup, akan mempunyai kemampuan yang baik dalam hubungan sosial dengan ditandai siswa mudah menempatkan dirinya di dalam pergaulan pada lingkungan keluarga, sekolah ataupun masyarakat. Sebaliknya apabila siswa yang kurang mendapatkan pendidikan dalam keluarga, maka kurang mempunyai kemampuan dalam hubungan sosial sehingga siswa sulit menempatkan diri di dalam pergaulan keluarga, sekolah ataupun masyarakat.
B. Saran - Saran
Dengan memandang hasil penelitian serta kesimpulan di atas, maka ada beberapa pandangan yang sekiranya dapat dijadikan saran , sebagai berikut:
1. Orang Tua Siswa
Orang tua siswa diharapkan memahami akan tanggung jawabnya kepada anak , terutama dalam memberikan bimbingan, perhatian dan pendidikan kepada anaknya sehingga dapat memberikan pendidikan dengan benar dan dapat membantu anaknya dalam proses sosialisasi terhadap lingkungan yang lebih luas, sehingga anaknya dapat mudah menempatkan dirinya di dalam pergaulan.
2. Konselor Sekolah
Konselor hendaknya meningkatkan kinerjanya, terutama untuk membantu siswa dalam usaha melakukan proses sosialisasi sehingga siswa dapat dengan mudah menempatkan diri dalam pergaulan baik pada lingkungan keluarga, lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat sekitar.
3. Siswa
Siswa hendaknya memperhatikan pendidikan orang tua dan memanfaatkan secara optimal keberadaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah sehingga siswa mempunyai kemampuan yang baik dalam hubungan sosial yang ditandai dengan mudah menempatkan diri di dalam pergaulan.
DAFTAR PUSTAKA
Aryatmi Siswohardjono. 1994. Perspektif Bimbingan Konseling dan Penerapannya di Berbagai Institusi. Semarang : Satya Wacana.
IKIP PGRI. 2001. Pedoman Skripsi IKIP Semarang. Semarang; IKIP PGRI Semarang.
Khairuddin. 1997. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta : Liberty.
Khamrani Buseri. 1990. Pendidikan Keluarga dalam Islam. Yogyakarta : Bina Usaha.
Lukman Ali. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Masri Singarimbun, Sofian Effendi. Metode Penelitian Survai. 1989. Jakarta: LP3ES.
Muklas Damanhuri. 2000. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Orang Tua dan Perhatian Orang tua terhadap Anak dengan Kemampuan Penyesuaian Diri Bagi Siswa Kelas II SLTP PGRI Petanahan Kabupaten Kebumen. Skripsi. Yogyakarta : IKIP PGRI.
Poerwodarminto. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Suharsimi Arikunto. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Proses. Jakarta: Rineka Cipta.
Sutrisno Hadi. 1986. Statistika Jilid II. Yogyakarta : Tasbit Fak. Psikologi UGM.
Vembriarto, S T. 1986. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Yayasan Pendidikan.
Search
Minggu, 07 Maret 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar