“PERBEDAAN ANTARA SISWA PUTRA DAN SISWA PUTRI DALAM PARTISIPASI TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
DI SMP NEGERI 7 KEBUMEN KABUPATEN KEBUMEN
TAHUN PELAJARAN 2003/2004”.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan Bimbingan dan Konseling adalah salah satu bentuk layanan pendidikan yang bertujuan membantu individu memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya (seperti kemampuan dasar dan bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang ada (seperti latar belakang keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi), serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya. Dalam kaitan ini Bimbingan dan Konseling membantu individu untuk menjadi insan yang berguna dalam kehidupannya yang memiliki berbagai wawasan, pandangan, interpretasi, pilihan, penyesuaian dan ketrampilan yang tepat berkenaan dengan diri sendiri dan lingkungannya. Insan seperti itu adalah insan yang mandiri yang memiliki kemampuan untuk memahami diri sendiri dan lingkungannya secara tepat dan obyektif, menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis, mampu mengambil keputusan secara tepat dan bijaksana, mengarahkan diri sendiri sesuai dengan keputusan yang diambilnya itu, serta akhirnya mampu mewujudkan diri sendiri secara optimal.
Walaupun secara resmi layanan Bimbingan dan Konseling telah diakui dalam dunia pendidikan di Indonesia, namun praktek pelaksanaan di sekolah-sekolah masih belum dapat memenuhi harapan. Dalam arti pelaksanaan bimbingan belum sesuai dengan teori-teori yang ada atau belum bisa terlaksana secara optimal. Seperti pendapat Koestoer (dalam Dewa Ketut Sukardi, 1983 : 4), bahwa pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah masih dalam taraf trial and error.
Dari pendapat itu dapat dikatakan bahwa pelaksanaan bimbingan khususnya di tingkat SMP masih jauh dari kesempurnaan, sehingga proses layanannya juga belum dapat terlaksana secara menyeluruh dari semua program yang ada. Berdasarkan masalah di atas, dimungkinkan masih banyak personil sekolah yang belum menyadari dan memahami secara benar akan pentingnya layanan Bimbingan dan Konseling terutama para siswa SMP. Bimbingan dan Konseling di sekolah memberikan pelayanan kepada semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku agama dan status sosial ekonomi, (Rodjikin, 2000 : 3). Dalam hal ini memberikan pelayanan yang sama kepada semua siswa baik siswa putra maupun siswa putri. Namun kenyataan di sekolah dari persepsi siswa lain. Hal ini tergantung bagaimana siswa dalam menanggapi terutama layanan Bimbingan dan Konseling yang diberikan oleh guru pembimbing. Sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda antara siswa putra dan siswa putri terhadap layanan Bimbingan dan Konseling. Dari persepsi tersebut mengakibatkan partisipasi siswa terhadap layanan Bimbingan dan Konseling berbeda.
Penilaian siswa yang seperti itu akan menghambat kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Sebab pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah akan berjalan lancar dan efektif apabila didukung partisipasi aktif semua personil sekolah termasuk para siswanya. Siswa dalam hal ini merupakan faktor pokok, di mana siswa secara langsung maupun tidak langsung sebagai subyek dan obyek dari kegiatan Bimbingan dan Konseling. Hal ini berarti tanggapan dan penilaian positif, serta keikutsertaan para siswa merupakan pangkal keberhasilan dan keefektifan pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Seperti pendapat Siti Rahayu (dalam Tidjan, 1983 : 12), bahwa berhasil tidaknya proses Bimbingan dan Konseling sebagian besar tergantung kepada siswa yang dibimbing. Oleh karena itu siswa perlu adanya kesadaran tentang pentingnya bantuan untuk pembinaan dan perkembangan mental dan fisik.
Dari segi perkembangan siswa didik terutama pada tingkat SMP termasuk dalam kategori pra remaja atau remaja awal. Secara psikologis siswa mulai memasuki periode pubertas, dimana pada masa itu perkembangan emosi setiap siswa mulai melonjak dan selalu menentang terhadap hal-hal yang belum pernah dibuktikan. Pada masa inilah yang akan menunjukkan secara jelas perbedaan kepribadian dari setiap siswa, karena setiap siswa itu akan berbeda dalam mengendalikan perkembangan jiwa atau perkembangan perasaannya.
Menurut Siti Partini (1984 : 43) dijelaskan bahwa antara remaja putra dan remaja putri memiliki perbedaan, di mana remaja putra selalu aktif memberikan perlindungan lawan jenisnya, aktif menerima pribadi pujaannya, minat tertuju kepada hal yang bersifat intelektual, abstrak dan formil, selalu berusaha memutuskan sendiri dan ikut serta berbicara. Sedangkan remaja putri pasif dan cenderung menerima perlindungan, mengagumi pribadi pujaannya, minat tertuju kepada hal yang bersifat emosional, kongkrit dan pribadi, selalu berusaha mengikuti dan menyenangkan orang lain. Perbedaan tersebut akan menyebabkan perbedaan di dalam menanggapi, menilai, dan menerima setiap rangsang yang mengenai dirinya. Adanya perbedaan itu kemungkinan besar akan berakibat timbul perbedaan kesanggupan untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang berkaitan dengan rangsang yang diterimanya.
Karena layanan bimbingan merupakan salah satu rangsang yang diterima siswa selain pelajaran di sekolah, maka dalam hal ini penulis akan mencoba meneliti : apakah ada perbedaan antara siswa putra dan siswa putri dalam partisipasi terhadap layanan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2003 / 2004.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah yang penulis sajikan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah ada perbedaan yang signifikan antara siswa putra dan siswa putri dalam partisipasi terhadap layanan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2003 / 2004?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara siswa putra dan siswa putri dalam partisipasi terhadap layanan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2003 / 2004.
D. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian yang penulis ajukan maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat menambah wawasan dan memberikan masukan khususnya di bidang Bimbingan dan Konseling dalam memberikan pelayanan pada siswa.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :
a. Peneliti
Bagi peneliti akan bermanfaat untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan khususnya mengenai perbedaan antara siswa putra dan siswa putri dalam partisipasi terhadap layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
b. Guru Pembimbing
Bagi guru pembimbing dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau informasi tentang perbedaan antara siswa putra dan siswa putri dalam partisipasi terhadap layanan Bimbingan dan Konseling khususnya di SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2003 / 2004.
c. Siswa
Bagi siswa akan memberikan masukan tentang pentingnya layanan Bimbingan dan Konseling dalam membantu para siswa di sekolah. Sehingga siswa dapat berpartisipasi secara aktif memanfaatkan kegiatan layanan Bimbingan dan Konseling dalam rangka membantu individu mengembangkan dirinya sesuai dengan identitas dirinya.
d. Para Pendidik
Bagi para pendidik dengan melihat kondisi dan kenyataan yang ada kiranya perlu dilakukan penelitian-penelitian yang serupa untuk mengetahui perbedaan antara siswa putra dan siswa putri dalam partisipasi terhadap kegiatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah-sekolah lain.
E. Penegasan Istilah
Agar tidak menimbulkan kesalah pahaman atau penafsiran yang berbeda maka penulis akan mendefinisikan istilah sesuai dengan judul pada penelitian ini sebagai berikut :
1. Perbedaan Siswa Putra dan Siswa Putri
Dalam hal ini adalah perbedaan antara siswa putra dan siswa putri yaitu siswa yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dalam partisipasi terhadap layanan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2003 / 2004.
2. Partisipasi
Partisipasi adalah suatu aktivitas yang menunjukkan keikutsertaan dalam suatu kegiatan atau ikut andilnya seseorang dalam sebagian atau keseluruhan kegiatan. Dalam penelitian ini partisipasi berarti keikutsertaaan siswa dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan layanan Bimbingan dan Konseling.
3. Layanan Bimbingan dan Konseling
Layanan Bimbingan dan Konseling adalah layanan yang diberikan kepada individu agar memperoleh pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan dalam membuat pilihan-pilihan, rencana-rencana dan interpretasi-interpretasi yang diperlukan untuk menyesuaikan diri yang baik. Dalam hal ini yang penulis maksudkan adalah layanan Bimbingan dan Konseling dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karier serta layanan-layanan yang diberikan dalam upaya membantu para siswa di SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2003 / 2004.
F. Sistematika Penulisan Penelitian
Sesuai dengan judul dan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka sistematika penelitian ilmiah ini adalah sebagai berikut:
Bab I adalah pendahuluan, pada bab ini dikemukakan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah dan sistematika penulisan skripsi.
Bab II adalah kajian pustaka dan hipotesis, yaitu menerangkan atau menganalisa dan mermbahas permasalahan secara teoritis tentang perbedaan antara siswa putra dan siswa putri, partisipasi terhadap layanan Bimbingan dan Konseling dan perbedaan siswa putra dan siswa putri dalam partisipasi terhadap layanan Bimbingan dan Konseling.
Bab III adalah metode penelitian, pada bab ini membahas tentang rancangan penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel, instrumen penelitian, uji validitas dan reliabelitas, pengumpulan data dan analisis data.
Bab IV adalah hasil penelitian, pada bab ini dikemukakan tentang deskripsi data, pengujian hipotesis dan pembahasan.
Bab V adalah penutup, pada bab ini dikemukakan tentang kesimpulan dan saran. Pada bagian akhir dari penelitian ilmiah ini berisi tentang daftar pustaka, dan lampiran-lampiran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan tentang Perbedaan Remaja Putra dan Remaja Putri
Dari segi jasmaniah antara siswa putra dan siswa putri berbeda. Hal ini bisa dilihat dari bentuk tubuh dan kemampuan atau tenaganya. Pada umumnya siswa putra memiliki badan yang lebih kekar, tenaga yang lebih kuat dan otot-otot yang lebih menonjol dibanding dengan siswa putri. Siswa putri memiliki kemampuan untuk mengandung dan melahirkan anak, memiliki tulang pinggul yang lebih besar dan kadar kandungan lemak yang lebih tinggi dari pada siswa putra. Namun demikian apakah secara rokhaniah ada perbedaan antara siswa putra dengan siswa putri ? Berdasarkan pertanyaan tersebut, maka dalam hal ini akan diuraikan perbedaan secara psikologis antara siswa putra dengan siswa putri.
Telah disajikan di depan, bahwa siswa SMP pada umumnya sudah memasuki masa remaja awal, dimana pada masa itu mulai timbul perkembangan jiwa. Siswa mulai dihadapkan pada tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan. Kaitannya dengan hal itu, Siti Partini (1984 : 22), mengemukakan tentang perbedaan remaja putra dan remaja putri yaitu :
1. Pengertian Remaja
Remaja sebenarnya tergolong halangan yang transisional. Artinya keremajaan merupakan gejala sosial yang bersifat sementara, karena berada antara usia anak-anak dengan usia dewasa. Sifat sementara tersebut mengakibatkan remaja masih mencari identitas dirinya, karena oleh anak-anak mereka dianggap sudah dewasa dan oleh orang tua dianggap masih kecil.
Menurut WHO (dalam Sarlito Wirawan Sarwono, 1988: 9) definisi remaja adalah suatu masa dimana:
1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda – tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
2) Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak – kanak menjadi dewasa.
3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial – ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri .
Sedangkan definisi remaja untuk masyarakat Indonesia adalah batasan usia 11 – 22 tahun dan belum menikah (Sarlito Wirawan Sarwono, 1988: 14)
Singgih D. Gunarso (2000 : 6 ) mengemukakan bahwa remaja adalah masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa.
Sedangkan Sarwono, dalam Sugeng Hariadi (1999 : 78) menyebutkan bahwa remaja adalah periode penting dalam pembentukan nilai.
Dari beberapa batasan remaja di atas maka dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa meliputi semua perkembangan diantaranya perkembangan emosional, seksual, mental, sosial dan fisik. Remaja dalam masa peralihan ini, sama halnya seperti pada masa anak, mengalami perubahan-perubahan jasmani, kepribadian, intelek, dan peranan di dalam maupun di luar lingkungan. Sedangkan batasan umur untuk remaja adalah antara 12 sampai 22 tahun.
2. Perkembangan Remaja
Secara garis besar taraf perkembangan remaja terbagi atas empat periode yaitu periode praremaja, periode remaja awal, periode remaja tengah, dan periode remaja akhir ( Sugeng Hariyadi, dkk, 1999 : 27). Adapun karakteristik untuk setiap periode adalah sebagai berikut :
a. Periode Praremaja
Dalam periode ini, terjadi gejala-gejala yang hampir sama baik untuk pria maupun wanita. Perubahan fisik belum nyata, tetapi anak-anak memperlihatkan penambahan berat badan yang cepat pada anak gadis biasanya dalam bentuk kegemukan. Remaja wanita mengalami perkembangan fisik lebih cepat dari remaja pria. Dibandingkan remaja pria, remaja wanita akan mulai perkembangan fisik + 2 tahun lebih awal. Gerakan-gerakan remaja mulai menjadi kaku. Perubahan ini disertai sifat kepekaan terhadap rangsang-rangsang dari luar dan responnya biasanya berlebihan, sehingga remaja mudah tersinggung dan cengeng, tetapi juga cepat merasa senang.
b. Periode Remaja Awal
Setelah perubahan alat-alat kelamin fisik menjadi nyata, maka terlihat bahwa anak-anak mempunyai kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan itu. Remaja banyak menyendiri dan mereka terasing. Kontrol terhadap diri sendiri bertambah sulit dan cepat marah dengan cara-cara yang kurang wajar, untuk menyakinkan dunia sekitarnya. Menurut Rumke (dalam Sugeng Hariyadi, 1999 : 28) mereka berada dalam posisi “ambang pintu” dan masih ragu-ragu apakah remaja mau masuk pintu menuju kedewasaan, atau masih tetap sebagai kanak-kanak saja. Artinya remaja harus memilih antara berdiri sendiri atau menggantungkan diri pada orang tuanya. Permasalahan inilah yang menjadi masalah utama pada periode ini.
c. Periode Remaja tengah
Masalah masih berkisar pada rasa tanggung jawab yang harus dipikul sendiri. Dalam hal ini nilai-nilai sosial juga terbawa-bawa sebagai masalah, karena remaja mulai meragukan tentang apa yang disebut baik atau buruk dan ingin membentuk nilai mereka sendiri. Remaja sering protes tentang hal ini, lebih-lebih jika orang tua ingin memaksa supaya menuruti nilai-nilai dari orang tua. Protes-protes ini sering dibawakan dengan penuh semangat (secara emosional) sehingga sering menentang orang tua.
d. Periode Remaja Akhir
Periode ini berlangsung dari 18 sampai 21 tahun, remaja mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa. Para orang tua dan juga masyarakat mulai memberikan kepercayaaan yang selayaknya. Hubungan dengan orang tua menjadi lebih mudah. Remaja sudah bebas penuh dan emosinya juga sudah mulai stabil. Remaja telah memilih suatu cara hidup yang dapat dipertanggung jawabkan.
Dari berbagai uraian pendapat di atas, maka remaja yang menjadi sampel dalam penelitian ini dapat digolongkan kedalam kelompok praremaja, dan mulai masuk remaja awal, walaupun secara umum gejala-gejala yang nampak masih sama, tetapi dalam hal berfikir dan menginterprestasikan terhadap suatu obyek berbeda. Setelah memasuki remaja awal perbedaan-perbedaan pada diri remaja putra maupun putri mulai terlihat dengan jelas. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan kematangan seksuil dan pertumbuhan badan. Dari berbagai perbedaan ini maka penulis menyimpulkan bahwa antara remaja putra berbeda dengan remaja putri.
3. Remaja Putra
Pada umumnya remaja putra selalu aktif memberikan perlindungan kepada lawan jenisnya, aktif menerima pribadi pujaannya, minat tertuju kepada hal-hal yang bersifat intelektual, abstrak dan formil, selalu berusaha memutuskan sendiri dan ikut serta berbicara dalam hal-hal yang dianggap benar oleh dirinya. Dari segi perkembangan remaja pria mengalami percepatan pertumbuhan berbeda-beda dan berkisar antara 10;5 tahun dan 16 tahun. Kematangan seksuil dimulai pada umur 11 sampai 15 tahun (Singgih D. Gunarso, 2000 : 40 ).
4. Remaja Putri
Pada umumnya pasif dan cenderung menerima perlindungan, mengagumi pribadi pujaannya, minat lebih tertuju pada hal-hal yang bersifat emosional, kongkrit, dan bersifat pribadi, selalu berusaha mengikuti dan menyenangkan orang lain. Dari segi perkembangan remaja putri mengalami pertumbuhan sudah dimulai sejak umur 7;5 tahun dan 11;5 tahun, puncak pertumbuhan tercapai pada umur 12 tahun. Kematangan seksuil dimulai pada umur 9 sampai 11 tahun (Singgih D. Gunarso, 2000 : 40 ).
5. Perbedaan Remaja Putra dan Remaja Putri
Budiman (dalam Rulita Hendriyani, 1996) berpendapat bahwa laki-laki lebih rasional, lebih aktif dan lebih agresif. Sedangkan perempuan lebih emosional. Dari segi perkembangan remaja putri lebih dulu berkembang, tetapi setelah menginjak remaja laju perkembangan fisiknya tidak secepat laki-laki. Dalam kematangan seksual pada laki-laki umumnya terjadi pada umur 15 tahun, dan pada perempuan kurang lebih umur 11 sampai 13 tahun (Singgih D. Gunarso, 200 : 40 )
Secara sosial menurut Beloti (dalam Rulita Hendriyani , 1996) di dalam setiap masyarakat ada pendapat-pendapat mengenai norma-norma tingkahlaku yang sesuai dengan jenis kelamin. Misalnya anak laki-laki boleh berbuat kasar, aktif dan lebih ribut dari anak perempuan, sedangkan anak perempuan diharapkan lebih berperasaan halus dan lemah lembut.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sikap dan perilaku antara remaja putra dan remaja putri berbeda. Remaja putra di dalam aktivitasnya cenderung kepada hal yang bersifat keluar dan abstrak, sedangkan remaja putri lebih cenderung kepada hal yang sifatnya pribadi dan kongkrit. Disini menunjukkan bahwa rasa sosial remaja putra lebih tingggi dari pada remaja putri. Di dalam menghadapi segala permasalahan yang dialaminya, remaja putra lebih mengutamakan kemampuan berfikir dan untuk remaja putri lebih mengutamakan perasaan.
Dengan dasar itu jelaslah bahwa terdapat perbedaan pribadi antara siswa putra dengan siswa putri. Perbedaan pribadi juga akan menimbulkan perbedaan dalam segala aktivitas. Terutama tindakan-tindakan terhadap sesuatu obyek yang diterimanya. Sehingga dimungkinkan sikap serta tingkahlaku yang dimunculkan oleh siswa putra berbeda dengan siswa putri.
B. Tinjauan tentang Partisipasi terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian Partisipasi terhadap Layanan bimbingan dan Konseling
Dalam kehidupan sehari-hari individu tidak lepas dari suatu aktivitas atau kegiatan. Aktivitas yang dilakukan bisa disebabkan oleh dorongan dari dalam diri individu itu sendiri atau karena pengaruh rangsang yang diterima dari luar. Rasa tertarik, simpati, dan cinta terhadap sesuatu tindakan akan mendorong seseorang untuk ikut serta dalam tindakan tersebut. Ikut serta dalam suatu tindakan atau kegiatan berarti ada partisipasi dalam tindakan itu.
Istilah partisipasi sering didengar dan dibaca, namun belum semua orang tahu benar makna dan arti kata tersebut. Di bawah ini akan dikemukakan beberapa pendapat mengenai partisipasi, sebagai berikut : Mas’ud Khasan (1976 : 186) berpendapat bahwa, partisipasi adalah ikut serta atau pengikutsertaan. Lukman Ali (1995 : 732) berpendapat bahwa partisipasi adalah turut berperan serta dalam suatu kegiatan, keikutsertaan, peran serta. Sedangkan William T MC Leod (1986 : 1120) mengatakan ; “Participate is become actively involwed, or share” .
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi adalah suatu aktivitas yang menunjukkan keikutsertaan dalam suatu kegiatan atau ikut andilnya seseorang dalam sebagian atau keseluruhan kegiatan.
Sedangkan partisipasi terhadap layanan Bimbingan dan Konseling yang dimaksud adalah keikut sertaan siswa dalam berbagai kegiatan layanan Bimbingan dan Konseling. Dalam hal ini adalah peran aktif siswa dalam mengikuti kegiatan layanan bimbingan dan konseling dalam rangka membantu siswa untuk mencapai tujuan belajar.
2. Pengertian Bimbingan dan Konseling
a. Pengertian Bimbingan
Poerwodarminto (1995:133) mendefinisikan “Bimbingan adalah petunjuk atau penjelasan cara mengerjakan sesuatu. Dari definisi tersebut dapat diperoleh pengertian bimbingan adalah petunjuk atau penjelasan yang diberikan seseorang tentang cara mengerjakan sesuatu.
Peraturan Pemerintah nomor : 27/1990 tentang Pendidikan Dasar pasal 25 ayat 1 menyebutkan bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan (Rodjikin, 2000:1)
Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi agar siswa mengenal kekuatan dan kelemahan diri sendiri, serta menerimanya secara positif dan dinamis sebagai modal mengembangkan diri lebih lanjut, bimbingan dalam menemukan lingkungan dimaksudkan agar siswa mengenal secara obyektif terhadap lingkungan baik lingkungan sosial dan lingkungan fisik serta menerima berbagai kondisi lingkungan itu secara positif dan dinamis pula, sedangkan bimbingan dalam merencanakan masa depan agar siswa mampu mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang masa depan dirinya sendiri, baik yang menyangkut bidang pendidikan, bidang karier, bidang budaya maupun keluarga atau masyarakat.
Miller F. W. (dalam Robiah, 2000 : 12) mengatakan bahwa bimbingan adalah proses untuk membantu individu memperoleh pengertian tentang diri sendiri dan pengarahan diri sendiri yang perlu untuk menyesuaikan diri yang maksimal di sekolah, rumah dan masyarakat. Pengertian ini senada dengan pendapat Djumhur dan Muh Surya (1975 : 26) yaitu “ Bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri dibutuhan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksinal kepada sekolah, keluarga dan masyarakat “.
Dari beberapa definisi di atas dapat diperoleh pengertian bahwa bimbingan adalah bantuan yang berupa petunjuk atau penjelasan yang diberikan kepada siswa dalam rangka menemukan pribadi sehingga siswa mampu mengenal kekuatan dan kelemahan diri sendiri, mengenal lingkungan sehingga siswa mengenal secara obyektif terhadap lingkungan dan merencanakan masa depan sehingga siswa mampu mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang masa depan dirinya sendiri.
b. Pengertian Konseling
Istilah konseling berasal dari bahasa asing “Counseling” yang artinya penyuluhan. Konseling merupakan proses pemberian bantuan yang ditujukan kepada individu dalam memecahkan masalahnya yang dilaksanakan secara face to face dengan menggunakan teknik wawancara. Ada orang berpendapat bahwa konseling merupakan salah satu teknik bimbingan, ada juga yang mengistilahkan konseling atau penyuluhan berasal dari kata suluh yang berarti obor atau penerangan.
Untuk lebih jelasnya akan penulis kemukakan tentang definisi konseling dan pendapat para ahli seperti yang dikemukakan Djumhur (1975 : 29), konseling adalah merupakan salah satu teknik pelayanan dalam bimbingan secara keseluruhan yaitu dengan memberikan bantuan secara individu (face to face). Dari pendapat tersebut disimpulkan bahwa konseling merupakan bantuan yang diberikan kepada klien dalam menghadapi problem hidupnya sehingga klien bisa memecahkan masalah yang dihadapi.
Prayitno, Erman Amti, (1994:106), Konseling merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah (disebut klien) yang bermuara kepada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.
Thantawi R (1993 : 46) mengemukakan bahwa konseling adalah interaksi yang terjadi antara dua orang individu, yang seorang karena keahliannya (konselor) dapat membantu klien (yang mempunyai masalah), melalui pertemuan atau hubungan timbal balik itu, konselor berupaya menolong klien untuk memahami dirinya dan problemnya agar klien itu dapat mengatasi problem yang sedang dihadapi
Pepinsky dan Pepinsky dalam bukunya Prayitno dan Erman Amti (1994) mengemukakan bahwa konseling adalah interaksi yang terjadi antar dua orang individu, masing – masing disebut konselor dan klien, terjadi dalam suasana yang profesional, dilakukan dan dijaga sebagai alat memudahkan perubahan-perubahan dalam tingkah laku klien.
Dari beberapa definisi yang sudah penulis kemukakan di atas maka dapat diperoleh pengertian bahwa konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan secara empat mata antara konselor dan klien dimana konselor membantu memecahkan masalah-masalah yang dialami oleh klien, agar klien mampu memahami dirinya sendiri, dapat menyesuaikan diri, serta mampu berkembang secara optimal untuk kehidupan dimasa yang akan datang.
c. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Rodjikin (2000:3) berpendapat bahwa Bimbingan dan Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Dari uraian di atas dapat diperoleh pengertian bahwa Bimbingan dan Konseling adalah pelayanan bantuan yang diberikan kepada peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.
3. Faktor yang mempengaruhi Partisipasi terhadap layanan Bimbingan dan Konseling
Kesanggupan seseorang untuk berpartisipasi secara aktif terhadap suatu rangsang atau kegiatan, dipengaruhi oleh beberapa faktor. Secara garis besar faktor-faktor tersebut adalah :
a. Faktor Internal
Dorongan jiwa yang dimiliki individu akan berpengaruh terhadap kesanggupan untuk berpartisipasi. Apabila seseorang memiliki dorongan yang kuat, maka akan besar pula kemauannya untuk berpartisipasi terhadap suatu kegiatan yang dijumpainya.
Dorongan jiwa itu akan muncul bila diimbangi oleh munculnya hal-hal sebagai berikut :
1) Penilaian positif terhadap datangnya rangsang
Dalam hal ini adalah penilaian siswa terhadap layanan bimbingan dan konseling. Apabila siswa memberikan penilaian yang positif terhadap layanan bimbingan dan konseling secara tidak langsung akan aktif mengikuti kegiatan bimbingan dan konseling. Sebaliknya apabila siswa memberikan penilaian yang negatif, maka ia akan tidak aktif dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling.
2) Adanya rasa membutuhkan terhadap rangsang tersebut
Dalam hal ini apakah siswa merasa membutuhkan bimbingan dan konseling dalam rangka membantu perkembangan pribadinya atau kesuksesan belajar yang ingin dicapai. Apabila siswa merasa membutuhkan, maka siswa akan lebih aktif mengikuti kegiatan bimbingan dan konseling. Sebaliknya apabila siswa merasa tidak membutuhkan bimbingan dan konseling maka ia akan bersifat pasif.
3) Adanya minat dan motivasi yang kuat
Dalam hal ini apakah siswa mempunyai minat dan motivasi untuk mengikuti kegiatan bimbingan dan konseling, apa bila ia mempunyai minat yang tinggi, mestinya akan selalu aktif mengikuti kegiatan bimbingan dan konseling. Sebaliknya apabila ia tidak mempunyai minat atau motivasi, maka ia mengikuti kegiatan bimbingan dan konseling seolah-olah dengan rasa terpaksa. Karena minat dan motivasi sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mendorong individu melakukan sesuatu kegiatan.
4) Mempunyai kemauan dan kemampuan untuk ikut serta
Dalam hal ini apakah siswa memiliki kemauan dan kemampuan untuk ikut serta dalam kegiatan bimbingan dan konseling, apabila siswa memiliki kemauan dan kemampuan untuk ikut serta, maka ia akan lebih aktif dan sebaliknya apabila tidak mempunyai kemauan dan kemampuan maka siswa akan cenderung pasif.
Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa, munculnya dorongan untuk berpartisipasi dipengaruhi oleh tingkat persepsi orang tersebut sebagai hasil pengamatan yang dilakukannya. Juga dipengaruhi oleh minat dan motivasi serta kemauan dan kemampuan yang menyertai dirinya. Biasanya individu juga akan menghubungkan dengan manfaat yang diperoleh dari kegiatan tersebut. Apabila kegiatan bimbingan dan konseling dirasakan ada manfaatnya, maka individu akan lebih aktif mengikuti kegiatan bimbingan dan konseling.
b. Faktor Eksternal
Di samping dorongan dari dalam individu, faktor rangsang yang datangnya dari luar juga berpengaruh terhadap kesanggupan seseorang untuk berpartisipasi. Hal-hal yang berhubungan dengan rangsang yang datangnya dari luar antara lain :
1) Rangsang sesuai dengan situasi, kondisi, dan tingkat perkembangan siswa
Dalam hal ini apakah keberadaan bimbingan dan konseling sesuai dengan situasi serta kondisi yang diharapkan oleh siswa dalam membantu perkembangan dirinya serta tujuan belajar yang ingin dicapai. Apabila layanan bimbingan dan konseling sesuai dengan yang diharapakan, maka siswa akan berpartisipasi secara aktif atau mengikuti kegiatan dengan aktif, dan sebaliknya apabila tidak sesuai dengan yang diharapkan maka siswa akan cenderung pasif.
2) Rangsang sesuai dengan kebutuhan
Dalam hal ini apakah keberadaan bimbingan dan konseling sesuai dengan kebutuhan siswa dalam membantu perkembangan pribadinya serta tujuan belajar yang ingin dicapai. Karena siswa akan mengikuti kegiatan-kegiatan yang sekiranya dibutuhkan oleh dirinya, dan mengabaikan kegiatan-kegiatan yang tidak dibutuhkan.
3) Rangsang jelas dan mudah dimengerti
Dalam hal ini apakah program layanan bimbingan dan konseling mudah dan dapat dimengerti oleh siswa atau tidak. Apabila layanan bimbingan dan konseling dapat dimengerti oleh siswa, maka siswa akan mengikutinya dengan aktif. Sebaliknya apabila sulit dimengerti oleh siswa maka ia akan cenderung pasif.
4) Rangsang itu menarik bagi siswa
Dalam hal ini apakah program layanan bimbingan dan konseling dalam memberikan layanan menarik bagi siswa atau justru membosankan. Hal ini akan sangat dipengaruhi oleh guru bimbingan konseling dalam memberikan layanan terutama materi yang disampaikan dan cara memberikan layanan.
4. Tujuan Bimbingan dan Konseling
Dalam program pendidikan di sekolah terutama dalam pelayanan bimbingan dan Konseling mempunyai berbagai macam tujuan yang ingin dicapai. J. A. Minalka (dalam Sri Lestari , 1994 : 21) mengemukakan tujuan Bimbingan dan Konseling bagi murid secara umum, tanpa melihat ada tidaknya kesulitan yang dihadapi murid adalah:
a. Memperkembangkan pengertian dan pemahaman diri dalam kemajuan sekolah.
b. Memperkembangkan pengetahuan tentang dunia kerja, kesempatan kerja serta sikap tanggung jawab dalam memilih suatu kesempatan kerja tertentu.
c. Memperkembangkan kemampuan untuk memilih, memadukan pengetahuan tentang dirinya dengan informasi tentang dirinya dengan informasi tentang kesempatan yang ada secara bertanggung jawab.
d. Menampakkan penghargaan terhadap kepentingan orang lain dan harga diri orang lain.
Sedangkan menurut Van Hoose ( dalam Prayitno, 1997 : 43) tujuan Bimbingan dan Konseling terutama dalam hubungannya dengan kehidupan sekolah adalah:
a. Membantu perkembangan akademis
Kenyataan menunjukkan banyak anak yang tidak berkembang secara baik dalam bidang akademis, bimbingan berkewajiban menangani kenyataan ini dan usaha terbesar hendaknya dicurahkan agar anak menjadi pelajar yang efektif.
b. Membantu siswa mengembangkan gambaran tentang diri sendiri secara sehat.
Jika anak-anak hendak sukses di sekolah dan dalam kehidupannya kelak, mereka pula mengembangkan kepercayaan terhadap sikap dapat menerima orang lain. Bimbingan hendaknya mampu membantu siswa mengembangkan gambaran tentang dirinya sendiri secara sehat dan realita.
c. Pengenalan dirinya sendiri
Siswa harus dapat mengetahui kekutan diri dan kekurangan diri sendiri. Mereka perlu mengetahui hubungan antara kemampuan dan minat – minat mereka dengan apa yang mereka capai dan kemungkinan – kemungkinan yang tersedia.
d. Membantu murid–murid dalam hubungannya dengan perkembangan jabatan
Melalui pelayanan bimbingan murid–murid dapat terbantu untuk menyadari pentingnya suatu pekerjaan terhadap kehidupan mereka.
e. Mempelajari hubungan–hubungan antar perorangan
Anak–anak dapat mempelajari bagaimana sikap dan reaksi timbul. Dalam suasana penyuluhan yang aman menggairahkan mereka dapat mempeljari perasaan –perasaan mereka terhadap orang lain.
f. Meringankan masalah–masalah pribadi dan emosional
Penyelidikan mengungkapkan bahwa anak–anak yang mengalami suatu masalah lebih menyukai memperoleh bantuan dari pembimbing sekolah. Pembimbing dalam membantu murid–murid menemukan jalan pemecahan sesuatu masalah dapat menyajikan suatu jalan raya kearah pemecahan masalah–masalah yang lebih besar.
Dengan menyimak tujuan bimbingan tersebut di atas jelas sekali bahwa bimbingan tidak semata ditujukan bagi murid yang mengalami kesulitan–kesulitan tertentu yang dirasakan, dengan kata lain bimbingan ditujukan pula bagi murid yang tidak mengalami kesulitan baik dalam lingkungan sekolah, keluarga ataupun masyarakat.
5. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Bimbingan tidak hanya sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar, melainkan juga sebagai pengiring dalam proses pendidikan dan pengajaran. Bimbingan merupakan bagian integral dari pendidikan dalam lingkup sekolah.
Dalam pelaksanaan, bimbingan yang merupakan bagian integral dari proses pendidikan menurut Aminudin Najib ( 1995 : 5) memiliki empat fungsi yaitu fungsi pemahaman, fungsi pencegahan, fungsi perbaikan dan fungsi pemeliharaan atau pengembangan.
a. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam memberikan layanan yang berguna untuk :
1) Memahami keadaan siswa dan lingkungannya
2) Memahamkan siswa terhadap informasi-informasi yang mereka perlukan, seperti informasi pendidikan, informasi pekerjaan / jabatan, informasi budaya atau nilai dan lain sebagainya.
b. Fungsi pencegahan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam memberikan pelayanan yang sifatnya mencegah atau menghindarkan siswa dari mengalami masalah yang mungkin dapat mengganggu, menghambat atau menimbulkan kesulitan dalam proses perkembangannya.
c. Fungsi perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam memberikan pelayanan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada, serta mengentaskannya dari kondisi yang bermasalah itu.
d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam memberikan pelayanan yang bersifat memelihara dan memper-kembangkan potensi serta kondisi - kondisi positif siswa untuk perkembangannya yang mantap dan berkelanjutan.
Sedangkan menurut Rodjikin (2000 : 2) menyebutkan bahwa fungsi bimbingan dan konseling adalah :
a. Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan perkembangan siswa, yang meliputi pemahaman tentang diri siswa, lingkungan siswa, dan lingkungan yang lebih luas.
b. Pencegahan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya siswa dari berbagai permasalahan yang dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam program pendidikan.
c. Pengentasan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami siswa.
d. Pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif siswa dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi bimbingan dan konseling secara umum adalah fungsi pemahaman, fungsi pencegahan, fungsi pengentasan, fungsi pemeliharaan, dan fungsi pengembangan.
6. Ruang Lingkup Bimbingan dan Konseling
Dalam konstribusi terhadap usaha untuk mencapai tujuan, maka ruang lingkup layanan Bimbingan dan Konseling mencangkup empat bidang bimbingan, tujuh jenis layanan dan lima kegiatan pendukung (Aminudin Najib, 1995 : 6) yaitu :
a. Bidang Bimbingan
Yang merupakan bidang-bidang bimbingan dalam Bimbingan dan Konseling adalah:
1) Bidang Pribadi
Bidang pribadi yaitu membantu siswa untuk menemukan dan mengembangkan pribadi.
2) Bidang Sosial
Bidang sosial yaitu membantu siswa untuk mengenal dan nengembangkan kehidupan sosial.
3) Bidang Belajar
Bidang belajar yaitu untuk membantu siswa mengembangkan diri, sikap kebiasaan belajar yang baik.
4) Bidang Karier
Bidang karier yaitu untuk membantu siswa merencanakan dan mengembangkan masa depan karier.
b. Jenis Layanan
Yang merupakan jenis layanan dalam bimbingan dan Konseling yaitu:
1) Layanan Orientasi
Layanan orientasi yaitu membantu siswa memberikan pemahaman dan penyesuaian diri terhadap lingkungan.
2) Layanan Informasi
Layanan informasi yaitu membantu siswa untuk membekali dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman yang berguna untuk mengenal diri, merencanakan dan mengembangkan pola hidup.
3) Layanan Penempatan dan Penyaluran
Memberikan layanan penempatan dan penyaluran bakat dan minat sesuai dengan pilihannya.
4) Layanan Pembelajaran
Layanan pembelajaran yaitu memungkinkan siswa memahami dan mengembangkan sikap kebiasaaan belajar yang baik, ketrampilan dan materi yang cocok.
5) Layanan konseling Perorangan
Layanan konseling perorangan adalah membantu siswa dalam mengatasi dan memecahkan masalah melalui tatap muka secara langsung antara siswa dan guru pembimbing.
6) Layanan Bimbingan Kelompok
Layanan bimbingan kelompok yaitu membantu untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama menerima berbagai bahan dari nara sumber (Guru Pembimbing) yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
7) Layanan konseling Kelompok
Layanan konseling kelompok yaitu membantu siswa untuk memungkinkan siswa untuk memperoleh kesempatan bagi pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami melalui dinamika kelompok.
c. Kegiatan Pendukung
Yang merupakan kegiatan pendukung dalam Bimbingan dan Konseling yaitu :
1) Aplikasi Instrumen Bimbingan Konseling
Aplikasi instrumen Bimbingan dan Konseling adalah seperangkat kegiatan menyangkut proses pengambilan data siswa yang diperlukan dalam layanan bimbingan dan konseling serta layanan pengajaran dan pelatihan dengan menggunakan metode, teknik dan instrumen-instrumen yang relevan, baik tes maupun non-tes.
2) Himpunan Data
Himpunan data adalah semua kegiatan yang menyangkut proses penyatuan, seleksi, penataan dan pendokumentasian data siswa secara sistematik dan terpadu untuk keperluan layanan bimbingan dan konseling, serta layanan pengajaran dan pelatihan bagi siswa di sekolah.
3) Konferensi Kasus
Konferensi kasus adalah kegiatan untuk membahas permasalahan siswa dalam suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh beberapa pihak yang diharapkan dapat memberikan bahan, keterangan serta kemudahan dalam memecahkan permasalahan.
4) Kunjungan Rumah
Kunjunngan rumah adalah kegiatan untuk memperoleh data dan keterangan yang diperlukan dalam memecahkan masalah siswa.
5) Alih Tangan Kasus
Alih tangan kasus adalah kegiatan memindahtangankan suatu kasus kepada pihak yang lebih tepat dan kompeten untuk menanganinya sehingga siswa memperoleh pelayanan yang lebih tuntas sesuai dengan karakteristik masalah.
Sedangkan menurut Prayitno, dan Ermananti (1999 : 239-255) mengemukakan bahwa ruang lingkup pelayanan bimbingan dan konseling dalam proses pendidikan mencakup tiga bidang pelayanan pendidikan, tujuh layanan, dan lima kegiatan pendukung yaitu :
a. Bidang pelayanan pendidikan
Bidang pelayanan pendidikan mencakup bidang kurikulum dan pengajaran, bidang administrasi serta bidang kepemimpinan dan kesiswaan. Pelayanan bimbingan dan konseling memberikan sumbangan dalam memecahkan masalah siswa yang menyangkut tiga bidang tersebut.
b. Layanan bimbingan dan konseling
Layanan bimbingan dan konseling yang diberikan mencakup :
1) Layanan orientasi yaitu layanan bimbingan yang dilakukan untuk memperkenalkan siswa baru terhadap lingkungan yang baru dimasukinya.
2) Layanan informasi yaitu layanan yang berfungsi memberikan pemahaman kepada individu yang berkepentingan tentang berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan, menentukan arah suatu tujuan yang dikehendaki.
3) Layanan penempatan dan penyaluran yaitu layanan yang berfungsi membantu kesulitan dalam menentukan pilihan kegiatan yang sesuai dengan bakat, kemampuan minat dan hobi, sehingga dapat tersalurkan dengan baik.
4) Layanan bimbingan belajar, yaitu layanan yang berfungsi memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar, agar siswa dapat berhasil secara optimal dalam kegiatan belajarnya.
5) Layanan Konseling perorangan, yaitu layanan yang berfungsi untuk memberikan pelayanan khusus dalam hubungan langsung tatap muka antara pembimbing dengan siswa, sehingga pembimbing dapat mencermati dan mengupayakan pengentasan masalah yang dihadapi siswa.
6) Layanan bimbingan dan konseling kelompok, yaitu layanan yang berfungsi mengarahkan layanan sekelompok siswa dalam mengatasi suatu permasalahan.
c. Kegiatan pendukung
Kegiatan pendukung dalam layanan bimbingan dan konseling mencangkup:
1) Instrumentasi bimbingan dan konseling
Instrumentasi bimbingan dan konseling merupakan sarana yang perlu dikembangkan agar pelayanan bimbingan dan konseling terlaksana secara lebih cermat dan berdasarkan data empirik. Yang dimaksudkan dalam intrumen itu adalah berbagai tes, inventori, angket dan format isian.
2) Penyelenggaraan himpunan data
Penyelenggaraan himpunan data merupakan kegiatan pengumpulan data tentang berbagai aspek yang diperlukan dalam rangka membantu memecahman masalah siswa.
3) Konferensi kasus
Konferensi kasus diselenggarakan untuk membicarakan suatu kasus yang dialami oleh siswa. Dalam konferensi kasus melibatkan sejumlah personil terkait di sekolah untuk membantu memberikan informasi yang tepat dan jelas tentang permasalahan yang dialami oleh siswa.
4) Kunjungan rumah
Kunjungan rumah dilakukan untuk memperoleh data tambahan tentang permasalahan siswa, khususnya yang bersangkut paut dengan keadaan rumah atau orang tua, menyampaikan kepada orang tua tentang permasalahan anaknya, dan membangun komitmen orang tua terhadap penanganan masalah anaknya.
5) Alih tangan kasus
Alih tangan kasus dilakukan kepada klien yang belum tuntas ditangani kepada ahli-ahli lain (misalnya guru bidang studi, psikologi, psikiater, dokter). Dalam hal ini pembimbing sudah tidak mampu dalam memberikan bantuan atau tidak sesuai dengan permasalahannya.
Sedangkan menurut Slameto (1990 : 23) ruang lingkup bimbingan dan konseling disamping ketergantungan kepada pendidikan juga ditentukan oleh pendekatan yang hendak diikuti oleh bimbingan. Meskipun seharusnya bimbingan mencangkup ketiga aspek yang akan disebut kemudian, kesiapan baik dari sekolah maupun petugas, dan kemampuan tenaga pelaksana yang ada, tentu ada penekanan dan pemberian prioritas kepada yang dipandang paling urgent.
1. Pendekatan bimbingan terdiri dari :
a. Bimbingan preventif, yaitu bimbingan yang menolong seseorang sebelum seseorang menghadapi masalah. Caranya adalah dengan menghindari masalah itu (kalau mungkin) mempersiapkan orang itu untuk menghadapi masalah yang pasti akan dihadapi dengan memberi bekal pengetahuan, pemahaman, sikap dan ketrampilan untuk mengatasi masalah itu.
b. Bimbingan kuratif atau korektif, dimana pembimbing menolong seseorang jika orang itu menghadapi masalah yang cukup berat hingga tidak diselesaikan sendiri.
c. Bimbingan perseveratif, yaitu bimbingan yang bertujuan meningkatkan yang sudah baik yang mencakup sifat-sifat atau sikap-sikap yang menguntungkan tercapainya penyesuaian diri dan lingkungan, kesehatan jiwa yang telah dimilikinya, kesehatan jasmani dan kebiasaan-kebiasaan hidup yang sehat, kebiasaan cara belajar atau bergaul yang baik dan lain-lain.
2. Cara-cara membimbing, yang dapat dilakukan secara individual atau secara kelompok, (ingat bahwa juga pembimbingan dalam kelompok, fokus dan titik tolaknya ialah kepentingan / kebutuhan individu).
a. Bimbingan individuil, dilakukan dengan pendekatan perseorangan. Tiap orang dicoba didekati, dipahami dan ditolong secara perseorangan.
b. Bimbingan kelompok diberikan oleh pembimbing per kelompok. Beberapa orang yang bermasalah sama, atau yang dapat memperoleh manfaat dari pembimbingan kelompok, berkumpul untuk membahas persoalannya dalam kelompok di bawah pimpinan seorang penyuluh, atau terapis.
3. Bidang-bidang bimbingan juga dapat dibagi menurut persoalan / masalah yang hendak digarap. Atas dasar ini dibedakan :
a. Masalah studi : berupa : tidak dapat belajar karena tidak bisa konsentrasi, terganggu oleh suasana lingkungan, putus asa karena tidak bisa menerima kegagalan, hasil selalu kurang walaupun sudah belajar, dll
b. Masalah pribadi : penyesuaian diri, penerimaan diri, rasa tidak bahagia, rasa diri kurang, tidak dapat bergaul, masalah berpacaran, sering mengalami depresi, dll.
c. Masalah pemilihan jurusan studi : tidak tau memilih jurusan studi yang mana, ingin studi kesana tapi tidak mendapat kesempatan, merasa tidak puas dengan jurusan studi yang dipilih sekarang, kurang motivasi untuk belajar, apakah tidak lebih baik pindah jurusan, dari sini hendak kemana, dll.
d. Masalah vokasianal : pemilihan, persiapan dan penyesuaian terhadap pekerjaan, apakah yang ini pekerjaan yang cocok untuk saya, merasa tidak puas dengan pekerjaan macam ini, tidak mempunyai semangat bekerja, pekerjaan apa yang membuat jaminan hidup bahagia, pekerjaan yang banyak gaji atau yang diamati yang baik untuk saya, tidak tahu apa yang harus dipebuat setelah lulus, dll.
a. Masalah kesehatan ( hygiene ) : sering sakit, selalu mengantuk tidak dapat konsentrasi, tidak dapat tidur, merasa lelah terus, sering deg–degan, dll.
b. Masalah perkembangan : masalah pacaran, anak yang sangat pemalu, pada umur tertentu, masalah pergaulan pada masa remaja, suka melamun pada umur tertentu, ingin mengelompok, ingin meniru teman yang merugikan diri sendiri, dll.
c. Masalah kehidupan kerohanian : saya tidak mau dipaksa kegereja hanya untuk “kebiasaan”, orang dewasa suka berpura-pura, saya diikuti oleh rasa berdosa, apakah semua Agama itu sama, dll.
Dalam kenyataan masalah jenis itu tidak dapat dipisahkan secara tajam, karena satu dengan yang lain sangat berhubungan, satu masalah dapat menjadi sebab diri atau dapat menyebabkan timbulnya masalah lain.
Dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup bimbingan dan konseling di sekolah dalam proses pendidikan pada umumnya adalah mencakup empat bidang bimbingan yaitu bidang bimbingan pribadi, bidang bimbingan sosial, bidang bimbingan belajar dan bidang bimbingan karir, tujuh jenis layanan yaitu layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan bimbingan pembelajaran, layanan konseling perorangan, layanan bimbingan kelompok, dan layanan konseling kelompok, serta lima kegiatan pendukung yaitu aplikasi instrumentasi, penyelenggaraan himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah dan alih tangan kasus.
C. Tinjauan tentang Perbedaan Siswa Putra dan Siswa Putri dalam Partisipasi terhadap layanan Bimbingan dan Konseling
Kegiatan siswa yang menunjukkan partisipasi terhadap layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah akan tampak dalam dua bentuk yaitu kegiatan langsung dan kegiatan tidak langsung. Kegiatan langsung adalah kegiatan dimana siswa secara langsung melakukan suatu perbuatan yang bertujuan membantu berbagai kegiatan yang berkaitan dengan layanan Bimbingan dan Konseling. Sedangkan kegiatan tidak langsung dapat berupa ikut serta dan atau memberi pendapat atau masukan yang dapat membantu kelancaran layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah.
Ujud partisipasi siswa dapat dilihat pada proses pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan mengacu pada kurikulum 1994 yang menganut pola tujuh belas. Sesuai dengan kondisi yang ada maka dapat dijelaskan partisipasi siswa dalam kegiatan bimbingan dan konseling sebagai berikut :
1. Bidang Bimbingan
Bidang bimbingan yang dilaksanakan dalam membantu siswa mencangkup empat bidang yaitu :
a. Bidang pribadi, yaitu bidang bimbingan yang membantu memecahkan masalah-masalah pribadi yang dihadapi oleh siswa.
b. Bidang sosial, yaitu bidang bimbingan yang membantu memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapi oleh siswa baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat.
c. Bidang belajar, yaitu bidang bimbingan yang membantu memecahkan masalah-masalah belajar yang dihadapi oleh siswa.
d. Bidang karier, yaitu bidang bimbingan yang membantu memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan karier, dalam hal ini mulai dari pemilihan bakat dan minat siswa.
Dalam membantu memberikan bimbingan kepada siswa mengacu pada empat bidang di atas yang disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi. Walaupun dalam prakteknya masih tumpang tindih antara bidang yang satu dengan yang lain.
2. Jenis-jenis layanan bimbingan
Jenis-jenis layanan bimbingan yang dilaksanakan dalam membantu siswa meliputi :
a. Layanan orientasi
Layanan orientasi yaitu layanan Bimbingan dan Konseling yang memungkinkan siswa dan orang tua siswa (serta pihak-pihak lain yang terkait) memiliki pemahaman yang baik tentang lingkungan atau situasi yang baru dimasukinya, seperti sekolah baru, cawu baru dan lain sebagainya, sehingga siswa bisa menyesuaikan diri.
b. Layanan informasi
Layanan informasi yaitu layanan Bimbingan dan Konseling yang memungkinkan siswa dan orang tua siswa dapat menerima dan memahami informasi yang mereka perlukan untuk bahan pertimbangan dalam membuat perencanaan atau pengambilan keputusan
c. Layanan penempatan dan penyaluran
Layanan penempatan dan penyaluran yaitu layanan Bimbingan dan Konseling yang dimaksudkan untuk membantu agar siswa dapat berada pada posisi dan pilihan yang tepat, misalnya pada pembentukan kelompok belajar, kegiatan ekstra kurikuler, kelanjutan studi dan sebagainya.
d. Layanan bimbingan belajar
Layanan bimbingan belajar yaitu layanan Bimbingan dan Konseling dalam membantu siswa mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, dapat mengikuti dan memperoleh manfaat dari kegiatan-kegiatan belajar di sekolah.
e. Layanan konseling perorangan
Layanan konseling perorangan yaitu layanan Bimbingan dan Konseling dalam membantu siswa memecahkan permasalahan yang dihadapinya secara individuil, demikian juga permasalahan yang dihadapi.
f. Layanan bimbingan kelompok
Layanan bimbingan kelompok yaitu layanan Bimbingan dan Konseling yang memungkinkan sejumlah siswa secara bersama-sama memperoleh bimbingan yang mereka perlukan dalam membantu permasalahan yang dihadapi.
g. Layanan konseling kelompok
Layanan konseling kelompok yaitu layanan Bimbingan dan Konseling yang memungkinkan sejumlah siswa memperoleh kesempatan dalam pembahasan dan pengentasan masalah mereka masing-masing melalui dinamika kelompok.
Dalam pelaksanaannya pembimbing mengklasifikasi permasalahan yang dihadapi oleh siswa sehingga dapat menentukan jenis bimbingan yang diberikan. Namun demikian siswa belum dapat memahami semua jenis layanan, dan siswa lebih memahami jenis layanan secara umum atau bimbingan, tidak tertuju pada salah satu jenis bimbingan tertentu.
3. Kegiatan pendukung
Kegiatan pendukung yang dilaksanakan dalam proses bimbingan dan konseling meliputi :
a) Instrumentasi bimbingan dan konseling
Instrumentasi bimbingan dan konseling merupakan sarana yang perlu dikembangkan agar pelayanan bimbingan dan konseling terlaksana secara lebih cermat dan berdasarkan data empirik. Yang dimaksudkan dalam intrumen ini adalah berbagai tes, inventori, angket dan format isian sepeti data pribadi.
b) Penyelenggaraan himpunan data
Penyelenggaraan himpunan data merupakan kegiatan pengumpulan data tentang berbagai aspek yang diperlukan dalam rangka membantu memecahman masalah siswa. Ujud partisipasi siswa adalah pengisian angket dengan benar dan tepat.
c) Konferensi kasus
Konferensi kasus diselenggarakan untuk membicarakan suatu kasus yang dialami oleh siswa. Dalam konferensi kasus melibatkan sejumlah personil terkait di sekolah untuk membantu memberikan informasi yang tepat dan jelas tentang permasalahan yang dialami oleh siswa. Dalam hal ini apabila ada permasalahan yang serius yang perlu dibicarakan oleh semua pihak yang terkait dalam sekolah.
d) Kunjungan rumah
Kunjungan rumah dilakukan untuk memperoleh data tambahan tentang permasalahan siswa, khususnya yang bersangkut paut dengan keadaan rumah atau orang tua, menyampaikan kepada orang tua tentang permasalahan anaknya, dan membangun komitmen orang tua terhadap penanganan masalah anaknya.
e) Alih tangan kasus
Alih tangan kasus dilakukan kepada klien yang belum tuntas ditangani kepada ahli-ahli lain (misalnya guru bidang studi, psikologi, psikiater, dokter). Dalam hal ini pembimbing sudah tidak mampu dalam memberikan bantuan atau tidak sesuai dengan permasalahannya.
D. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas dan telaah teoritik serta permasalahan yang ada, maka penulis mengajukan sebuah hipotesis sebagai berikut: “Ada perbedaan yang signifikan antara siswa putra dan siswa putri dalam partisipasi terhadap program Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2003 / 2004”.
Kaitannya dalam partisipasi terhadap Program Bimbingan dan Konseling antara siswa putra juga berbeda dengan siswa putri. Secara umum kondisi yang ada di SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2003/2004 dapat dilihat peran serta atau partisipasi siswa terhadap Program Bimbingan dan Konseling antara siswa putra dengan siswa putri berbeda. Siswa putri lebih aktif dan siswa putra sebaliknya.
7. Layanan Bimbingan dan Konseling di SMP
Kegiatan Bimbingan dan Konseling di Indonesia dapat dikatakan masih dalam taraf perkembangan, sehingga pelaksanaannya terutama di sekolah-sekolah masih banyak mengalami berbagai hambatan. Supaya lebih efektif dan efisien dalam pelaksanaannya, Bimbingan dan Konseling di Sekolah perlu adanya perencanaan dan pengorganisasian secara sistematis dalam suatu program.
Menurut Winkel (1984 : 28) Program Bimbingan atau Guidance Program adalah merupakan sejumlah kegiatan yang terencana dan terorganisir selama periode tertentu, misalnya ; selama satu tahun ajaran.
Sedangkan menurut Aminuddin Najib (1995 : 15) berpendapat bahwa program Bimbingan dan Konseling adalah rencana pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karier.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa program Bimbingan dan Konseling adalah rencana kegiatan layanan Bimbingan dan Konseling dalam kurun waktu tertentu untuk mencapai tujuan, meliputi bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karier dalam rangka membantu perkembangan pribadi siswa dan kesulitan belajar yang dialami siswa pada umumnya.
Program bimbingan dan konseling di SMP khususnya di SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2003 / 2004 sudah dilaksanakan sesuai dengan kurikulum dan petunjuk dari Departemen Pendidikan Nasional yang mengacu pada buku pedoman kegiatan Bimbingan dan Konseling. Namun dalam pelaksanaannya belum bisa secara maksimal dikarenakan terbatasnya jumlah guru pembimbing yang sesuai dengan kopetensinya. Sehingga dalam menyusun program kegiatan Bimbingan dan Konseling serta pelaksanaanya belum sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu dimungkinkan ada perbedaan partisipasi terhadap program bimbingan dan konseling antara siswa putra dan siswa putri dalam membantu siswa mencapai perkembangan pribadi dan kesulitan belajar.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode adalah ilmu yang membicarakan cara-cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu. (WJS Poerwodarminto, 1995 : 649).
Sutrisno Hadi (1986 :4) memberikan definisi tentang reseach penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha mana dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah.
Dari uraian di atas dapat diambil pengertian metode penelitian adalah suatu pengetahuan tentang berbagai cara kerja yang disesuaikan dengan obyek studi dalam usaha mengumpulkan, menemukan, mengembangkan, menganalisa atau menguji kebenaran suatu fakta atau data.
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan partisipasi terhadap layanan Bimbingan dan Konseling antara siswa putra dan siswa putri. Sehingga penelitian ini termasuk penelitian komparasi yaitu penelitian untuk membandingkan dua fenomena atau lebih ( Suharsimi Arikunto, 1996 : 30).
Dalam penelitian ini akan diperoleh suatu data yang berupa bilangan sehingga termasuk jenis penelitian kuantitatif. Sedangkan metode analisis datanya yang digunakan untuk mengolah data dalam mengambil kesimpulan atau untuk menguji hipotesis yang penulis ajukan menggunakan teknik statistik inferensial dengan jenis analisis komparasi, atau perbandingan dengan mengunakan rumus t- test.
B. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variable bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah “ Jenis kelamin” (siswa putra dan siswa putri). Sedangkan variable terikatnya adalah partisipasi terhadap program Bimbingan dan Konseling.
C. Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah “ Jenis kelamin” definisi operasionalnya adalah siswa putra dan siswa putri. Sedangkan variabel terikatnya adalah partisipasi terhadap layanan Bimbingan dan Konseling, definisi operasionalnya adalah keikutsertaan siswa dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang meliputi empat bidang bimbingan, tujuh jenis layanan, dan lima kegiatan pendukung.
Untuk mendapatkan data tentang variabel penelitian di atas penulis mengambil tempat dan waktu penelitian sebagai berikut :
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2003 / 2004. Sebagai subyek penelitian adalah semua siswa.
2. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah pada bulan Agustus 2003 setelah para siswa memasuki masa transisi pergantian kelas I ke kelas II.
D. Populasi dan Sampel
Populasi yaitu keseluruhan Subyek Penelitian (Suharsini Arikunto, 1996:102). Dari batasan tersebut, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2003 / 2004 yang berjumlah 280 siswa.
Sampel adalah sebagian individu dari seluruh populasi yang diselidiki. (Sutrisno Hadi, 1986 : 76). Dalam penelitian ini tidak semua siswa dalam populasi diteliti melainkan hanya sebagian dari populasi yang diambil sebagai sampel. Suharsimi Arikunto (1996 : 107) berpendapat “Untuk sekedar ancer – ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga merupakan penelitian populasi, Jika populasi lebih dari 100 maka dapat diambil sebagian yaitu antara 10-15 % atau lebih.
Berdasarkan pendapat di atas maka penelitian ini mengambil sampel dari seluruh populasi yang ada, berjumlah 60 siswa atau 21 % dengan teknik pengambilan sampel stratified random sampling. Yaitu dalam pengambilan sampel dilakukan tanpa pandang bulu, semua individu dalam populasi diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Adapun cara yang digunakan untuk mengambil sampel penulis menggunakan cara undian dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menulis daftar nama semua siswa pada selembar kertas berukuran kecil yang dikelompokan menjadi dua, untuk siswa putra dengan kertas warna hijau sedangkan untuk putri dengan kertas warna merah.
2. Dari daftar nama tersebut digulung kemudian dimasukan pada dua buah kotak satu untuk daftar nama siswa putra dan satu untuk daftarnama siswa putri.
3. Kemudian dilakukan undian untuk mendapatkan siswa yang sebagai sampel. 30 dari siswa putra dan 30 dari siswa putri, Sehingga seluruh sampelnya berjumlah 60 siswa.
Tabel : 1 Daftar nama siswa yang menjadi sampel dalam penelitian :
No. Nama Jenis Kelamin No. Nama Jenis Kelamin
1. Adirohman Putra 31. Baryanti Putri
2. Andri Supriyono Putra 32. Dinar Dwi Nugraheni Putri
3. Ari Wibowo Putra 33. Erna Wihdayati Putri
4. Hudoyo Putra 34. Hartanti Putri
5. Ibnu Mansur Putra 35. Sutanti Putri
6. Rudi hanzah Putra 36. Endah Sri Utami Putri
7. Sofan Azli Putra 37. Sulistiyoningsih Putri
8. Sunardi Putra 38. Tri Nurofikoh Putri
9. Wahidin Putra 39. Lusi Apriliani Putri
10. Wardi Putra 40. Dwi Hapsari Putri
11. Warno Putra 41. Sri Wahyuni Putri
12. Zainul Arifin Putra 42. Tri Susilowati Putri
13. Amin Rosid Putra 43. Trismiati Putri
14. Baryanto Putra 44. Yuli Fatmawati Putri
15. Edi Kasroni Putra 45. Desi Aryanti Putri
16. Farid Muflikhin Putra 46. Mubarotun Putri
17. Heri Setiono Putra 47. Mutmainah Putri
18. Ihwanudin Putra 48. Nur Musyarofah Putri
19. Iman Junaedi Putra 49. Nurhotimah Putri
20. Lukman hakim Putra 50. Ratna Sulistiani Putri
21. Maksum Khoeri Putra 51. Sodiatun Putri
22. Muhamad Jamilun Putra 52. Rini Nugraheni Putri
23. Muhafidin Putra 53. Sri Purwanti Putri
24. Munawir Putra 54. Sumarsih Putri
25. Nasikhun Putra 55. Sri Nuryani Putri
26. Oki Nurdiono Putra 56. Siti Nurjanah Putri
27. Parwito Putra 57. Wiji Astuti Putri
28. Poniran Putra 58. Yuni Lestari Putri
29. Tofik Kurrohman Putra 59. Wiji Astuti Putri
30. Toni Priyatno Putra 60. Riyanti Putri
E. Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode angket/kuesioner dan dokumentasi. Menurut Suharsini Arikunto, (1996:112) kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang telah diketahui. Angket/kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang partisipasi terhadap pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling antara siswa putra dan siswa putri, sedangkan dokumentasi digunakan sebagai instrumen bantu, yaitu membantu memperoleh data tentang jumlah siswa dan nama-nama siswa SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2003 / 2004 yang menjadi sampel dalam penelitian.
Suharsimi Arikunto (1996 : 155) mengemukakan bahwa instrumen angket atau kuesioner yang baik ditempuh melalui prosedur sebagai berikut :
1. Perencanaan dan penulisan butir soal
2. Penyuntingan, ujicoba
3. Penganalisaan hasil
4. Mengadakan revisi
Berdasarkan pendapat tersebut langkah-langkah yang ditempuh untuk menyusun instrumen adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan dan penulisan butir soal
Pada tahap ini dalam penyusunan angket dilakukan dengan cara pertama mendefinisikan konsep variabel yang hendak diukur dan menentukan faktor-faktor atau indikator-indikator dalam kisi-kisi soal kemudian menulis butir item. Butir pertanyaan disusun dengan menyediakan empat alternatif jawaban. Skor untuk masing-masing jawaban pertanyaan positif diberikan nilai sebagai berikut SS = 4, S = 3, TS = 2 dan STS = 1. Sedangkan untuk jawaban pertanyaan yang negatif diberikan nilai kebalikan dari jawaban pertanyaan yang positif, yaitu: SS = 1, S = 2, TS = 3 dan STS = 4. Peneliti menggunakan angket positif agar dapat mengungkap pandangan positif siswa terhadap pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dan angket negatif bertujuan untuk mengungkap pandangan siswa yang negatif terhadap pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Sehingga dari angket ini akan dapat diketahui pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang dinilai negatif (kurang ada partisipasi dari siswa).
Partisipasi terhadap pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling merupakan keikutsertaan atau keterlibatan siswa di dalam pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling. Dari pengertian tersebut maka dalam penyusunan angket ini menggunakan indikator-indikator berdasarkan aspek-aspeknya, kemudian disusun pernyataan angket sebanyak 40 item. Kisi-kisi angket partisipasi terhadap pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling dapat dilihat pada tabel 2 dan soal angket terdapat pada lampiran 2.
2. Penyuntingan
Yang dimaksud penyuntingan adalah penyusunan butir-butir pertanyaan secara sistematis dan melengkapi instrumen dengan kata pengantar, petunjuk cara mengerjakan pada lembar jawaban.
3. Uji Coba Instrumen
Sebelum angket penelitian dipergunakan dalam penelitian yang sesungguhnya, angket tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitasnya.
Dengan demikian dapat diketahui layak atau tidaknya angket dipergunakan untuk menjaring data penelitian.
Tabel 2. Penjabaran Variabel Partisipasi Siswa terhadap pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling.
Aspek Indikator Jumlah Item Item (+) Item (-)
Keikutsertaan siswa dalam Program Bimbingan dan Konseling Keikut sertaan siswa dalam :
1. Bimbingan pribadi
2. Bimbingan sosial
3. Bimbingan pembelajaran
4. Bimbingan karier
4
4
4
2
1, 8
15,1 7
2, 7
10
5, 6
16, 18
3, 9
4
Keikutsertaan siswa dalam
kegiatan layanan :
1. Layanan orientasi
2. Layanan informasi
3. Layanan penempatan dan penyaluran
4. Layanan pembelajaran
5. Layanan konseling perorangan
6. Layanan bimbingan kelompok
7. Layanan konseling kelompok
1
1
4
7
1
4
2
-
30
11,12,
29
19,20,
23,27
21
22,28
25
13
-
18
14,31
33
-
24,35
26
Kegiatan siswa dalam
kegiatan pendukung :
1. Instrumentasi
2. Himpunan data
3. Konferensi kasus
4. Kunjungan rumah
5. Alih tangan kasus
2
1
1
2
1
34
-
32
37,38
40
36
39
-
-
-
4. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
a. Uji Validitas
Angket yang digunakan disusun sendiri oleh penulis sehingga sebelum digunakan sebagai alat pengumpul data terlebih dahulu diuji validitasnya dan reliabelitasnya. Untuk menguji validitas penulis menggunakan teknik validitas butir dengan rumus korelasi Product Moment sebagai berikut:
NXY - (X)(Y)
rxy =
{(NX2-(X)2}{NY2-(Y)2}
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara x dan y
X = jumlah skor item
Y = jumlah skor total
X2 = Jumlah kuadrat dari skor item
Y2 = jumlah kuadrat dari skor total
N = jumlah responden (Suharsimi Arikunto, 1996 : 254).
Adapun kriteria untuk menentukan suatu angket memiliki tingkat validitas yang tinggi, rendah, atau tidak valid sama sekali, adalah dengan cara membandingkan antara nilai koefisien korelasi (r) yang diperoleh dari perhitungan dengan nilai koefisien korelasi (r) Tabel Harga Kritik Product Moment. Apabila nilai perhitungan lebih kecil daripada nilai r Tabel Harga Kritik Product Moment, maka angket yang digunakan sebagai instrumen penelitian tidak valid. Sebaliknya bila nilai r perhitungan lebih besar dari pada nilai r Harga Kritik Product Moment, maka angket yang digunakan sebagai instrumen penelitian bersifat valid.
b. Uji Reliabilitas Instrumen
Pengujian reliabelitas penulis menggunakan teknik belah dua dengan rumus Spearman Brown sebagai berikut:
2 X r ½ ½
r11 =
(1 + r ½ ½ )
Keterangan :
r11 = reliabilitas yang dicapai
r½½ = indeks korelasi antara dua belahan instrumen
X = skor gasal
Y = skor genap
(Suharsini Arikunto, 1996 : 191).
Adapun kreteria untuk menentukan bahwa suatu angket memiliki tingkat reliablitas yang tinggi, rendah, atau tidak sama sekali, adalah dengan cara membandingkan antara nilai koefisien korelasi (r11) yang diperoleh dari (r11) perhitungan dengan nilai koefisien korelasi (r) Tabel Harga Kritik Product Moment. Apabila nilai perhitungan lebih kecil daripada nilai r Tabel Harga Kritik Product Moment, maka angket yang digunakan sebagai instrumen penelitian tidak dapat dipercaya. Sebaliknya bila nilai perhitungan lebih besar dari nilai r Harga Kritik Product Moment, maka angket yang digunakan sebagai instrumen penelitian bersifat dapat dipercaya (reliabel).
F. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode angket/kuesioner dan dokumentasi. Metode angket/ kuesioner digunakan untuk memperoleh data tentang partisipasi terhadap pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling antara siswa putra dan siswa putri, sedangkan dokumentasi digunakan sebagai instrumen bantu, yaitu membantu memperoleh data tentang jumlah siswa dan nama-nama siswa SMP negri 7 Kebumen yang menjadi sampel dalam penelitian.
Langkah-langkah yang penulis lakukan untuk mendapatkan data dalam penelitian ini adalah:
1. Persiapan Penelitian
Persiapan merupakan langkah yang amat penting di dalam penelitian, terutama di dalam penelitian ilmiah. Oleh karena itu agar hasil penelitian sesuai dengan yang ingin dicapai, maka perlu dipersiapkan yang baik.
Sebelum melaksanakan penelitian, langkah pertama yang penulis lakukan adalah :
a. Pemilihan Judul
Pemilihan judul penulis lakukan dengan cara melihat permasalahan yang ada di sekolah, kemudian dirumuskan dalam berbagai judul untuk dapat menentukan judul penulisan ilmiah ini.
b. Penentuan Pokok Masalah
Setelah judul penulis dapatkan, maka langkah selanjutnya adalah menentukan pokok masalah. Adapun pokok masalah yang telah ditentukan harus teratur dan sistematis dan terarah pada pokok permasalahan.
c. Persiapan Metode Pengumpulan Data
Dalam hal ini, untuk pedoman penelitian penulis menggunakan metode angket dan dokumentasi. Angket atau kuesioner adalah daftar pertanyaan yang harus dijawab atau diisi oleh sejumlah subyek yang diselidiki (Sumadi Suryabrata,1988 : 15).
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa angket merupakan metode untuk mengumpulkan data dengan memberikan daftar pertanyaan tertulis kepada responden kemudian responden diminta untuk menjawabnya, berdasarkan jawaban tersebut peneliti dapat mengambil kesimpulan mengenai subyek yang diselidiki.
Pemakaian angket dalam penelitian ini berdasarkan pada suatu anggapan bahwa subyek penelitian adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri. Apa yang dinyatakan oleh subyek kepada penyelidik adalah benar dan dapat dipercaya. Interprestasi subyek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan penyelidik (Sutrisno Hadi, 1987 : 157).
Kelebihan dari angket atau kuesioner adalah dapat digunakan untuk mengumpulkan data kepada sejumlah responden dalam jumlah yang banyak, dan dalam waktu yang singkat. Biaya relatif rendah, praktis, efisien, para pelaksana tidak dibutuhkan keahlian mengenai lapangan yang sedang diselidiki (Sumadi Suryabrata, 1987 : 17).
Sedangkan kelemahan dari metode angket atau kuesioner adalah perumusan tidak mudah, penggunaan istilah harus teliti dan tepat. Responden tidak dapat dijamin memberikan jawaban secara tepat, atau interprestasi responden dalam data karena bahasa responden tidak terlalu mempunyai arti sama, jawaban responden sulit di cek (Sumadi Suryabrata, 1988 :17).
Kelemahan yang terdapat dalam metode tersebut harus ada pemecahannya. Adapun untuk mengatasi kelemahan metode angket dilakukan upaya antara lain :
Dalam penyusunan angket memperhatikan tiap butir item yaitu singkat bahasanya praktis sehingga mudah dimengerti responden, jelas dan sesuai dengan kemampuan pemahaman responden. Penyebaran angket dilakukan secara langsung sehingga ada hal yang belum dimengerti segera dapat dijelaskan serta mempermudah pengambilan angket. Dengan demikian diharapkan jawaban dari angket tersebut sesuai dengan keadaan responden yang sebenarnya.
Sedangkan metode dokumentasi merupakan metode bantu dalam mendapatkan nama-nama siswa dan jumlah siswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Yaitu dengan mengambil daftar absen siswa kemudian diambil nama-nama siswa yang masuk dalam sampel penelitian.
2. Penentuan Subyek Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian sampel dengan teknik pengambilan sampel random sampling sehingga individu yang menjadi sampel dipilh secara acak, adapun teknik pelaksaaannya dengan cara undian, dengan prosedur pelaksaannya sebagai berikut:
a. Membuat daftar responden atau subyek penelitian yaitu semua siswa SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2003 / 2004 yang berjumlah 280 siswa.
b. Membuat kode nomor untuk semua subyek pada selembar kertas berukuran kecil yang dikelompokan menjadi dua, untuk siswa putra dengan kertas warna hijau sedangkan untuk putri dengan kertas warna merah.
c. Dari kode nomor tersebut digulung kemudian dimasukan pada dua buah kotak satu untuk daftar nama siswa putra dan satu untuk daftar nama siswa putri.
d. Kemudian dilakukan undian untuk mendapatkan siswa yang sebagai sampel. 30 dari siswa putra dan 30 dari siswa putri,. Sehingga seluruh sampelnya berjumlah 60 siswa.
3. Penyusunan Alat Ukur
Alat ukur dapat disusun setelah jelas dan kongkrit mengenai hal-hal yang ingin diidentifikasi dan diukur beserta subyeknya atau responden. Adapun langkah-langkah penyusunan alat ukur sebagai berikut :
a. Merumuskan obyek yang akan diungkap
Obyek yang akan diungkap pada penelitian ini adalah partitipasi siswa terhadap pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling di SMP negri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2003 / 2004. Yang dimaksud partisipasi dalam hal ini adalah keikut sertaan siswa dalam pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling.
b. Menjabarkan obyek tersebut
Partitipasi siswa terhadap pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2003 / 2004 dapat dijabarkan dalam beberapa aspek dan indikator yang mengacu pada setiap pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling. Dalam hal ini apakah siswa selalu aktif berpartisipasi atau berperanserta dalam setiap pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling yang dilaksanakan di SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2003 / 2004. Penjabaran konsep atau variabel dapat dilihat pada tabel 1.
c. Membuat Tabulasi Penyebaran Item atau Kisi-kisi
Setelah dilakukan penjabaran variabel dan indikator kemudian membagi penyebaran item soal sesuai dengan jumlah item. Masing-masing indikator disesuaikan dengan jumlah item yang terbagi dalam 40 soal item. Bentuk penyebaran item soal dapat dilihat pada lampiran 1.
d. Membuat Item Soal
Alat ukur yang penulis buat ada 40 item soal untuk angket partisipasi siswa terhadap pelaksanaan Program bimbingan dan konseling. Bentuk dari item soal penulis sajikan pada lampiran 2.
e. Menentukan Alternatif Jawaban atau Option
Alternatif jawaban yang disediakan ada empat option untuk nomor angket, yaitu: a. Sangat Setuju , b. Setuju , c. Tidak Setuju, d. Sangat Tidak setuju
f. Membuat Kunci Jawaban
Kunci jawaban untuk masing-masing soal, apabila jawaban positif maka scorenya adalah a = 4, b = 3, c = 2, d = 1. Sedangkan apabila jawaban negatif maka scorenya adalah a = 1, b = 2, c = 3, d = 4.
g. Melaksanakan Uji Coba (Try Out)
Uji coba ini dilaksanakan pada tanggal 31 Mei 2001, untuk efisiensi penelitian penulis hanya mengambil 30 orang siswa dari jumlah siswa yang ada di SMP Negeri 7 Kebumen.
Uji coba (try out) dilaksanakan dengan tujuan :
1) Untuk mengetahui validitas angket tersebut atau untukmengetahui sudahkah angket mengukur apa yang seharusnya diukur.
2) Untuk mengetahui reliabelitas angket tersebut.
Data hasil angket try out disajikaan pada lampiran 3.
h. Pembuktian Validitas dan Reliabelitas Angket
1) Uji Validitas Angket
Suatu alat ukur dapat dikatakan valid, jika mampu mengukur dengan tepat apa yang hendak diukur. Untuk mengungkap validitas tersebut, penulis menggunakan teknik validitas butir dengan rumus korelasi Product Moment.
Dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment jika N = 30 maka
r kritik = 0,361 diperoleh validitas butir instrumen sebagai berikut: dari jumlah butir soal 40 item setelah diuji validitasnya ternyata yang tidak valid adalah 6 butir soal, yaitu item no. 8, 9, 12, 22, 23, dan 37, sehingga soal yang valid adalah 34. (untuk hasilnya dapat dilihat pada lampiran 4 ).
2) Uji Reliabelitas Angket
Seperti yang sudah penulis uraikan di atas untuk menguji reliabelitas, penulis menggunakan teknik belah dua dengan rumus Spearman Brown, dan hasil perhitungan diperoleh reliabelitas (r11) = 1.586 setelah dikonsultasikan dengan harga tabel menunjukkan reliabelitas. (Data hasil perhitungan instrumen dalam penelitian ini penulis sajikan pada lampiran 7).
G. Teknik Analisa Data
Setelah data terkumpulkan tugas selanjutnya adalah menganalisanya. Langkah pokok dalam pelaksanaan penelitian adalah pengukuran. Pengukuran dilakukan untuk menterjemahkan data yang pada awal penelitian adalah berupa variabel kemudian diungkapkan dalam bentuk angka, sehingga data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah kualitatif yang dikuantitatifkan.
Sedangkan teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yaitu uji t – test, adapun rumusnya sebagai berukut :
Mx - My
t =
SDbm
Keterangan :
Mx = Mean dari sampel X
My = Mean dari sampel Y
SDbm = Standar kesalahan perbedaan mean
( Suharsimi Arikunto, 1996 195 ).
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Seperti yang telah diutarakan pada bab terdahulu bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara siswa putra dan siswa putri dalam partisipasi terhadap layanan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2003 / 2004.
Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan instrumen penelitian berupa angket tentang partisipasi siswa putra dan putri terhadap layanan bimbingan dan konseling. Angket diberikan kepada 60 siswa SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2003 / 2004 terdiri dari 30 siswa putra dan 30 siswa putri, yang menjadi sampel penelitian. Adapun langkah – langkah yang penulis kerjakan dalam pengumpulan data adalah:
1. Menentukan Subyek Penelitian
Telah dijelaskan bahwa teknik yang digunakan dalam penentuan sampel penelitian adalah stratified random sampling dengan cara undian. Penulis mengambil 60 siswa dari jumlah populasi 250 siswa.
2. Pelaksanaan Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 4 Agustus 2003, adapun teknik pelaksanaannya sebagai berikut:
i) Semua siswa yang menjadi subyek penelitian dikumpulkan dalam sebuah ruangan.
ii) Membagikan soal angket dan lembar jawab kepada siswa agar diisi sesuai dengan keadaan dirinya.
Untuk mengungkap variabel tentang partisipasi siswa putra dan putri terhadap layanan bimbingan dan konseling digunakan angket tertutup dengan 34 item. Adapun gambaran data hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Deskripsi Data Partisipasi Siswa Putra dan Putri terhadap Layanan bimbingan dan Konseling
Variabel Mean Median Skor Max Skor Min Jangkauan
Partisipasi siswa putra dan putri terhadap layanan bimbingan dan konseling 100,33 99,5 127 86 41
Data selengkapnya penulis sajikan pada lampiran 8.
Tabel distribusi frekuensi data di atas adalah:
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Data Partisipasi Siswa Putra dan Putri terhadap Layanan bimbingan dan Konseling
Nomor Nilai Frekuensi (f)
1. 086 – 095 17
2. 096 – 105 31
3. 106 – 115 08
4. 116 – 125 03
5. 126 - 135 01
B. Pengujian Hipotesis
Hipotesis merupakaan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan, oleh karena itu jawaban sementara harus diuji kebenarannya, apakah data yang terkumpul mendukung hipotesis yang diajukan atau justru sebaliknya menolak hipotesis yang diajukan.
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah ada perbedaan antara siswa putra dan siswa putri dalam partisipasi terhadap layanan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2003/2004. Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan teknik statistik inferensial dengan jenis analisis komparasi atau perbandingan, dengan menggunkan rumus t-test.
Dari hasil perhitungan pada lampiran 10 diperoleh tHitung = 1,87 dan harga tTabel = 1,67 dengan taraf signifikansi = 0.05. Dengan demikian tHitung > tTabel yang berarti Ho ditolak sehingga hipotesis yang menyatakan ada perbedaan yang signifikan antara partisipasi siswa putra dan putri terhadap layanan Bimbingan dan Konseling diterima.
C. Pembahasan
Hasil uji hipotesis menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara partisipasi siswa putra dan putri terhadap layanan Bimbingan dan Konseling SMP negri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2003/2004. Dari hasil penelitian dapat dianalisis bahwa adanya perbedaan antara partisipasi siswa putra dan siswa putri terhadap layanan bimbingan dan konseling, kemungkinan disebabkan oleh :
1. Adanya perbedaan individual antara siswa putra dan siswa putri baik secara fisik maupun psikologis.
2. Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2003/2004 yang belum berjalan secara optimal.
3. Belum semua siswa memanfaatkan semua layanan bimbingan dan konseling yang ada.
4. Kurangnya tenaga bimbingan dan konseling yang profesional.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan pada lampiran 10 diperoleh tHitung = 1,87 dan harga tTabel = 1,67 dengan taraf signifikansi = 0.05. Dengan demikian tHitung > tTabel yang berarti Ho ditolak sehingga hipotesis yang menyatakan ada perbedaan yang signifikan antara partisipasi siswa putra dan putri terhadap layanan Bimbingan dan Konseling diterima.
Dari hasil penelitian maka disimpulkan ada perbedaan antara siswa putra dan siswa putri dalam partisipasi terhadap layanan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2003/2004. Hal ini berarti menunjukan bahwa ada perbedaan keikutsertaan antara siswa putra dan siswa putri terhadap pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pengujian hipotesis dan kesimpulan yang telah penulis ambil, maka dalam penelitian ini ada beberapa saran yang perlu penulis ungkapkan yaitu :
1. Dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling, guru pembimbing di SLTP Negeri 1 Petanahan, Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2001/ 2002 hendaknya memberikan layanan yang sama kepada semua siswa.
2. Guru pembimbing di SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2003/2004 hendaknya meningkatkan peranan dan fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu siswa dalam mengembangkan pribadinya.
3. Guru pembimbing hendaknya memberikan pengertian dan pemahaman yang sama tentang bimbingan dan konseling kepada semua personil sekolah terutama siswa.
4. Perlu adanya peningkatan keprofesian bagi guru bimbingan dan konseling di SMP Negeri 7 Kebumen Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2003/2004.
5. Dalam menjalankan program layanan bimbingan dan konseling guru pembimbing hendaknya perlu adanya kerjasama dengan semua pihak personil sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin Najib .1995. Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Berdasarkan Kurikulum 1994. Sleman : Team MGBK
Djumhur. 1975. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung : CV Ilmu.
IKIP PGRI Semarang 2001. Pedoman Skripsi IKIP Semarang. Semarang; IKIP PGRI Semarang.
Lukman Ali. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Muh Surya, Rochman Natawidjaja. Pengantar bimbingan dan Penyuluh. Jakarta: Universitas Terbuka.
Poerwodarminto. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Prayitno, Erman Amti. 1994. Dasar – Dasar Bimbingan Konseling. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.
Robiah. 2000. Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Pengaruhnya terhadap Minat Belajar Siswa SMP Nusantara Gedangan Kab. Semarang Tahun 1999/2000. Skripsi. Salatiga : STAIN Salatiga.
Rodjikin. 2000. Garis-Garis Besar Program Bimbingan dan Konseling. Semarang : Dikmenum
Rulita Hendriyani. 1996. Persepsi Masalah Seksual Antara Remaja Wanita dan Remaja Pria. Skripsi. Surakarta : Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Sarlito Wirawan Sarwono. 1988. Psikologi Remaja. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Singgih D. Gunarso. 2000. Psikologi Remaja. Jakarta : Gunung Mulia
Siti Partini, Suhardiman. 1984. Psikologi Sosial. Yogyakarta : Studing
Sri Lestari. 1994. Hubungan layanan Bimbingan dan Konseling dan Keutuhan Keluarga terhadap Proses Sosialisasi pada Siswa SMP Muhammadiyah Gendol Tempel Sleman Yogyakarta Tahun Ajaran 1993 / 1994. Skripsi. Yogyakarta : IKIP PGRI.
Sugeng Hariyadi. 1999. Perkembangan Peserta Didik. Semarang : IKIP Semarang Press.
Suharsimi Arikunto. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Proses. Jakarta: Rineka Cipta.
Sumadi Suryabrata. 1984. Pembimbing ke Psikodiagnostik. Yogyakarta: Rake Press.
Sutrisno Hadi. 1986. Statistika Jilid II. Yogyakarta : Tasbit Fak. Psikologi UGM.
Tidjan, Drs. 1983. Metode-Metode Bimbingan Konseling. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
William T Mc Leod. 1986. The Collins English Dictionary. Clasgo: William Collins, Sons & CO Ltd.
Search
Minggu, 07 Maret 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar